Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 4 Rencana

"Vien Nic Ducaty...apa kau pernah dengar namanya?"

"Tidak putri, meskipun sering membuat perjanjian dengan manusia aku tak terlalu menyelami kehidupan mereka."

Diam sejenak Serenia pun akhirnya kembali membuka suara.

"Vien Nic Ducaty..putra dari keturunan Ducaty, bangsawan tertinggi dibawah raja, ia selalu bertentangan dengan ayahku, padahal kami hanya bangsawan tingkat tiga. Aku tak tau apa masalahnya tapi sepertinya ia sedikit cemburu karena Raja lebih sering berinteraksi dengan ayah dari pada dirinya, padahal ia ingin sekali adiknya Viera Ducaty menjadi seorang selir agar ia bisa memperluas kekuasaannya dalam pemerintahan."

Jinseok mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan oleh Serenia.

Seperti yang dikatakan Serenia minggu lalu, mereka berdua kini tengah melakukan perjalanan ke kota menggunakan kereta kuda, di mana Jinseok menjadi pengendalinya. Sebenarnya kalau Jinseok mau ia bisa saja menggunakan terleportasi untuk pergi ke tempat yang diinginkan Serenia, tapi seperti kata Serenia, ia kini adalah butler dan guardian maka ia akan bersikap sebagai manusia, tak terlalu menunjukkan kekuatan iblisnya.

"Apa dia salah satu orang yang kau curigai menjadi dalang penyerangan keluargamu?"

Serenia menghela nafas "Aku memang mencurigainya, dia pernah mendengar pembicaraan ayah dengan sang raja tentang keinginan raja mengangkatku sebagai selir utama, dan kurasa dia sangat marah karena hal itu. Tapi kemarahannya bukan semata-mata karena posisi adiknya tergeser olehku, tapi......" terlihat sedikit pancaran keraguan diwajah Serenia, sebelum kembali berucap, sementara Jinseok hanya diam menunggu kelanjutannya

"Tapi...karena Vien menginginkanku..dia pernah menulis surat padaku kalau dia mencintaiku..."

"Lalu kenapa kau mencurigainya? Bukankah orang yang mencintai harusnya melindungi?"

"Karena setelah pembicaraan ayah dan sang raja, ia mengirim surat berikutnya padaku. Isinya...jika dia tak bisa memilikiku maka tidak juga dengan yang lainnya...karena tak mungkin baginya membunuh raja, maka itu artinya ia harus membunuhku, benarkan?" Jinseok terdiam.

Tampak berfikir sesaat dari atas kursi kemudinya, sambil mengendalikan gerakan kudanya agar tetap seirama satu dengan yang lainnya. Dua ekor kuda itupun berderap dengan teratur hingga hentakan-hentakan kakinya menimbulkan suara yang merdu.

"Apakah hanya pangeran Vien yang kau curigai?" tanyanya kemudian.

Pohon-pohon mapel yang berguguran di sepanjang jalan menarik perhatian Serenia. Ia sangat suka ketika bermain di bawah guguran pohon mapel bersama adiknya Kim Nara Arandia yang telah meninggal, seketika rasa sakit menderanya ketika bayangan kematian orang-orang yang dicintainya terlintas dibenaknya.

Dengan segenap hati ia menekan seluruh rasa sakit itu, hingga kilatan api dendam kembali terlihat di matanya. Sementara dari tempatnya Jinseok tersenyum iblis ketika merasakan perubahan aura yang terpancar dari sosok wanita cantik yang kini ada dalam keretanya. "Paman Sam dan istrinya Helen Arandia, saudara tertua ayah pernah memiliki sengketa atas kekuasaan wilayah timur dengan ayah. Namun setelah melalui persidangan panjang ayah memenangkannya."

"Atas wasiat kakek, wilayah timur memang sudah diserahkan kepada ayah, tapi paman Sam memanipulasinya dibantu beberapa pejabat istana karena itulah perbutan kekuasaan itu terjadi."

"Selain itu semua hal yang paling mereka benci adalah adikku Kim Flexsius Arandia. Dari semua keturuna Arandia hanya Flexsius laki-laki satu-satunya jadi, sudah bisa dipastikan Flexsius adalah pewaris satu-satunya setelah ayah maupun paman Sam meninggal."

"Ohh begitu rupanya. Apakah Sam dan Helena tak punya keturunan?"

"Putri Narnia, ia sudah menikah dengan salah satu komandan pasukan kerajaan Sebastian Karthan. Mereka orang-orang jujur."

"Aku pernah dengar tentang keluarga Karthan, bahkan ketika era raja Karsus seratus lima puluh tahun lalu keluarga Karthan memang terkenal paling jujur." sela Jinseok.

"Ketika kerajaan melakukan revolusi pemerintahan dan memberantas para koruptor, dari para petinggi hanya keluarga Karthan yang lolos karena itulah Karthan diberikan keistimewaan dengan memberinya gelar bangsawan tingkat 2. Dan membiarkan mereka tinggal dekat dengan istana. Itu keburuntungan bagi Narnia, bukan?"

Sekali lagi satu helaan nafas dalam terdengar dari arah Serenia "Tapi belakangan salah satu keturunan ke lima dari mereka dikabarkan tengah menghimpun kekuatan untuk melakukan kudeta, karena itulah seluruh keluarga Karthan diasingkan ke perbatasan barat yang terkenal paling berbahaya, itulah yang membuat Paman Sam dan Helena sangat getol mengumpulkan seluruh harta keluarga Arandia agar putri mereka tak kelaparan, mereka sering kali harus mengirim berbagai macam barang untuk Narnia. Dan kurasa jika paman Sam berhasil menyingkirkan keluargaku, maka itu artinya seluruh kekayaan Arandia seutuhnya akan jatuh padanya dan ia bisa mewariskan semuanya kepada Narnia."

"Kurasa itu masuk akal. Tapi aku masih tak percaya bahkan keluarga sejujur bangsawan Khartal pun akhirnya bisa berubah juga. Lama tidak mengunjungi dunia manusia rupanya ada begitu banyak hal yang terjadi. Kalian memang kaum yang luar biasa, seluruh perubahan dalam dunia kalian bergerak cepat, bahkan banyak dari kalian yang memiliki sifat melebihi iblis. Itu terdengar mengerikan tapi taukah kau Serenia, semakin buas keinginan membunuh seseorang maka rasa jiwanya akan semakin lezat, dan sebagian besar dari mereka akan selalu mengikat perjanjian dengan iblis untuk mewujudkan keinginannya."

"Apa kau menyindirku?" Jinseok terkekeh mendengar ucapan Serenia.

"Tidak, aku hanya bicara fakta."

Kereta kuda mereka sebentar lagi memasuki perkampungan penduduk. Manik mata Serenia menajam melihat  segerombol pasukan tengah keluar dari gerbang. Tampak sebuah tandu bergerak pelan di antara mereka.

Manik mata Serenia memicing mencoba memastikan apa yang di tangkap oleh retinanya. "Bukankah itu simbol kebangsawanan Ducaty? Apakah putri Viera ada di sana? Mereka mau kemana melewati jalan desa seperti ini?"

"Seokjin bisakah kau cari tau kemana rombongan Ducaty akan pergi?"

"Baik putri."

"Tapi sebelum itu, bawa kereta ini kepenginapan di ujung sana, aku akan menginap disana malam ini."

"Sesuai perintah anda putri."

Tanpa menunggu lebih banyak waktu lagi, Jinseok memacu keretanya lebih cepat menuju penginapan sederhana yang ada di ujung jalan. Sebelum kemudian ia menghilang tanpa bekas.

Serenia pun melangkah sendiri memasuki kawasan penginapan itu yang ternyata cukup ramai.

Tempat itu memang cukup asing baginya, ia tak pernah kemari sebelumnya karena itu penduduk desa tak ada yang mengenalinya sama sekali "Aku ingin menyewa satu kamar." ucapnya pada seorang pelayan yang menghampirinya.

"Maaf kamar biasa kami sudah terisi semua, dan yang tersisa hanya satu yaitu paviliun Roselia, jadi sebaiknya anda cari kamar ditempat lain saja nona."

Senyum sinis tercetak diwajah Serenia dari balik maskernya yang transfarant. Kemudian satu tangannya masuk kedalam lipat rok panjang yang ia kenakan, mengeluarkan sesuatu dari bagian kantong roknya.

Brak!

Sekantong keping emas berbunyi cukup keras menghentak meja di depan si pelayan "Apakah ini cukup untuk menyewa paviliunmu itu!"

Terdengar tegas mengintimidasi, suara Serenia membuat sang pelayan gemetar "I..iya nona..ini bahkan lebih dari cukup untuk membeli seluruh penginapan sederhana kami."

"Maafkan atas kesalahanku nona.." pelayan paruh baya itu terbungkuk-bungkuk. Sementara Serenia menatap dengan tatapan kesal. Ia mendesis pelan. Kemudian mulai memandang sekeliling, tak lagi memperdulikan bagaimana pria paruh baya itu meminta maaf.

"Tunjukan tempatnya." ketusnya kemudian.

Maka seketika sang pelayan sekaligus pemilik rumah itu berjalan dengan tergopoh sambil membungkuk hormat menuntun jalan Serenia yang berjalan angkuh namun mempesona. Bahkan banyak dari mereka yang sedang berkumpul di area penginapan itu berdecak dan terkagum akan penampilan dan gaya Serenia yang begitu anggun menunjukkan martabat dan kelas sosialnya.

"Pelayanku sebentar lagi akan datang, jadi antarkan dia kemari."

"Baik nona." jawab pelayan paruh baya itu dengan tetap membungkuk tak berani menatap wajah Serenia yang masih tertutup cadar tipisnya. Setelahnya ia pun meninggalkan Serenia yang sudah masuk ke paviliun itu.

Kelelahan tergambar jelas di wajah Serenia kala ia melepas maskernya. Ia berjalan melewati halaman paviliun itu dengan langkah lemah hingga sampai ke dalam kamarnya, kemudian satu persatu ia melepas pakaian yang membungkusnya hingga menyisakan tubuhnya yang terbalut linggerie tipis transparan membalut tubuhnya yang sempurna dengan lekukan-lekukan yang seksi dan menggoda.

Ia mematut diri di depan cermin menatap buah dadanya yang menonjol dari balik lingerienya seolah berdesakan ingin dibebaskan, kemudian memperhatikan seluruh bentuk tubuhnya dari balik pakaian tipis itu. Sudut matanya pun perlahan terpokus pada satu tanda dilehernya, ia meraba dengan tangannya, sebuah lingkaran hitam yang tercetak jelas diperpotongan lehernya menjadi tanda bahwa ia kini bukan hanya milik dirinya sendiri, Serenia telah terikat janji kematian dengan Jinseok.

Lingkaran itu sedikit bercahaya kala disentuh, itu membuat Serenia sedikit terkesiap. Namun dengan cepat ia bisa membiasakan diri dengan semuanya.

Malam panasnya dengan Jinseok pun merotasi dalam pikirannya "Kurang ajar kau Jinseok." umpatnya kala teringat bagaimana pria iblis itu menikmati setiap jengkal tubuhnya bahkan memperawaninya.

Bulir bening pun keluar jatuh melalui sudut matanya, kala semua bayangan itu terus memutar tanpa henti. Sekilas ia melihat cahaya kecil dari jari manisnya. Permata kecil ditangannya tertimpa cahaya matahari yang menembus masuk melalui jendela kamar hingga membiaskan cahaya kecil yang tertangkap cermin didepannya.

Serenia pun menatap jari manisnya, dimana sebuah cincin dengan permatanya yang indah melingkar di sana. Maka perlahan ia melepaskannya bersamaan dengan rasa sakit yang mendera hatinya yang harus ia tahan. Serenia harus mulai belajar melepaskan dan melupakan sesuatu yang pernah menjadi impian masa depannya.

"Maafkan aku Jimin...."

Tbc.

Pengenalan Tokoh

Semoga kalian tidak bingung dengan nama-nama yang ku buat ya, karena sedikit menjelimet dan susah di ucapkan

Ini ilustrasi tokoh-tokoh di dunia manusia.

Vien Nic Ducaty.

Bangsawan Tingkat 2

Jimin De Scafier

Bangsawan tingkat 1

Raja Taeran De Lacrus

(yang menginginkan Serenia jadi selir utamanya)

Sam Askle Arandia

(paman Serenia, Mereka tiga bersaudara, Sam yang pertama, kemudian ayah Serenia dan satu saudara perempuan yang menikah dengan warga biasa di Korea, nah dari situ pula nama Seokjin berasal, karena anjing peliharaannya beranak dan itu diberikan ke Serenia kemudian diberi nama Seokjin Kim untuk selalu mengenang daerah asal sang anjing)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel