Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Aku Menemukanmu

Malam menjelang, Ervania baru saja membersihkan sisa kosmetik yang menempel di wajahnya yang oval.

Jarum jam baru menunjukkan pukul delapan malam, dan dia tidak terbiasa tidur seawal itu. Jadi Ervania memilih untuk menonton video di ponselnya sembari menunggu rasa kantuk itu datang.

Bosan menonton video, Ervania membuka galeri ponselnya untuk melihat-lihat kembali kumpulan foto selama dia berada di Mesir.

Sebatas yang Ervania ketahui, Mesir adalah salah satu negara yang memiliki peradaban sejarah yang menakjubkan.

Selama belajar di sana, Ervania sempat beberapa kali mengunjungi piramida yang dibuka untuk umum. Tetapi dia lebih sering berada di asrama karena cuaca yang begitu terik terasa membakar ubun-ubunnya setiap dia keluar.

"Nggak ada yang aneh," gumamnya sambil terus memandangi hasil jepretan yang sempat dia ambil bersama teman-temannya.

Tidak berapa lama kemudian, rasa kantuk yang ditunggu Ervania datang. Dia oleng ke samping dan kepalanya rebah ke bantal yang terbuat dari silikon.

Tidak ada yang aneh, hingga kemudian tirai di kamarnya bergerak pelan seakan sedang tertiup angin padahal saat itu jendela kamarnya tertutup dengan rapat.

'Navarin ... aku datang ...'

Ervania menggeliat sebentar, tapi kedua matanya tetap terpejam rapat.

'Buka matamu, Navarin ... aku merindukanmu ...'

Ervania membuka matanya sedikit, dia bisa mendengar suara desisan itu lagi. Kali ini begitu dekat dan terdengar dengan sangat jelas.

'Navarin, aku datang ... untuk menjemputmu ...'

Ervania tidak bisa lagi berdiam diri dan tidak memedulikan suara itu. Dia akhirnya memutuskan untuk bangun dan memandang ke sekeliling ruangannya.

"Mungkin aku cuma bermimpi," gumam Ervania dengan nada mengantuk, dia merebahkan tubuhnya lagi dan berniat untuk tidur kembali.

Baru beberapa detik memejamkan matanya, telinga Ervania menangkap suara-suara itu lagi.

'Kamu tidak mimpi ... aku telah menemukanmu, dan ingin membawamu pulang ...'

Ervania mulai terganggu sekarang, dia bangun dengan wajah mengantuk dan berdiri dari tempat tidurnya dengan kepala oleng ke sana kemari.

"Ma?" panggil Ervania iseng sambil menuang segelas air putih yang siap sedia di meja samping tempat tidurnya.

Setelah menghabiskan segelas air putih untuk meredakan rasa hausnya, Ervania duduk kembali di tepi tempat tidurnya.

Kalau mau jujur, sedari tadi dia merasakan ada sesuatu yang membersamainya.

"Saghara ..." gumam Ervania lagi, dia sempat kepikiran untuk menghubunginya di saat dia tidak bisa tidur seperti ini.

Tetapi dengan alasan waktu, Ervania seketika mengurungkan niatnya. Jadilah sepanjang malam itu dia terus terjaga hingga pagi tiba.

Mama membulatkan matanya ketika melihat Ervania muncul di dapur dengan wajah mengantuk.

"Kamu kenapa, Van?" tanya mama khawatir. "Begadang nonton drama?"

Ervania menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak bisa tidur, Ma ..." keluhnya. "Aku terus-terusan denger suara ..."

Mama cepat-cepat membuatkannya secangkir teh dengan seiris kecil jeruk lemon.

"Apa mama bilang? Pasti salah satu mumi Mesir itu ngejar kamu sampai ke sini," komentar mama sambil mengulurkan tehnya.

"Mama!" Ervania sedikit cemberut, tapi kemudian dia memilih untuk menghirup tehnya dan segera melahap sepiring nasi goreng telur yang sudah disiapkan sang ibu.

Setelah sarapan, Ervania pergi lagi ke kamarnya untuk memoles wajahnya agar terlihat lebih bernyawa.

Dengan gesit, Ervania mengambil kotak make up miliknya dan berkonsentrasi penuh dengan bagian matanya yang berkantung dan tidak sedap dilihat. Segera dia poles dengan concealer untuk menyamarkan kantung matanya dan menambahkan eyeliner hitam untuk mempertegas garis matanya agar terlihat lebih segar.

"Vania, Ghara sudah datang!" Mama berseru dari bawah.

"Sebentar!" sahut Ervania sembari menambahkan sentuhan terakhir pada bibirnya dengan liptint merah cherry.

Bahkan Saghara pun sampai tidak menyadari insomnia yang sempat Ervania rasakan semalam, saat dia melihat kekasihnya muncul dengan wajah yang lumayan segar.

"Kamu tidur nyenyak semalam?" tanya Saghara penuh perhatian.

"Begitulah," jawab Ervania sambil tersenyum. "Kita berangkat sekolah sekarang aja, yuk?"

Saghara mengangguk dan mempersilakan Ervania naik ke boncengan motornya dan mereka berdua segera melaju ke sekolah.

Sepanjang pelajaran hari itu, Ervania berusaha keras mempertahankan kesadarannya di tengah rasa kantuk yang memberatkan kelopak matanya.

Namun, sejak beberapa saat yang lalu dia tidak sanggup lagi mengontrol kesadarannya dan perlahan terlelap dengan kepala bersandar di meja.

Sayup-sayup terdengar desis suara yang akhir-akhir ini kerap menyambangi telinganya.

'Kemarilah, aku akan mengajakmu ... mengenang kembali kenangan kita ... di masa lampau ..."

"Kamu siapa ...?" tanya Ervania pelan sekali. "Aku ... nggak kenal sama kamu ..."

Ervania menyipitkan matanya saat ada kilau cahaya yang berpendar terang mengelilinginya hingga kelasnya tidak terlihat lagi, termasuk teman-teman yang tadi berada satu ruangan bersamanya.

"Navarin?" panggil sebuah suara dari kejauhan.

Mengikuti nuraninya, Ervania menolehkan kepala dan satu sosok muncul dari balik pendar cahaya yang menyilaukan tadi.

Sosok itu berupa seorang laki-laki muda berkulit cokelat muda mengilap, berparas rupawan dengan kedua bahu tegap melebar gagah saat dia berjalan mendekati Ervania yang tidak mampu bergerak satu sentipun dari tempatnya berdiri.

"Navarin?" ucapnya saat tiba di depan Ervania yang berdiri membeku.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Ervania, ketakutannya sirna saat dia menatap keelokan paras laki-laki muda yang ada di depannya ini.

"Aku menemukanmu, Navarin. Kekasihku ..." jawabnya dengan bahasa yang sangat Ervania mengerti.

"Apa? Tunggu, aku rasa kamu salah orang!" seru Ervania yang tidak dapat lagi menyembunyikan rasa shock-nya. "Aku ... aku bahkan nggak kenal kamu. Kekasihku cuma satu ... dia adalah Saghara."

Laki-laki muda yang ada di depan Ervania tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Namun, mendasak ekspresi wajahnya berubah dingin seakan tidak suka dengan apa yang Ervania ucapkan.

"Kamu bukan kekasihnya Saghara," katanya dingin. "tapi kekasihku, milikku."

Ervania kini menelan ludah saat laki-laki muda nan rupawan itu semakin mendekat kepadanya.

"Aku akan tunjukkan kenangan tentang kita berdua," katanya tegas. "di masa lampau, di mana hanya ada cinta kita berdua di masa itu."

"Enggak!" geleng Ervania tergeragap sambil bergerak mundur. "Aku nggak kenal kamu ... sumpah aku nggak ngerti apa yang kamu ucapkan sama aku ...!"

Ervania terus berjalan mundur tanpa memerhatikan sekitarnya. Saat itulah salah satu kakinya terjeblos dan dia merasakan sensasi terjatuh ke dalam lubang yang teramat dalam ....

"Tolong!" seru Ervania histeris. "Tolong aku!"

Cahaya yang berpendar-pendar itu berangsur lenyap, digantikan dengan meja-meja dan beberapa teman sekelas yang mengelilingi Ervania dengan ekspresi cemas.

"Van, sadar! Kamu kenapa?" Wajah Saghara memasuki ruang penglihatan Ervania. "Apa yang kamu katakan?"

Ervania tersadar dan mendapati dirinya sudah terbaring di pangkuan teman sebangkunya.

Seorang guru yang mengajar matematika di kelasnya pun tidak luput mengerumuninya dan melontarkan pertanyaan yang sama dengan yang dilontarkan Saghara kepada Ervania.

"Kamu tiba-tiba mengigau dan mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang terdengar asing," kata Pak Ibnu, guru yang mengajar.

Ervania terdiam bingung di bawah pandangan tegang teman-teman sekelasnya.

Bersambung -

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel