5
Selang beberapa jam kemudian Larry dan Belinda baru sampai di rumah mereka, seperti biasa yang selalu Larry lakukan setiap malam adalah memeriksa ke kamar milik putrinya yang berada di lantai dua rumahnya.
Namun saat ia sudah berada di dalam kamar Elvira, Larry tidak juga menemukan keberadaan putrinya di dalam kamar milik Elvira juga tidak ada tanda-tanda jika putrinya tersebut tengah berada di dalam kamar mandi, karena saat ia mengetuk pintu kamar mandi yang terletak di sudut kamar milik putrinya, tidak ada suara sahutan dari dalam, juga pintu kamar mandi tersebut tidak di kunci sama sekali.
Sehingga Larry memutuskan keluar dari kamar milik putrinya dan langsung menuju ruang kerja milik putrinya itu yang berada tepat di sebelah kamar Elvira, dan benar saja saat pintu ruang kerja di buka dengan sedikit tergesa-gesa oleh Larry, ia melihat putrinya tengah tertidur pulas dengan lengan yang menjadi tumpuan untuk kepalanya di atas meja kerja milik Elvira.
Larry mendesah lalu melangkah mendekat ke arah meja kerja milik Elvira di mana putrinya berada saat ini. Tepat setelah ia sampai dan berdiri di samping kursi Elvira, Larry merapikan helaian rambut milik Elvira yang sudah setengah menutupi wajah cantik milik putrinya tersebut.
Dengan perlahan Larry mengangkat tubuh Elvira yang menurutnya masih sama kecilnya saat terakhir kali Larry menggendong putrinya itu. Mungkin terakhir kali Larry menggendong Elvira saat Elvira masih duduk di bangku SHS, karena setelah Elvira menempuh pendidikan di University of Chicago, putrinya tersebut memilih untuk tinggal di asrama yang memang di sediakan oleh University of Chicago bagi seluruh mahasiswanya.
Juga karena jarak antara rumah mereka yang terbilang cukup jauh dan sangat tidak memungkinkan membiarkan putrinya berkendara yang akan memakan waktu hingga belasan jam jika melakukan perjalanan darat.
Awalnya Belinda menolak keras keinginan Elvira yang ingin menuntut ilmu di University of Chicago karena jarak dari rumah mereka yang menurutnya terlalu jauh juga karena ia sama sekali belum pernah berjauhan dengan putrinya tersebut. Bahkan Belinda sempat berdebat dengan Larry tentang masalah ini, mereka berdua yang selalu harmonis dan Larry yang selalu sangat mencintai istrinya akhirnya sedikit bersitegang karena keinginan putrinya.
Dengan bujukan dari Larry juga Elvira, akhirnya Belinda menyerah dengan kekeras kepalaannya dan menyetujui putrinya menimba ilmu di University of Chicago dengan syarat Elvira harus kembali ke rumah mereka setiap akhir pekan.
Dan sejak saat itu Elvira selalu kembali dari asrama tempat dimana dirinya tinggal selama menimba ilmu di University of Chicago setiap akhir pekan untuk kembali ke rumah mereka yang terletak di Bay Ridge.
Perlahan Larry meletakkan tubuh putrinya di tengah-tengah ranjang berukuran queen size milik Elvira, lalu menyelimuti tubuh Elvira yang sudah meringkuk sambil memeluk guling miliknya setelah Larry meletakkannya di atas ranjang. Larry sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memberikan kecupan di kening putrinya sambil berkata sebelum beranjak meninggalkan kamar Elvira, ia juga tidak lupa untuk mematikan lampu utama ruang tidur dan menyalakan lampu tidur yang terdapat di atas nakas samping tempat tidur Elvira, "Have a nice dream, darling."
Keesokan harinya.
Elvira menggeliat di atas ranjang miliknya dari tidur nyenyaknya, saat merasakan sinar matahari yang mulai mengusik di sepenjuru kamar tidurnya melalui celah-celah tirai dari penutup dinding kaca yang menjadi pembatas antara kamar tidurnya untuk menuju ke arah balkon.
Elvira mengerjap-erjapkan kelopak matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba saja di terima oleh indra penglihatannya. Saat penglihatannya sudah mulai fokus, ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih sambil mengingat-ingat kejadian sebelum dirinya berada di kamar miliknya. Elvira terkesiap saat ingatannya kembali dan langsung mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamarnya untuk menatap jam weker yang berada di atas nakas.
Elvira dengan tergesa-gesa langsung beranjak dari ranjang nyamannya dan dengan tanpa alas kaki sedikit berlari untuk segera menuju ruang kerja miliknya, untuk memeriksa pekerjaannya yang semalam ia kerjakan. Ia sedikit lupa apakah pekerjaannya sudah ia kirim pada Aleyshia atau yang lebih buruk adalah ia ketiduran hingga melupakan tugasnya tersebut.
Saat dirinya akan memutar knop pintu ruang kerja miliknya, Elvira di kejutkan oleh suara menegur dari Larry.
"Kenapa berlarian pagi-pagi juga tidak memakai alas kaki?" Tanya Larry dan menatap ke arah putri kesayangannya itu dengan tatapan sedikit tidak puas.
Larry berjalan mendekat ke arah Elvira lalu melapaskan alas kaki yang di pakai olehnya, ia sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memakaikan alas kakinya pada kaki mungil Elvira.
"Dad, apa yang kau lakukan?" Seru Elvira saat melihat Larry membungkukkan tubuhnya di hadapannya lalu mulai memakaikan alas kaki padanya.
Larry mengabaikan begitu saja ucapan dari Elvira dan terus saja memakaikan alas kaki pada putrinya, ia sedikit terkekeh saat melihat kaki mungil Elvira yang tertelan oleh alas kaki miliknya dan menurutnya ini sangat menggemaskan.
"Walaupun terburu-buru dan walaupun rumah ini memiliki penghangat ruangan di setiap sudutnya, tetapi tetap saja kau tidak boleh melupakan untuk memakai alas kaki mu, darling." Ujar Larry dengan lembut, walaupun tatapan matanya kembali seperti sebelumnya yang memandang Elvira dengan pandangan menegur.
"Ah! Ya maafkan El dad." Sahut Elvira dengan lirih.
Larry kemudian menepuk bahu Elvira dengan pelan lalu berkata, "Cepat selesaikan apa yang ingin kau kerjakan. Dad dan juga mom menunggu di bawah untuk sarapan."
Elvira mengangguk, kemudian langsung melangkahkan kakinya untuk memasuki ruang kerja miliknya. Tepat setelah dirinya sampai di dalam ruang kerjanya, Elvira dengan segera menyalakan laptop miliknya lalu memeriksa kotak emailnya dan begitu beruntungnya karena ternyata semalam dirinya sudah mengirimkan file itu pada Aleyshia. Setelah selesai memeriksa kotak emailnya, tak lupa Elvira juga memeriksa pekerjaan yang semalam ia kerjakan dan pekerjaannya sudah tersimpan rapi di file dokumen yang ada di laptop miliknya, ia sangat yakin semua ini pasti karena bantuan ayahnya semalam.
Bibir mungil Elvira terangkat keatas dengan sendirinya, kemudian ia mulai mencetak dokumen-dokumen yang hari ini harus di bawanya kr kantor yang akan di periksa oleh Aleyshia. Selagi alat pencetak dokumen miliknya masih terus bekerja ia memilih untuk meninggalkan ruang kerjanya dan menuju ke kamar miliknya untuk membersihkan diri. Lagi pula dirinya tidak mau membuat kedua orang tuanya menunggu terlalu lama di bawah sana.
