Part 5 Jimin De Scafier
Warning..
Yang bocah minggir sebentar.
.
.
.
.
Happy Reading.
.
...
Jimin terdiam.
Rumah yang baru tiga hari lalu dikunjunginya kini tampak hancur, dan gosong bekas terlalap si jago merah yang mengamuk dengan dahysat.
Matanya memanas kala menatap ke arah samping kanan bangunan, taman bunga yang dibuat Serenia tampak hancur tak berbentuk. Masih bisa ia ingat bagaimana Serenia menata tempat itu sambil bernyanyi riang sementara adiknya Nara hanya melihat sambil berayun-ayun di ayunan tali di bawah pohon mapel besar yang entah kenapa bisa tumbuh di sana. Serenia menyukainya. Juga menyukai daun mapel yang berguguran.
Bunga krisan yang jadi simbol kesederhanaan tampak hancur terinjak ratusan asang kaki manusia, juga ratusan ekor anjing peliharaan yang Jimin yakini mampu mengoyak tubuh siapa saja yang mencoba keluar dari castle itu. Anak panah berserakan juga obor kayu. Yang sudah bisa dipastikan kalau obor-obor itulah yang digunakan untuk membakar seluruh bagian rumah.
Bukankah itu kejam.
Kletak.
Bunyi ayunan yang berpalu dengan batang pohon mapel yang setengah terbakar mengalihkan attenis Jimin.
Matanya kembali berair, mengingat bagaimana Serenia sering berkencan dengannya di atas ayunan yang sama. Bahkan ciuman pertama mereka terjadi di sana.
Masih bisa ia dengar bagaimana suara tawa bahagia kekasihnya kala ayunannya melambung tinggi. Wanitanya memang sangat berani. Meski kakinya terayun di udara karena dorongan Jimin yang kuat ia masih saja bisa tertawa.
Selain itu hal yang paling ia ingat sepanjang ia mengenal Serenia adalah kepercayaan wanita itu padanya. Serenia pada suatu waktu pernah berkata. Saat ketika Jimin cukup ragu untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat yang cukup membuat bulu kuduk merinding karena berfikir mungkin saja Serenia akan ketakutan, tapi dengan tatapan mata yang jujur dan yakin ia berkata "Aku tak akan pernah takut jika kau bersamaku, karena aku percaya kau akan selalu melindungiku, kau akan menyelamatkanku."
Suara perpaduan ayunan yang kini telah rusak dengan batang pohon mapel kembali mengalihkan attensi Jimin. Ia mendekat mengambil satu tali ayunan yang terputus dan menjuntai menyentuh tanah, sementara tali tambang yang satunya masih terikat kuat di dahan pohon.
Rasa tak percaya masih menyelimutinya.
Padahal dua minggu lagi mereka akan menikah. Karena sebulan yang lalu kala Raja Taeran De Lacrus memintanya untuk menjadi selirnya, ia bahkan dengan berani menolaknya dan malah memilih untuk menerima pinangannya, yang hanya seorang bangsawan tingkat satu.
Padahal posisi selir utama jelas akan memberinya keuntungan tersendiri pun bagi keluarganya. Tapi sepertinya Serenia lebih memilih cintanya, tak perduli jikalaupun sang Raja memberi titah hukum mati untuknya dan seluruh keluarga.
Jimin menghela nafas sembari menatap cincin pertunangan mereka.
Sebesar itukah kepercayaan Serenia?
Lalu apa arti kepercayaan itu sekarang?
Inikah yang namanya menyelamatkan?
Hanya angin yang berhembus sedang membuat suara gesekan daun-daun kering yang tertangkap inderanya sebagai jawaban atas tiap pertanyaannya yang keluar dari dasar hatinya.
Serenia telah pergi.
Dan itu kenyataan.
Hingga bahkan bersedih pun kini tak ada gunanya lagi.
Dengan langkah gontai Jimin pun memutar langkah, menginjak white rose yang cabangnya patah dimana-mana dan berserakan dengan tanaman-tanaman lainnya. Ia pun menunduk, mengambil satu tangkai yang masih tampak utuh.
"Maafkan aku Serenia..." gumamnya pelan sebelum membuang bunga kesukaan sang wanita ke tanah dan terinjak oleh kakinya sendiri.
***
Serenia masih mematut dirinya di depan cermin ketika tiba-tiba sebuah tangan meraba perut ratanya dan memeluknya posesif. Hampir saja ia berteriak, kalau saja aroma Jinseok tak menguar membuatnya bungkam, karena pria iblis itu sekarang adalah pelayannya.
Sementara satu tangan Jinseok bergerak liar di bagian perutnya, satu tangan yang lainnya mengangkat dagu Serenia hingga kepala wanita itu terjatuh di pundak Jinseok yang tengah memeluknya dari belakang.
Daging lembek dan basah menjulur dari bibir Jinseok menyapa leher jenjang Serenia.
"Aakhh__" ia mencengkram erat pergelangan Jinseok yang terus menggerayangi bagian perutnya kala satu hisapan kecil mendarat dilehernya dan meninggalkan bercak kemerahan di sana.
"Bagaimana kau bisa ada di sini..hhh?" desahan kecil kembali terdengar dari bibir Serenia karena tangan kanan sang pria yang awalnya bergerak diperut ratanya kini semakin turun ke arah selangkangannya.
"Kau lupa siapa aku? Serenia?" bisik Jinseok penuh gairah, sebelum melumat telinga Serenia hingga menimbulkan suara decapan-decapan halus yang membakar gairah.
Dengan susah payah Serenia mengendalikan hawa panas yang menyapa sekujur tubuhnya. Terasa sangat sulit mengendalikan desahanya, dan tepat saat Serenia ingin mengigit bibir bawahnya agar desahannya tak semakin mengudara , jari-jari tangan kanan Jinseok malah bermain dengan bibir Serenia, hingga mau tak mau ia hanya bisa menggigiti jari-jemari pria iblis itu.
"Asshhh...aku tak akan pernah lupa siapa dirimu iblis sialan, yang aku ingin tau kenapa kau di sini? Bukankah aku memberimu tugas." sarkas Serenia.
Tak tersinggung dengan ucapan Serenia, yang malah terdengar menggoda baginya membuat Jinseok makin liar. Maka ia makin melesakkan lidahnya dengan brutal mencumbu setiap jengkal leher jenjang Serenia yang tampak berkilau karena kulitnya yang putih bersih.
"Kau yang memintaku datang Serenia, kenapa kau memanggilku dengan penampilan seseksi ini...? kau membangkitkan gairahku..putri."
"Kapan aku memanggilmu?" protes Serenia sembari menolehkan kepalanya ke belakang ke arah Jinseok yang kini menatapnya dengan berkabut gairah. Bukannya menjawab Jinseok malah langsung memanfaatkan kesempatan dengan menyambar bibir merah menggoda milik majikannya. Ia melumat dengan panas, sementara tangan kanannya kini berpindah bermain dibelahan dada Serenia yang mencuat keluar. Dan tangan kirinya membelai lembut selangkangan wanita itu.
"Hhhmmppp...hhhh..." desahan tertahan terus menyapa telinga Jinseok membuatnya bertindak makin brutal, perlahan lidahnya mulai membombardir melesak ke dalam mulut Serenia.
Tubuh wanita itu pun merespon tanpa diminta, karena dengan gilanya ia semakin membusungkan dadanya kala tangan Jinseok mulai meremas secara bergilir kedua payudaranya yang menegang. Sementara kedua tangannya terangkat keatas menjambak kasar rambut Jinseok, yang malah terlihat seperti menekan kepala Jinseok agar menyecap mulutnya makin dalam.
Menyadari apa yang dilakukannya ini merupakan sebuah kegilaan Serenia meronta dan melepaskan diri. Penampilannya tampak berantakan kala tubuhnya kini menghadap ke arah Jinseok yang menatapnya dengan lapar. "Kapan aku memanggilmu Jinseok, kau jangan melanggar perjanjian kita, kau tak bisa berlaku seenaknya pada tubuhku."
Didekatinya tubuh wanita itu dan didorongnya hingga membentur cermin besar yang menempel didinding, hingga Serenia terhimpit dengan badan kekar Jinseok. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Serenia dengan sedikit miring sembari berbisik "Kau mengusap tanda perjanjian kita sambil menggumamkan namaku, sayang. Meskipun kau hanya bergumam dalam hati ataupun pikiranmu, aku tetap bisa mendengarnya, dan aku akan langsung datang dimanapun dan kapanpun kau melakukannya."
Sialan.
Terkutuklah dirinya karena tadi ia sempat mengumpat sambil mengingat kejadian panas di malam hujan badai itu, dan mengelus lingkaran hitam di perpotongan lehernya. Pantas saja tadi saat ia menyentuhnya, tanda perjanjian itu sedikit bercahaya. Rupanya ia telah memanggil pembuatnya.
"Aakkhh__" kembali desahan kenikmatan lolos dari bibir Serenia kala tanpa aba-aba Seokjin kembali menyesap lehernya.
Kali ini Serenia tak bisa mengelak lagi. Karena Jinseok telah memerangkapnya dalam dekapannya. Maka ia pun membiarkan gairah menguasai dirinya.
Dengan berani dan tak tahu malu Serenia mengangkat satu kakinya hingga bertengger di atas paha Jinseok dan kemaluannya membentur keperkasaan Jinseok yang masih terbungkus celana panjangnya.
Senyum iblis tercetak jelas diwajah Jinseok, apalagi ketika kedua tangan Serenia mencengkram kerah bajunya dan menarik wajahnya untuk turun agar Serenia bisa meraup bibirnya dengan ganas.
Maka ketika itu terjadi ciuman panas itu pun kembali menjadi tontonan yang menarik buat disaksikan.
Andai saja siang itu ada yang lewat di depan jendela kamar paviliun yang terbuka itu, maka pasti ia akan menelan ludah iri melihat betapa panasnya sepasang insan itu saling mencumbu.
Tak seperti manusia pada umumnya, Jinseok hanya perlu melentikkan satu jemarinya agar membuat tubuh mereka polos tanpa busana. Dan ia sudah melakukannya kala bibir mereka saling memagut dan menyesap dengan intim.
Sementara semua itu terjadi tangan kanan Jinseok pun bergerilnya meraba pinggul Serenia, mencengkram juga sekali waktu menamparnya, kemudian menekannya agar tulang kemaluan sang wanita membentur miliknya, sementara satu tangannya yang lain meremas kuat kedua payudara Serenia.
"Aahha....hhmmmppp...aahh.." berkali-kali desahan panas lolos dari bibir Serenia meski bibir tebal Jinseok masih berkuasa atas bibir manisnya.
Keduanya benar-benar telah terselubung hawa nafsu yang tak akan mudah dipadamkan.
Terlepas dari bibir Serenia yang menggoda kini bibir tebal Jinseok berpindah ke atas payudara milik wanitanya, kuluman dan tarikan, juga hisapan yang begitu kuat terasa membakar seluruh impuls saraf Serenia, hingga membuatnya makin membusunkan dada, mengharapkan Jinseok menelan dan menyesap payudaranya lebih banyak lagi.
Wajah sayunya yang berkabut gairah benar-benar menggoda. Jinseok menyukainya. Menyukai majikannya yang berubah liar dengan nafsu sex yang terpancar jelas.
Tatapan nanar Serenia atas dirinya membuat Jinseok semakin ingin memakan wanita itu secepatnya, ia hanya ingin memberi Serenia waktu untuk mengambil nafas sebelum menghujamnya tanpa ampun "Kenapa berhenti Jinseok?" suara serak Serenia kembali membakar gairah sang pria.
"Aku tak berhenti Serenia, tidak sekarang, meskipun kau memintanya."
"Tidak, aku tak akan meminta berhenti, justru sebaliknya. Nikmati aku Jinseok, hancurkan tubuhku sekarang, buat aku menangis, bunuh aku dengan gairah iblismu dan kenikmatan dari milikmu." tangan Serenia meremas kajantanan Jinseok yang sudah mengeras sejak tadi. Itu membuatnya mengerang nikmat dan semakin merasa tertantang untuk segera menerjang tubuh mungil didepannya.
"Aakhh__"
Tbc
Pengenalan tokoh
Sang penguasa kegelapan
Raja Scrates Alvabia
Tapi diberi nama anjing
Kim Jinseok oleh manjikan barunya di dunia manusia
Pangeran Joonatrius Alvabia
Adik kandung sekaligus panglima perang Raja Scrates Alvabia.
Narnia Arandia
Saudara sepupu Serenia Arandia
Lebih tua tiga tahun darinya.
Viera Ducaty,
adik kandung Vien Nic Ducaty.
Bangsawan tingkat dua
Sebastian Khartan
Panglima besar kerajaan Namkanda
Tapi di asingkan karena tuduhan penghianatan.
Merupakan suami Narnia Arandia
