2
Elvira kembali ke ruangan Aleyshia setelah menyiapkan berkas untuk pertemuan Aleyshia dengan pihak Muller Group, ia juga sudah menghubungi sopir untuk menunggu mereka di lobby.
Tepat setelah sampai di depan pintu ruang kerja Aleyshia, ia mengangkat tangannya dan mengetuk beberapa kali sampai ia mendengar suara Aleyshia yang mempersilahkannya masuk ke dalam.
"Nona, kita sudah bisa berangkat sekarang." Ujar Elvira setelah berdiri di depan meja kerja Aleyshia.
"Baik, El! Ayo!" Sahut Aleyshia sambil beranjak dari kursi kebesarannya.
Mereka berdua berjalan bersisian menuju lift khusus petinggi Smith Group sambil membahas pekerjaan juga hal-hal yang lain. Mereka berdua layaknya teman bukan atasan dengan bawahan bahkan Aleyshia sudah menganggap Elvira seperti saudaranya dan juga Aleyshia selalu memperlakukan Elvira dengan sangat baik.
"El, apa kita ada perjalanan bisnis keluar bulan ini? Aku benar-benar ingin berpergian, huh!" Ujar Aleyshia dengan sedikit frustasi, pasalnya hampir dua bulan ini pekerjaannya selalu berada di New York. Jika ada perjalanan bisnis keluar negeri Arnold dengan sangat antusiasnya langsung turun tangan dan berkata jika daddy dan mommy nya butuh berduaan atau dengan kata lain honey moon.
Mendengar keluhan dari atasannya, Elvira sedikit terkekeh. Ia sangat tahu alasan mengapa atasannya dalam dua bulan terakhir tidak di tugaskan untuk perjalanan bisnis keluar negeri, karena Presdir mereka ingin berbulan madu lanjutan dengan istri tercintanya. Sudah menjadi rahasia umum jika Presdir dari Smith Group selalu sangat mencintai istri dan juga putri semata wayangnya.
Elvira menggelengkan kepalanya lalu menjawab pertanyaan dari Aleyshia, "Sayangnya tidak ada, nona. Kita masih perlu meyakinkan beberapa dari dewan direksi yang belum berada di atas kapal yang sama dengan kita atas rencana pembangunan resort di Malidives."
Aleyshia mendesah mendengar jawaban dari Elvira. Memang benar masih ada beberapa dewan direksi yang meragukan kinerjanya.
"Kita harus bekerja lebih keras, El! Agar bisa berpergian." Ujar Aleyshia bersemangat.
"Tentu!" Sahut Elvira cepat.
Mereka berdua keluar dari lift dan berjalan menuju lobby, di sana sudah ada salah satu sopir pribadi Aleyshia yang tengah menunggu kedatangan mereka berdua.
"Uncle, maaf membuat mu menunggu!" Ujar Aleyshia pada Benny dengan ramah.
"Tentu saja tidak, kemana uncle harus mengantar kalian berdua?" Sahut Benny lembut.
"Muller Group!" Sahut Aleyshia.
Elvira membuka pintu belakang untuk Aleyshia masuk lebih dulu, kemudian ia duduk di kursi penumpang depan samping pengemudi.
"Terimakasih, uncle!" Ujar Elvira pada Benny setelah duduk dengan nyaman di samping kursi pengemudi.
"Kau juga tidak perlu terlalu sungkan pada ku, nak!" Ujar Benny lembut sambil mengemudi menuju Muller Group.
"Baik, uncle." Sahutnya patuh.
Mereka bertiga kembali diam dan fokus pada kegiatannya masing-masing, hingga akhirnya empat puluh menit kemudian mobil mereka sampai di depan gendung Muller Group. Elvira turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Aleyshia.
Mereka berdua melangkahkan kaki jenjang mereka memasuki gedung Muller Group, Elvira berjalan menuju meja resepsionis untuk memberitahu kedatangan mereka.
"Apa ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya resepsionis pada Elvira dengan ramah.
"Kami datang untuk bertemu dengan Tuan Muller, nona." Sahut Elvira pada resepsionis tersebut.
"Apa kalian sudah membuat janji dengan tuan Muller, nona?" Tanyanya kembali.
"Ya, sudah!" Ujar Elvira.
"Kalau begitu tunggu sebentar, saya akan menghubungi asisten dari tuan Muller."
Elvira hanya menggangguk sebagai jawaban.
Beberapa saat kemudian Elvira juga Aleyshia diantar oleh resepsionis tadi menuju lift khusus petinggi dari Muller Group.
"Terimakasih!" Ujar Elvira pada sang resepsionis tersebut setelah masuk ke dalam lift bersama dengan Aleyshia.
Lift membawa mereka berdua menuju lantai dua puluh lima dimana kata resepsionis tadi tuan Muller tengah menunggu kedatangan mereka. Lift berdenting dan mulai terbuka secara perlahan. Dan setelah terbuka dengan sempuran, aku melihat ada seorang pria tampan yang tengah berdiri tak jauh dari lift khusus petinggi dan dia langsung mengarahkan pandangannya kepada kami berdua lalu menyapa kami dengan sangat ramah, "Selamat datang nona Smith dan nona?"
"Elvira Johnson!" Sahut Elvira sambil membalas uluran tangan pria itu.
"Perkenalkan saya Edgar Schulz, asisten dari tuan Muller." Ujarnya memperkenalkan diri.
Elvira dan Aleyshia mengangguk bersamaan. Lalu Edgar mengarahkan mereka berdua ke ruangan yang terletak paling ujung di lantai dua pukuh lima dan berhenti tepat di depan pintu tersebut. Edgar mengetuk pintu beberapa kali sebelum membuka pintu tersebut dan mempersilahkan kami berdua untuk masuk terlebih dulu.
"Nona, masuklah." Ujar Edgar pada Aleyshia dirinya.
"Terimakasih." Sahut Elvira.
Di dalam ruangan tersebut sudah ada dua pria yang tak kalah tampan dari Edgar atau malah menurutnya sangat-sangat tampan. Salah satu dari keduanya memiliki tatapan yang sangat mengintimidasi membuat Elvira tanpa sadar bergidik ngeri. Elvira melangkah mengikuti Aleyshia masuk ke dalam ruangan.
Dan salah satu pria yang sedari tadi terus tersenyum pada mereka berdua beranjak dari sofa dan memperkenalkan dirinya pada kami, "Perkenalkan nona, saya Joseph Lewis dan dia adalah Alaric Muller."
"Hallo tuan, saya Aleyshia Smith dan dia adalah asisten pribadi saya Elvira Johnson. Senang bertemu dengan anda." Ucap Aleyshia sambil menjabat uluran tangan Joseph dan Alaric.
Elvira juga mengikuti Aleyshia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan kedua pria di hadapannya.
"Silahkan duduk nona." Ucap Joseph pada Aleyshia juga dirinya.
Aku dan nona Aleyshia duduk setelah di persilahkan dan kami mulai berbincang.
Edgar yang sedari tadi menunggu di depan pintu, kini mengarahkan kami semua menuju ke ruang rapat yang letakknya masih satu lantai dengan ruangan yang pertama kali kami datangi, karena nona Aleyshia memang ingin segera mempresentasikan pekerjaan kami secepatnya pada tuan Muller.
Saat pintu ruang rapat di buka oleh Edgar, aku bisa melihat disana sudah ada sekitar lima orang yang telah menunggu kedatangan kami semua, mereka langsung berdiri dan memberi salam pada kami. Dan setelah itu kami semua duduk pada kursi-kursi yang masih kosong, aku membantu nona Aleyshia memberikan salinan proposal yang kami bawa pada semua orang yang datang di ruang rapat, setelah semuanya siap nona Aleyshia mulai mempresentasikan proposal kami di hadapan orang-orang Muller Group sedangkan aku duduk di bagian sudut depan ruangan untuk mencatat setiap masukan yang di berikan oleh orang-orang Muller Group. Sudah hampir waktunya jam makan siang saat kami keluar dari ruang rapat dengan hasil yang sangat memuaskan bagi kami berdua karena tuan Muller menyetujui proposal kami buat.
Langkah kaki kami terhenti saat tiba-tiba saja tuan Joseph memanggil nona Aleyshia untuk mengajak kami makan siang bersama. Namun nona Aleyshia segera menolaknya dengan halus karena memang benar setelah dari Muller Group kami juga memiliki janji lain.
Aku dan nona Aleyshia kembali berjalan menuju lift khusus diantar oleh Edgar.
Saat di dalam lift aku mencoba menghubungi uncle Benny untuk memberitahunya bahwa kami sudah selesai. Dan tidak perlu menunggu lama karena setelah nada dering pertama suara uncle Benny langsung terdengar di sambungan telepon.
"Uncle kami sudah selesai." Ujar Elvira di sambungan teleponnya.
"......."
"Oh, baiklah. Tidak perlu terlalu cepat-cepat. Aku akan mengatakannya pada nona Aleyshia."
"......."
"Ya!" Kemudian sambungan telepon mereka berdua terputus.
"Ada apa?" Tanya nona Aleyshia pada ku.
"Uncle Benny mengatakan jika sedang minum kopi di coffee shop di depan gedung Muller dan akan segera menjemput kita."
Nona Aleyshia mengangguk sambil berkata, "Katakan pada uncle Benny untuk tidak terlalu buru-buru dan habiskan terlebih dulu kopinya, kita akan menunggunya di lobby."
"Baik, nona." Sahut Elvira sambil tersenyum dan kemudian kembali menghubungi uncle Benny sesuai perintah dari atasannya.
