Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Penyedap Rasa-3

Gadis itu begitu girang saat dokter memberitahunya bahwa beberapa jam ke depan ia mulai puasa dan akan menjalani operasi jantung. Donor jantung untuknya yang cocok sudah ada, ia sangat berterima kasih pada siapapun yang mau memberinya kehidupan.

Wanita lain yang lebih dewasa masuk ke dalam ruang rawat inap adiknya, ia menatap gadis bermabut hitam itu takjub. Ia tak percaya adiknya akan sehat kembali setelah mendapat donor jantung. Terbesit dalam kegembirannya bahwa pastinya ada orang yang meninggal dan bersedia mendonorkan jantungnya untuknya.

Ia lantas berdo'a pada Tuhan meminta Sang Pencipta memberikan tempat yang terbaik untuk sang Pendonor yang berhati mulia. Gadis itu menangis saat berdoa untuk kematian seseorang yang bahkan tak ia ketahui namanya dengan tulus.

Gadis itu merasa waktu begitu membunuhnya perlahan. Jantung yang ia punyai tak berfungsi dengan baik, sewaktu-waktu bisa membawanya dalam kematian yang selalu duduk manis di sisinya.

Ia menatap langit dari balik kaca jendela kamarnya, ia terlihat baik meski nyatanya organ dalamnya yang rusak. Ini pertama kalinya ia akan puasa sampai siang nanti, pukul satu siang ia akan masuk meja operasi. Jika orang lain bahagia mereka akan mengajak teman atau saudaranya untuk makan-makan dan bercanda di kafè namun ia justru merapalkan do'a.

Semoga donor jantung untuknya cocok sembilan puluh sembilan persen dan ia bisa hidup normal lagi seperti sedia kala. Kakak perempuan dan lelakinya bergantian datang, mereka menyuruhnya untuk berbaring saja dan memberinya semangat suka cita. Namun gadis berambut hitam itu duduk di tepian jendela menatap awan yang kelabu datang begitu saja tanpa permisi.

Keponakannya yang masih berusia enam tahun itu menemaninya. Membawa boneka barbie miliknya dan berceloteh meramaikan kamarnya yang terkihat membosankan.

Jika si Gadis tak sabar menerima donor jantung, di tempat lain Lynch berharap ia bisa membunuh waktu, dalam artian sebenarnya. Ia tak ingin dokter membedah tubuh isterinya dan mengambil jantungnya memberikannya pada orang lain. Ia menampik map berisi informasi penerima donor jantung isterinya, ia tak ingin mendatangi pasien itu dna mencekiknya hingga tak perlu lagi membutuhkan donor jantung isterinya.

Asisten pribadinya yang memungut map kuning di atas lantai hanya menatap perih pada Lynch. Ia pasti tahu jika Lynch akan berbuat nekat maka dari itu ia menemani berapa lama pun Lynch berada di rumah sakit. Dokter dan suster yang tahu keberadaan Lynch menjadi sedikit terganggu, karena tatapan Lynch yang menusuk seolah memberi aba-aba bahwa perang akan segera dimulai.

Asisten pribadi Lynch, Theo mengatakan bahwa ia dan yang lain memastikan bahwa operasi itu akan lancar tanpa gangguan Lynch.

Jarum jam terus bergerak, nasib seseorang pun bergerak sesuai takdir yang ditulis. Jika saat ini Milena meninggalkan suaminya sendirian di dunia, nasib mereka sudah terputus, dan tak takdir lain siap memainkan perannya dengan apik.

Kabar kematian Milena, isteri Lynch Davies sampai di telinga Silas. Ia segera meninggalkan kantornya dan pekerjaan yang tak ada habisnya demi melayat. Mampir ke Toko Yurika membeli sebuket bunga untuk isteri Lynch.

Rumah Sakit Phalosa sudah dekat, memarkirkan mobilnya dan keluar menapaki lantai rumah sakit besar itu dengan haru. Ia tahu siapa Milena dengan baik, wanita tiga puluh enam tahun itu sangat baik dan ramah. Meski ia tak bisa memberi Lynch anak, pernikahan keduanya baik-baik saja. Mereka sering mengajak bermain keponkan mereka, Kevin.

Silas bukanlah tamu pertama Lynch, ada banyak koleganya yang datang tetapi tak ada satupun yang mau ditemui Lynch. Silas lah orang pertama yang ia temui sejak kematian Milena beberapa jam yang lalu. Silas mendoakan Milena dengan khusuk dan juga Lynch agar dia tabah menerima takdir Tuhan.

Silas berbicara dengan lembut pada Lynch soal makna kehidupan dan keihklasan. Meski Lynch tak merespon banyak, ia berterima kasih pada Silas atas kedatangannya. Silas menanyakan mengapa Milena masih di sini dan bukan di bawa pulang untuk segera dimakamkan. Tatapan perih Lynch lah yang menjawabnya, jadi Silas menanyakan hal itu pada Theo selaku asisten pribadi Lynch.

Mengalirlah cerita dari Theo bahwa Milena mendonorkan semua organ tubuhnya pada siapapun yang cocok. Silas mengapresiasikan kebaikan Milena dengan menatap isteri Lynch itu suka cita.

Di dunia yang carut marut ini ada wanita berhati mulia yang peduli pada kehidupan orang lain. Meski itu berakibat buruk pada pandangan Lynch. Ia terang-terangan menolak keinginan mulia Milena tetapi ia bisa apa jika Milena sendiri yang menginginkannya.

Silas pamit pulang dan berjanji akan datang di acara pemakaman Milena nantinya. Di lobi ia beryemu dengan wajah yang tak asing baginya.

"Crissan!" seru Silas pada pria yang ia kenali.

"Silas, apa kabar?" tanya seorang pria bersama seorang gadis kecil di sisinya sedang memakan es krim.

"Kabarku baik, kau sepertinya juga begitu." Silas menebaknya. Pria di depannya meminta puterinya untuk duduk di ruang tunggu lobi sementara ia berbicara dengan Silas.

"Iya, sedang apa kau di sini?" tanya pria yang ditemui Silas itu, Crissan Khalfani (RESET a.k.a Cheryl).

"Isteri salah satu kolegaku meninggal, jadi aku datang. Kalau kau sedang apa di sini? Keluargamu sehat-sehat saja kan?"

"Puteri dan isteriku baik-baik saja. Hanya Monica yang siang ini dijadwalkan akan operasi jantung, ada pendonor jantung yang cocok dengannya."

Takdir Tuhan begitu manis bukan? Antara sisi bersinggungan menciptakan symphony yang indah memukau dunia membungkam kematian dengan keajaiban.

"Benarkah, itu kabar bagus. Jam berapa operasinya?"

"Satu jam lagi. Mari mampir bertemu Cheryl di kamar Monica," ajak Crissan pada Silas.

Silas mengiyakan ajakan Crissan, ia pun ingin bertemu seseorang lain di rumah sakit. Mereka bertiga melewati lobi dan menaiki lift untuk sampai ke kamar rawat inap yang akan Monica gunakan untuk memulihkan tubuhnya pasca operasi.

Monica, gadis berambut hitam yang mulai diperiksa kesehatan dan kesiapan tubuhnya untuk operasi tersenyum pada tamunya. Ia tak mengenal baik tamunya, tapi ia tahu siapa pria berwajah teduh dan sangat tampan itu.

Yang ia kenal adalah namanya Silas, dia adalah kolega kakaknya. Wajahnya sangat tampan dan murah senyum pada siapapun. Ia juga sering terlibat pada acara amal, dia seorang investor dan sekaligus punya punya perusahaan sendiri. Itu sekilas informasi yang Monica tahu.

Silas mendekati Monica di sela pemeriksaan yang dilakukan dua suster. Memberinya semangat dan memintanya terus berdoa selama operasi berlangsung. Berbeda dengan Monica yang terlihat santai, Crissan dan Cheryl terlihat tegang. Ini adalah operasi pertama Monica, mereka takut jika ada hal yang tak diinginkan terjadi padanya.

Dua suster yang sudah selesai memeriksa kesehatan terakhir Monica tersenyum. Salah satunya memberitahu bahwa Monica siap diantar ke ruang operasi. Suster lain membuka kunci roda bangsal Monica dan mulai membawa Monica keluar.

Cheryl yang gugup memeluk puterinya sambil terus melangkah mengekori adiknya yang dibawa suster. Sementara Crissan menerima telepon dari keluarganya yang menanyakan kondisi terkini Monica.

Silas mendengar decakan tak percaya oleh seseorang yang duduk menatapnya tak suka.

"Kau itu selalu ikut campur pekerjaan para malaikat!" bentak seseorang yang berstelan hitam dengan rambut klemis.

"Aku tidak ikut campur, hanya sedikit memberi penyedap rasa untuk mereka." Silas beralasan.

"Itu sama saja!" sergah sosok itu pada Silas dengan nada tak suka.

"Lanjutkan tugasmu pada yang lain." Silas beranjak pergi meninggalkan sosok itu.

"Ish! Merepotkan saja, malaikat bukan, manusia juga bukan, monster atau alien pun bukan. Aku tak yakin dia itu benar-benar hidup. Ishh!" keluh sosok itu sebelum ia bangkit.

Flashback off

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel