Bab 8
Keysa Pov
Setelah cukup lama berdiam diri didalam hotel, kini saatnya aku keluar dan bertemu dengan ayam jantan itu untuk bertemu client. Aku hanya memoles make upku senatural mungkin dan memakai rok sepan merah disesuaikan dengan blezer merah juga dan kemeja hitam. Saat aku keluar dari kamar, ternyata sudah ada ayam jago itu sedang bersandar dipintu kamarnya.
"Tidak sopan sekali, menyuruh atasanmu menunggu lama" ucapnya datar. Pyuhhh dasar si muka datar
"Maaf pa, tadi saya harus menyesuaikan baju saya dulu" ucapku asal padahal sebenarnya aku masih malu untuk bertemu dengannya makanya sengaja berlama-lama.
Kamipun mulai berjalan bersama menuju lift.
"Apa kamu masih bercermin untuk melihat ukuran dadamu?" jawabnya dan tersenyum mengejek.
Sialan nih ayam !!!! Berhasil membuat mukaku merah. Enggan sekali aku menjawabnya.
Kami sudah sampai direstaurant untuk pertemuan dengan client, mereka mulai membicarakan proyek mereka dan aku hanya mencatat semua yang mereka diskusikan.
Akhirnya selesai juga dan clientnya sudah pergi meninggalkan kami berdua.
"Kita makan siang disini saja" sahutnya
"Oke" ucapku semangat dan mulai memesan makanan.
Saat masih menunggu pesanan datang, dia sibuk dengan hpnya. Dan aku hanya celingak celinguk melihat kanan kiri tetapi sesekali mencuri pandang kepadanya.
Karena si ayan ini, bisa dikatakan makhluk ciptaan tuhan yang sempurna, dari matanya,hidungnya, bibirnya sampai tubuhnya sangat sempurna tapi sayang keindahan fisiknya berbeda jauh dengan kepribadiannya yang datar dan nyebelin.
"Kamu terpesona?" ujarnya membuatku tersadar kalau sekarang aku sedang menatapnya dan tertangkap basah.
"Hah? Terpesona dengan anda?hahahaha" tawaku terdengar mengerikan sekali karena salting aku pura-pura saja memainkan rambut panjangku.
"Aduh, sepertinya rambutku sudah mulai kering harus cepat-cepat kesalon"gumamku mencoba mengendalikan gerogiku
"Oh iyaa,, masa sih? Saya tau kamu daritadi curi pandang ke saya.
Yah,, saya memang tampan. Wajar saja sih sering diperhatikan diam-diam" ucapnya cuek membuatku membulatkan mataku.
"Cih,, pede amat" cibirku dan akhirnya pesanan kamipun datang. Tanpa harus menunggunya aku langsung santap saja makanan dihadapanku dengan lahap.
"Ck, kau ini sedang galau tapi makan tetap lahap seperti itu. Benar-benar pemakan yang bagus" ucapnya dan aku hanya mengangkat kedua bahuku dan meneruskan makanku.
Akhirnya makananku sudah habis tak tersisa dan kenyang sekali.
"Kenyang?" tanyanya
"Iya" ucapku tersenyum. "Sekarang kita mau kemana?" tanyaku
"Tidak ada" ucapnya datar
"Ya sudah kalau gitu kita jalan-jalan saja yuk" ucapku.
"Kemana?" tanyanya
"Ayo ikut saja." aku langsung menarik tangannya dan beranjak keluar restaurant.
Aku melarangnya membawa mobil, kami menaiki beca berkeliling kota Yogyakarta ini. Selama ini kita terus bercanda dan berbincang-bincang.
Ternyata dibalik sifatnya yang cuek dan datar dia humoris dan jahil juga, mungkin karena gak mau aku ejek ayam lagi kali yah.
Kami turun disebuah taman kecil, kami kembali berbincang dengan sesekali saling mengejek. Dasar bos yang sangat menyebalkan.
"Besok kita pulangkan?" tanyaku setelah lama terdiam.
"Heem" jawabnya masih datar
Aku sedang menikmati udara sore hari disini sambil berjalan bersamanya hingga seseorang dari arah belakang dengan sengaja menabrakku kencang hingga aku kehilangan keseimbanganku. Tetapi seseorang dengan sigap menahan tubuhku agar tidak sampai membentur tanah. Dan siapa lagi orang itu kalau bukan pak Felix bos tampan sekaligus galakku.
Kami bertatapan cukup lama, jantungku berdetak lebih cepat dan aku tidak pernah merasakan ini saat disamping Reno. Dia menatapku dalam membuatku mematung dan hanyut dalam tatapannya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya membuatku tersadar dan memberontak agar terlepas karena salting hingga
Bruk
"Awww" aku meringis merasakan kaki dan pantatku sakit akibat membentur tanah.
"Sakit yah? Makanya kalau ditolongin tuh diem" ucapnya cuek dan terus berjalan meninggalkanku
"Dasar nyebelin" gerutuku dan segera berdiri.
Aku mengikutinya dari belakang sambil menggerutu hingga
Dug
Astaga siapa sih yang naro tembok disini. Sakitkan nih jidat, udah tadi jatuh sekarang kepentok tembok lagi. Aku mengelus-ngelus jidatku yang sakit dan sadar ternyata yang aku tabrak bukanlah tembok melainkan punggung lebar bos galakku. Punggung kok keras seperti tembok.
"Makanya kalau jalan tuh jangan sambil mendumel, tau rasa kan" ucapnya yang kini sudah berbalik kehadapanku
Aku mengerucutkan bibirku, kebiasaanku kalau sedang kesal. Sambil mengelus-ngelus jidatku dan dia menarik tanganku yang berada di jidat lalu dengan perhatiannya dia memeriksa jidatku lalu mengelusnya.
"Sudah, tidak sampai biru kok" ucapnya membuatku tersipu sendiri
Kami melanjutkan perjalanan kami. Cukup jauh kami berjalan, kakiku mulai terasa ngilu dan sakit apalagi aku memakai higheels. Aku berhenti sebentar, karena kakiku terasa pegal.
"Kenapa?" tanyanya
"Kakiku sakit, kita sudah berjalan jauh" keluhku memegang betisku yang sakit
"Siapa suruh tadi melarangku membawa mobil" jawabnya
"Ya tadi kan aku ingin naik beca" belaku
"Lalu? Disini tidak ada beca ataupun taksi" ucapnya
"Sekarang gimana? Aku gak kuat buat jalan" ujarku karena memang sudah tidak kuat lagi berjalan
Tiba-tiba saja dia jongkok dihadapanku.
"Cepat naik?" ucapnya datar. Aku terpaku, apa maksudnya barusan nyuruh gue naik.
"Lama sekali, cepat naik keatas punggungku, bukannya pegal. Keburu malam nih" ucapnya datar
Cih dasar tidak ada romantis-romantisnya sama sekali,,!!
Oooppss,, memang siapa aku pengen diromantisin sama bosku ini,,hhe
Tak butuh waktu lama akupun langsung naik kepunggungnya dan diapun berdiri, rasanya nyaman sekalu digendong olehnya. Aku mampu mencium parfum maskulinnya dan Aku mempererat kalungan tanganku ke lehernya karena takut jatuh.
"Apa berat?" tanyaku
"Sangat, kamu kan si tukang makan mana mungkin badannya enteng" sahutnya dengan datar
"Ck, tapi aku kan tidak gendut" protesku tak terima dibilang berat
"Ya memang, tapi tetap saja berat." ucapnya "ahh,, menyusahkan sekali" keluhnya
Cih, dasar menyebalkan bukannya ikhlas membantu malah menggerutu. Aku mengerucutkan bibirku kesal.
Selama perjalanan kami terdiam membuatku tidak betah, tapi sedikit sedikit aku menatap wajahnya dari samping dan dekat. Mempesona sekali, ahh benar-benar ciptaan tuhan yang sangat sempurna.
"Sedang mengagumi keindahan wajah tampanku hah?" ucapnya membuatku tersentak.
Bagaimana dia tau?
"Aku merasakan nafasmu menerpa wajahku" ucapnya lagi semakin membuatku melongo
Bagaimana dia tau isi kepalaku?
"Karena kamu terlalu polos, jadi aku bisa membaca dengan jelas isi kepala kamu" ucapnya lagi.
"Kyaaaa,,,,!!!" aku berteriak dan menutup wajahku dengan kedua tanganku karena kaget dia bisa tau isi kepalaku.
"Ck,, berpeganganlah nanti kamu jatuh" ucapnya dan segera aku mengalungkan kembali tanganku kelehernya.
"A..apa kamu seorang cenayang?" tanyaku, siapa tau dia memang ada keturunan ki joko bodo kan.
" Aku hanya seorang ceo tampan saja" ucapnya dengan sangat percaya diri.
"Ck, pede sekali" ucapku sinis
Dan akhirnya kami sampai didepan kamar hotel kami.
"Beristirahatlah, nanti jam 7.30 aku tunggu kamu direstaurant bawah untuk makan malam" ucapnya
"Siapp boss" ucapku saat sudah turun dari punggungnya padahal masih pengen digendong sih.
***
Sudah jam 7.30 waktunya makan malam,, aku hanya memakai dress tanpa lengan merah marun diatas lutut dan makeup senatural mungkin, dan rambut ku ikat kuda.
Oke sudah siap, aku segera bergegas kelantai 3, dimana restaurant itu berada.
Sesampainya disana aku mencari sosok ayam jago tampan dan tepat disebelah kanan sana, aku melihatnya dengan memakai kaos lengan panjang berwarna abu dan celana jeans putihnya.
Apa penampilanku terlihat berlebihan yah? Sepertinya tidak,,
Hmmp,, aku kira ini semacam dinner yang romantis ternyata tidak dan disana, dia dengan siapa yah?
Aku berjalan menghampirinya.
Siapa mereka yah dan lho kok ada Clara disana. Aku sedikit melamun hingga teriakan Clara menyadarkanku.
"Keysa..."teriaknya melambaikan tangan kearahku, dan aku hanya tersenyum padanya dan semua orang yang ada disana melihat kearahku kecuali si ayam muka datar itu, terlihat masih asyik dengan hpnya. Aku berjalan mendekati mereka.
"Hai" sapaku
"Hai" ucap 2 orang laki-laki yang ada disana kecuali Felix dan Clara tersenyum manis padaku
"Aku kan sudah bilang jam 7.30,, kenapa telat? Kita jadi menahan lapar gara-gara menunggu kamu" ucap ceo galakku dengan sinis, dia kembali kewataknya yang pertama.
"Maaf pa, lagian saya cuma telat 10menit saja" ucapku dan duduk disebelah Clara.
"Tidak apa-apa kok Key,, lagian kami juga baru datang" ucap Clara
Huh, dasar menyebalkan. Dia sengaja cari alasan untuk memarahiku.
"Aku Devan sahabatnya Felix" ucap laki-laki tampan disamping Felix menyadarkanku.
"Aku Keysa" aku menyalami tangan laki-laki tampan itu, meskipun masih tampan Felix sih.
"Aku Remon pacarnya Clara dan sahabatnya bos kamu" ucap laki-laki disebelah Clara
"Aku Keysa" aku tersenyum kearahnya. "Kok kamu disini sih, Clar?" tanyaku heran
"Aku diajak pacarku kesini, mumpung weekend. Kenapa kamu merasa terganggu yah karena tidak bisa berduaan sama bosmu" ucap Clara menggodaku
"Eh enggak kok,, cuma kaget saja" ucapku dengan nyengir lebar.
Kamipun mulai memesan makanan kami.
***
Aku tengah berjalan menuju kamar hotelku, tetapi tiba-tiba dari kamar sebelah ada yang menarikku hingga masuk ke dalam kamar hotelnya dan segera menutup pintu. Tubuhku di dorongnya ke daun pintu membuatku bingung dan heran.
"Ada apa pa?" tanyaku heran melihat tingkah Felix.
"Apa saya buat salah.....hmmmpp" aku tidak melanjutkan ucapanku karena bibirnya membekap bibirku.
Felix terus mencium dan mulai melumat bibirku yang masih tertutup. Aku masih terpaku dan sedikit menikmatinya hingga kesadaranku datang.
Dengan sekuat tenaga, aku mendorong tubuh Felix hingga ciuman kami terlepas.
Plak
Tanganku mendarat dipipi tampan Felix, aku sadar aku sudah menampar siapa. Aku menutup mulutku dan segera keluar dari kamar Felix dan berlari masuk kedalam kamarku.
"Dia mencuri ciuman pertamaku, apa yang sudah dia lakukan. Dan apa yang sudah aku lakukan? Aku menamparnya, pasti besok aku akan dipecat.. Ahhh bodoh bodoh kau Keysa" gerutumu memukul kepalaku sendiri.
"Bagaimana ini?" keluhku menutup wajahku sendiri dengan kedua tangannya
***
