Bab 11
Aku berlari saat melihat felix sudah didepan mejaku.
"Se. .lamat si..ang p...ak" ucapku terbata-bata dan mengatur nafasku
"Kebiasaan, ayo kita pergi" dia langsung menarik tanganku
"Mau kemana pak?" tanyaku heran dan segera menyambar tasku
"Ayo ikut saja" ucapnya
Dasar pemaksa...
Kami sudah duduk dimobilnya, dan aku gak tau dia mau bawa aku kemana.
"Bapak mau ngajak saya makan siang?" tanyaku
"Tidak" ucapnya singkat.
Terus sekarang aku mau dibawa kemana? Perasaan gak ada pertemuan client atau meeting.
"Kita sudah sampai" ucapnya, aku terlalu fokus dengan pikiranku sampai-sampai tidak tau kalau sudah sampai di tempat tujuan.
Aku menelusuri tempat ini, tempat yang banyak pepohonan segar, dengan taman kecil dan terdapat danau juga. Disana juga terdapat papan kayu diatas danau.
Waw,, sungguh indah sekali,,
Kami berjalan bersama ke arah papan kayu itu dan bagian paling ujung kami sama-sama duduk dengan kaki yang menggantung di atas air danau.
"Kenapa bapak mengajak saya kesini?" tanyaku melihat ke arahnya
"Felix bukan bapak" ucapnya tegas seakan tak ingin dibantah
"Iya maksud saya kenapa kamu ajak saya kesini?" tanyaku lagi
"Aku tidak tau" jawaban yang membuatku speechless
Kami terdiam sesaat menikmati udara sejuk disini.
"Tempat yang indah" gumamku
"Aku biasa kesini hanya untuk menenangkan diri" ucapnya membuatku menengok kearahnya yang masih menatap lurus kedepan.
"Disini sangat sejuk, indah dan sunyi" tambahnya lagi dan aku kembali memandang kedepan.
"Ya, sungguh indah" jawabku kini giliran dia yang menatapku dan tersenyum.
Senyum yang indah, tapi sayang jarang sekali diperlihatkannya.
Aku melihat ke arahnya kami bertatapan cukup lama, aku mulai terlena oleh tatapan tajam miliknya. Mata itu seakan memancarkan laser ke mataku, membuatku tidak ingin mengalihkannya.
Dia semakin mendekatiku, wajah kami sudah hampir dekat.
"Kalau aku cium kamu, apa kamu akan menamparku lagi?" bisiknya, nafas mintnya menerpa wajahku membuatku semakin terlena.
Aku tidak tau harus jawab apa, tetapi tiba-tiba mataku terpejam begitu saja bertolak belakang dengan hatiku yang masih bimbang, dan ingin menolaknya.
Felix semakin mendekatkan wajahnya kepadaku, hidung kami beradu dan aku juga merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirku,, awalnya hanya menyentuh tapi lama kelamaan dia melumat bibirku menyusuri setiap inci bibirku. Aku menikmati kelembutan itu, membuat jantungku berdetak semakin kencang.
Tak butuh waktu lama dia melepaskan ciumannya itu membuatku langsung memalingkan kepalaku, menatap kedepan.
Hatiku terasa tercubit dengan tindakan ini.
Lalu apa bedanya aku dengan Reno? kami sama-sama berkhianat.
"Maaf" ucapnya singkat dan aku langsung menoleh ke arahnya yang masih menatap lurus kedepan.
Aku sedikit meringis mendengar kata maafnya, ntahlah aku merasa sakit hati dan kecewa dia mengatakan kata maaf.
Aku kembali menatap lurus kedepan dengan mengayunkan kedua kakiku yang menggantung.
"Kamu tau, itu adalah ciuman pertamaku. Sebenarnya aku mengharapkan ciuman pertamaku di ambil oleh pacarku yang aku cintai, tetapi sayangnya Reno tidak pernah melakukannya, mungkin kamu benar aku memang tidak menarik dimata laki-laki" ucapku tersenyum getir
Dia menatapku, terlihat ekspresi kaget diwajahnya tetapi tak lama dia kembali menatap lurus kedepan ekspresinya kembali datar.
"Dasar laki-laki bodoh" gumamnya
"Apa?" tanyaku heran
"Tidak" jawabnya datar
Aku menghela nafas, dan menikmati pemandangan disini.
Cukup lama kami terdiam hingga waktu sudah mulai petang, sungguh indah langit saat petang begini.
"Kita pulang" ucapnya beranjak dan aku mengikutinya dari belakang sambil menenteng sepatuku.
Kami kembali menaiki mobilnya dan dia kembali melajukan mobilnya.
Dia kembali diam membisu, membuatku bingung sekali.
Tapi ada apa yah dengannya, benar-benar seperti bunglon gampang sekali berubah-ubah.
"Mau makan dulu?" tanyanya dengan pandangan masih fokus kedepan
"Tidak, aku sudah janji akan makan malam bersama papa" jawabku
***
Felix pov
Aku masih bingung dengan hatiku, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa wajah wanita itu selalu mengusikku,
Ada apa denganku?
Aku terus memikirkan hatiku di dekat kolam renang rumahku.
'Apa aku mencintainya?'
Tidak Felix, kau sangat membenci kata cinta, tidak mungkin kau mencintainya. Tidak ada yang namanya cinta didunia ini, yang ada hanya kebutuhan.
Ya aku hanya membutuhkannya untuk selalu menemaniku, ini bukan cinta.
"Hai mas bro,, gue telpon loe kenapa gak loe angkat" ucap Revan yang baru datang dan duduk disampingku
"Hp gue diatas, ada apa?" tanyaku, aku tidak begitu menyukai basa basi
"Dasar loe, bener-bener mr. Tanpa basa basi" kekehnya membuatku berdecak kesal. "Minggu depan kita ada acara di Bogor, loe bisa sempetin kan?" tanyanya
"Iya pasti bisa, loe atur saja semuanya" ucapku
"Oke bos,,"ucapnya "oh iya ngomong-ngomong sekretaris loe cantik juga yah" ucapnya membuatku menatapnya dengan tajam seakan ingin membunuhnya
"Tenang bro tenang, gue gak akan embat milik loe kok" kekehnya
Milik gue? Ya, dia benar. Keysa memang harus menjadi milikku seutuhnya.
***
Keysa pov
Papa menyuruhku untuk berdandan cantik, karena akan makan malam bersama Reno. Tapi sungguh aku tidak bersemangat sama sekali, aku tidak ingin berdandan untuk laki-laki bajingan itu.
Aku hanya akan berdandan untuk Felix.
What???
Apa barusan hati gue yang bilang?
Nggak nggak, ngapain juga gue harus berdandan demi bos galak itu,,
Oke, papa sudah memanggilku dan aku hanya memoles seadanya saja di wajahku. Dan aku segera turun kebawah.
Disana sudah ada Reno dan papa, sepertinya sibuk membicarakan masalah pekerjaan.
"Malam pa, malam Ren" ucapku mencium pipi papa dan duduk disamping Reno.
Kenapa aku masih bersikap biasa saja. Karena ada papa disini, aku tidak ingin papa kepikiran masalahku dan Reno.
"Kamu cantik banget Key" bisik Reno dan aku hanya bisa tersenyum kecil.
"Ayo kita makan" ajak papa
Aku mengambilkan nasi dan lauk untuk papa
"Buat calon suamimu juga dong sayang" ucap papa
Cih,, ogah banget gue harus ambilin nasi dan lauk buatnya.
Akhirnya aku terpaksa mengambilkannya karena papa, kalau tidak disuruh papa ogah banget.
"Makasih sayang" sahutnya so manis sekali
Kamipun mulai menikmati makanan kami,,
"Papa sudah berbicara dengan Reno. Kalian akan menikah 2bulan lagi" ucap papa dan langsung membuatku tersedak.
Oho oho oho
"Pelan-pelan makannya dong sayang" sahut Reno memberikan segelas air putih kepadaku dan aku meminumnya.
"Kenapa secepat itu pa?" protesku
"Lho kenapa sayang? Bukannya kamu ingin cepat-cepat menikah?" ucap papa
"Ya maksud aku,, jangan secepat itu. Aku kan baru saja memulai karirku, aku masih ingin menikmatinya" ucapku asal
"Tapi kan meskipun kalian menikah, kamu masih bisa bekerja sayang" jelas papa
"Paaaa" Rengekku
"Tidak sayang, papa sudah tua. Papa ingin melihat kamu berumah tangga dan bahagia. Setelah kalian menikah papa akan langsung menyerahkan semua perusahaan papa dan tanggung jawab papa pada Reno" jelas papa
"Tidak om,, om juga masih harus ikut bertanggung jawab. Aku tidak bisa menerima semua ini" ucap Reno dengan ramah
Sebenarnya apa mau Reno? Apa maksud dia?
Ditawari harta sebegitu banyaknya dia tolak.
Apa dia hanya berackting? Atau dia punya rencana lain?
"Tidak apa-apa nak, papa sudah menganggap kamu anak papa. Papa hanya ingin melihat kalian bahagia" ucap papa
"Saya tidak bisa menerimanya om,, saya ingin menafkahi Keysa dengan jerih payah saya sendiri" ucap Reno
"Kamu memang anak yang baik,," papa tersenyum
"Sayang, kita harus mempersiapkan semuanya untuk acara pernikahan kita" ucap Reno.
"Bisa kita bicara berdua" ucapku yang sudah tak tahan lagi mendengar bualannya.
"Baiklah" ucap Reno
Kami berdua berjalan menuju taman belakang, aku melipat kedua tanganku di dada.
"Aku tau kamu marah sama aku, tapi perlu kamu tau. Aku tak ada niat sedikitpun mengkhianatin kamu, Key" ucap Reno menarikku hingga kami berhadapan.
"Sudah jelas semuanya Ren, dan sekarang apa maksud kamu dengan membicarakan pernikahan? Apa kamu ingin membuatku semakin terluka?" tanyaku dengan tatapan kekecewaan.
"Yank, aku mohon percaya padaku. Aku dan Sanas melakukannya hanya karena-"
"Karena apa, hah? Karena kalian saling menyukai? Karena kalian saling cinta? atau apa?" pekikku yang sudah sangat emosi.
"Aku akui aku salah, aku tak mampu menahan diri. Bagaimanapun aku pria dewasa yang perlu menyalurkan gairahku" ucapnya
"Apa harus dengan Sanas, hah? apa tak ada wanita lain lagi?" pekikku bersamaan dengan tangisku yang luruh.
"Aku menyayangimu, Key. Aku menghargai prinsipmu yang tak ingin melakukan sex bebas. Jadi aku melakukannya dengan wanita lain. Aku tau aku salah karena meminta Sanas" ucapnya
"Sudah cukup, aku tak ingin mendengar penjelasan ambigu darimu, Ren" ucapku seraya mengusap air mataku.
"Aku lelah, sekarang kamu pulang. Dan tolong batalkan pernikahan kita" ucapku
"Tidak bisa Key, aku mencintaimu" ucapnya
"Reno, aku mohon. Hatiku sakit melihat kejadian kemarin, jadi aku mohon jangan tambah lagi kesakitan itu" ucapku
"Aku mempercepat pernikahan kita, karena aku ingin menebus kesalahanku kemarin. Aku ingin memperlihatkan padamu kalau aku serius padamu" ucapnya memegang kedua tanganku.
"Aku mohon beri aku kesempatan sekali lagi" ucapnya
"Aku tidak tau" gumamku
"Ku mohon Key" ucapnya menatapku dengan sendu.
Entah apa yang aku rasakan saat ini,
Tetapi akupun merasa bersalah pada Reno karena sudah menerima ciuman dari Felix. Setidaknya ini cukup adil bagi kami.
Akupun mengangguk menandakan kalau aku memberinya kesempatan kembali.
Dia mengucapkan kata terima kasih dan memeluk tubuhku dengan erat. Aku tak membalas pelukannya, tetapi aku hanya berharap Reno menepati kata-katanya. Dan aku juga akan mulai menjaga jarak dengan Felix.
***
