Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Me Not Mom!

Anak kecil itu terlihat sangat senang, Risa bahkan mengabadikan beberapa moment bersama Kevin dalam jepretan yang menakjubkan, dalam balutan seragam yang terlihat mulai kusut Kevin menampilkan deretan gigi putihnya pada Risa.

"Ibu ayo kita naik itu, Kevin sudah lama tidak naik wahana komedi putar."

Kevin menunjuk komedi putar dengan penuh antusias, Risa cukup terkejut sebentar, komedi putar? Risa tidak menyukai itu, dia bisa mual-mual seketika tapi wajah polosnya membuat Risa tidak berdaya untuk menolaknya.

Benar saja setelah selesai dengan wahana komedi putar, perut Risa seperti sedang mengaduk-aduk membuatnya mual.

"Ibu, apa Ibu baik-baik saja?" tanya Kevin yang mulai cemas.

Risa berusaha tersenyum dan berkata "bagaimana kalau sekarang kita membeli es krim saja?"

Kevin mengangguk senang dan berkata "aku ingin Ice Cream coklat yang banyak!"

"wah, aku juga sangat menyukai Ice Cream coklat," ucap Risa yang mengacak pelan rambut Kevin dengan gemas.

Dua Ice Cream dengan ukuran besar dengan butiran kacang bisa dihabiskan mereka berdua, saat sedang duduk di bangku taman secara terbuka Kevin menceritakan tentang sekolahnya, dan Risa hanya menanggapinya penuh minat mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kecil Kevin.

“hei apa yang ingin kalian lakukan!" tanya Risa yang terkejut saat beberapa orang berbadan besar menariknya paksa untuk menjauhi Kevin.

"kamu ingin menculik anakku? Dengan mengajaknya pergi ketaman bermain, lalu kamu akan meminta uang tebusan dariku?"

Suara dingin itu benar-benar membuat Risa ingin memarahinya, 'menculik? Apa maksudnya ini? Setelah dua orang bertubuh besar ini kenapa harus ada lagi orang yang menyebalkan dan menuduhnya sebagai penculik?'

"aku bukan penculik!!" ucap Risa yang mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman pria besar disampingnya

"kamu salah orang!!"

“Ayah, tolong jangan biarkan paman itu menyakiti Ibu!”

Kevin nyaris menangis saat menarik ujung jas yang Ayahnya kenakan.

"Ibu." Alisnya terangkat penuh dengan kebingungan.

"bukankah Ayah bilang Ibu akan kembali dari surga, lihat sekarang Ibu sudah kembali."

"Bodoh!" ucap Risa dan membuat pria itu terkejut menatapnya. "Ya, kamu pria bodoh yang membohongi anakmu sendiri!"

Risa bahkan tak sadar jika ucapannya membuat hati pria itu terluka.

"Ibu." suara pelan itu berasal dari Kevin.

"Ayah—,"

itu adalah kata terakhir yang diucapkan Kevin sebelum kesadarannya hilang.

*********

Risa terus duduk di depan ruang perawatan hampir dua jam menunggu Kevin terbangun, seharusnya dia bisa saja pergi begitu dari rumah sakit ini, tanpa perlu menunggu anak kecil itu kembali sadar, tapi ada sesuatu yang mendorongnya hatinya kecil Risa agar melakukan ini semua.

"Kevin alergi terhadap kacang, kamu seharusnya tak memberinya kacang!" suara datar Grew Sean membentak Risa, gadis itu mengangkat kepalanya hanya untuk memastikan raut wajah Grew Sean.

Pria itu sudah tidak rapi seperti saat bertemu dengan ditaman tadi, jas biru tuanya sudah tidak melekat lagi di tubuhnya, Sean mengenakan kemeja putih dengan garis hitam dan celana hitam yang terlihat pas di tubuhnya, kekhawatiran terlihat jelas di setiap ekspresi wajahnya.

“Aku—tidak memberinya kacang." ucap Risa, dia mencoba mengingat apa yang dia berikan pada Kevin.

"Aku hanya memberi Ice Cream dengan butiran kacang."

Wajah Sean langsung menatap Risa dengan tatapan dingin dan berkata padanya "Itu sama saja bodoh! Kamu hampir mencoba untuk membunuhnya."

"Bodoh?"

Risa kesal, dia tak suka saat pria itu membentaknya. "Aku tidak tahu jika dia akan kesulitan bernafas dan aku juga tidak tahu bahwa dia alergi terhadap kacang!”

Grew Sean masih menatap tajam pada Risa.

Gadis di depannya masih setia menunggu Kevin sampai sadar, padahal dia bisa saja pulang dari tadi.

"Salahmu bukan hanya itu saja, kamu tahu aku hampir saja menyuruh seluruh polisi di London untuk mencari anakku."

"Ini bukan jelas salahku, Kevin yang memaksa memanggilku Ibu, lalu dia memaksa ingin ikut dengannya, saat aku mencoba membawanya kembali ke tempatnya, tapi dia menolaknya." ucap Risa sudah sangat kesal, ini bukan salahnya.

Dia tak suka cara pria itu menghakiminya seolah-olah Risa adalah dalang dibalik semua ini, meskipun secara tak langsung memang salahnya tapi bukan sepenuhnya salah Risa.

"Dan kamu juga begitu saja membawa anakku tanpa tahu siapa dia?" tanya Sean.

Risa memijat pelan dahinya, entah dengan cara apa dia harus menjelaskan tentang kejadian yang dialami. Asyla, Tuan Alex, dan taman bermain.

Risa tak yakin jika pria dihadapannya mau mendengarkan penjelasannya, yang Risa ingat sejak tadi pria itu terus menerus menatapnya dengan tajam dan dingin.

"Ibu?"

Itu suara Kevin, Sean dengan cepat masuk dengan Risa yang mengikuti dari belakang, pria itu mengusap kepala Kevin, raut ketegangan hilang seketika tergantikan dengan senyuman.

"kamu baik-baik saja, jagoanku?"

"ya, aku baik-baik saja Ayah." jawab kevin dengan suara yang masih lemas.

"bukankah sudah Ayah bilang jangan memakan sesuatu yang berhubungan dengan kacang, Kevin tak menuruti kata-kata Ayah."

Anak kecil itu hanya mengangguk dengan raut ketakutan, Risa menatap dengan tidak percaya, Kevin baru saja sadar dan pria itu langsung memarahinya.

"Hei! Jangan bersedih seperti itu, Ayahmu hanya khawatir padamu. Seharusnya Kevin mengatakan padaku jika kamu alergi kacang. Lain kali jangan lakukan itu, mengerti," ucap Risa yang mengangkat tangannya untuk melakukan high five dengan Kevin.

"Kupikir Ibu akan meninggalkanku."

"Tentu saja Ibu tidak akan meninggalkan Kevin, kamu sedang sakit dan Ibu tidak akan meninggalkanmu saat Kevin sakit."

"Apa itu artinya setelah aku sembuh Ibu akan meninggalkanku? Apa aku harus sakit selamanya agar Ibu tidak meninggalkanku lagi?" Kata ini jelas bukan perkataan yang Risa ingin dengar dari anak kecil itu.

"Hei, kenapa Kevin berkata seperti itu? Tentu saja Ibu akan menemanimu, justru Kevin harus segera sembuh agar kita bisa kembali bermain bersama."

"Benarkah kita bisa pergi ke taman bermain lagi? Lain kali pergi bersama Ayah."

mata Kevin menatap Sean penuh dengan harapan, menunggu persetujuan secara langsung dari Sang Ayah yang masih tidak mengerti dengan jalan cerita yang Risa mainkan.

Sean mengangguk, membiarkan putra kecilnya untuk bahagia.

"Kamu!" Sean menunjuk Risa.

"Kita harus bicara nanti!"

Risa menarik nafas dalam-dalam, mungkin kepalanya sudah terbentur sesuatu hingga ucapannya tak beraturan lagi, Asyla pasti akan tertawa mendengar kejadian yang dialami hari ini.

*******

"Ibu?" Alis Sean terangkat, pria itu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, Menatap Risa tanpa berkedip.

"kamu bercanda? bagaimana bisa kamu membohongi Kevin?"

Setelah menunggu Kevin tertidur Sean membawa Risa ke taman yang ada di lantai atas, tempatnya cukup sepi tapi dari sini langit malam terlihat jelas.

"Membohongi Kevin?" tanya Risa yang tidak percaya percaya dengan ucapan Sean.

"Aku melakukan ini karena—mu, kamu yang berkata padanya jika Ibunya akan kembali dari surga, bagaimana bisa seseorang kembali dari surga?"

"Kamu selalu mengalahkanku sejak awal, seolah-olah aku yang menyebabkan kekacauan ini, kamu bahkan tidak tahu jika hari ini aku hampir kehilangan kontrak kerjasama dengan seseorang  karena dia tiba-tiba memanggilku 'Ibu!" Risa berteriak mencoba menyalurkan kekesalannya.

"Kamu bahkan menuduh aku penculik, lalu sekarang kamu marah? Apa yang harus aku katakan pada Kevin, saat dia rela sakit selamanya hanya demi menahanku agar tetap disisinya!"

"Karena semua memang salahmu, kamu seharusnya tidak muncul di depan Kevin." Sean juga mulai kesal.

"Ini sangat lucu! Kamu bahkan masih menyalahkanku, kita bahkan tidak saling mengenali dan kamu sejak tadi kau terus menyalahkanku!" Risa mengangkat tangannya ke udara dengan ekspresi lelah.

"Aku pulang, tidak ada gunanya berdebat denganmu, sampaikan salamku untuk kevin."

 

Sean hanya bisa memandangi punggung kecil gadis itu yang semakin menjauh, pria itu sungguh tidak mengerti apa yang dia lakukan sekarang, hanya karena gadis itu mirip dengan mendiang istrinya, semua memori kenangan buruk terhampar jelas membuat suasana hatinya kacau.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel