Part 8
??????????
Cinta dan Vino sarapan dengan hening, hanya suara dentingan alat makan yang beradu dan berbunyi.
Vino melirik ke arah Cinta, wanita itu tampak menikmati sarapannya dengan lahap, entah karena belum makan dari kemarin, atau karena kehabisan tenaga melayani nafsu Vino.
"Kenapa melihatku begitu?" Vino menggeleng.
"Ah aku tahu! kau pasti jijik kan melihat cara makanku yang rakus." ucap Cinta bangga, pasti setelah ini Vino akan melepaskannya.
"Tidak! justru aku menyukai cara makanmu yang begitu lahap, setidaknya tubuhmu yang kurus itu akan berisi." jelas Vino membuat Cinta terdiam.
Sialan! bagaimana... bagaimana mungkin pria ini tidak jijik dengan dirinya? padahal sebisa mungkin Cinta berusaha membuat cara makannya yang begitu menjijikkan. are you kidding me boss?
"Apakah kita tidak bekerja hari ini Tuan Vino?" tanya Cinta yang melihat Vino hari ini terlihat santai.
"Aku bebas mau masuk kerja atau tidak, aku kan bosnya!"
Damn! kata-kata yang sungguh menyadarkan Cinta dari kenyataan.
"Cepat selesaikanlah sarapanmu! lalu ikut aku pergi ke suatu tempat." ucap Vino membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Ma-mau kemana?" tanya Cinta penasaran akan di bawa kemana dirinya oleh pria sinting ini.
"Rahasia."
"Menyebalkan sekali dia!" umpat Cinta.
"Kau bilang apa?" tanya Vino yang tak sengaja mendengar Cinta mengumpat.
"Ah tidak, aku bilang masakannya enak sekali." jawab Cinta nyengir.
Vino pun kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Cinta yang mengomel gak jelas.
*****
"Kau sudah siap?" Cinta mengangguk.
"Masuklah!" Vino membukakan pintu mobil untuk Cinta.
"Kita mau kemana sih emangnya?" tanyanya yang masih penasaran.
"Nanti kau juga akan tahu." Fix, Cinta hanya bisa bungkam.
Percuma saja jika ia memaksa pria gila ini, tetap saja jawabannya begitu.
Sepanjang perjalanan suasana diantara mereka berdua hening, Vino yang asyik menyetir dan Cinta yang asyik melihat pandangan luar.
Sesekali Vino melirik Cinta, dan tanpa sadar sebelah tangannya mengelus lembut kepala Cinta. Cinta sendiri pun tak berontak di perlakukan seperti itu.
"Apakah pemandangan di luar lebih indah, ketimbang dengan wajahku yang tampan ini?" goda Vino yang merasa di abaikan Cinta.
"Kau benar! pemandangan di luar itu tak seindah dengan memandang wajahmu, ingin rasanya aku mencakar wajahmu!" ucap Cinta kesal.
"Iya aku juga cinta sama kamu kok."
jawaban yang tidak nyambung Vino berikan, Cinta memijit pelipisnya merasa pusing.
Tiba-tiba Cinta mengingat Alissa adiknya, pasti sang adik khawatir karena dia tak pulang semalaman.
"Ponsel ku mana?" tanya Cinta pada Vino.
"Ponsel apa?"
"Aku tadi malam membawa ponselku, sekarang mana? tolonglah kembalikan!" pinta Cinta mulai merogoh-rogoh baju dan celana Vino.
"Lepaskan! kita bisa celaka kalau seperti ini Cinta." ucap Vino mengingatkan.
Cinta tak mengindahkan ucapan Vino, dan masih asyik terus merogoh baju dan celananya
Vino menggeram dan menghentikan mobilnya mendadak. "kau mau mati heh?"
"Makanya kembalikan ponsel ku Tuan Vino!"
"Lupakan ponselmu, karena aku sama sekali tidak tahu." jelas Vino.
"Aku bisa membelikan mu ponsel yang baru, plus keluaran terbaru ok." ucap Vino akhirnya.
"Aku tahu semua hal bisa di beli dengan uang, tapi tidak seperti ini caranya." lirih Cinta pelan.
"Lalu, apakah dengan cara menjual tubuhmu itu adalah solusinya?!" skakmat.
Cinta terdiam dengan perkataan Vino, bagaimana lelaki itu bisa tahu tentang dirinya
"Kenapa diam? jawablah!"
Cinta tetap bungkam, bagaimana pun Vino sudah terlalu jauh mencampuri hidupnya.
"Kau tidak bisa menjawabnya nona?" pancing Vino agar Cinta marah dan mengatakan yang sebenarnya.
Kembali ia menjalankan mobilnya menuju tujuan awalnya yang membawa Cinta, Vino sudah tau apa pekerjaan Cinta selama ini. berkat bantuan sahabat sekaligus anak buahnya, Zaid mengatakan semua yang ia tau mengenai Cinta dan juga pekerjaannya memuaskan nafsu lelaki hidung belang.
Vino kesal setelah mendengar hal itu, sehingga ia pun membanting kuat ponselnya sampai pecah berkeping-keping berserakan di lantai. dan untuk ponsel Cinta, ia juga yang membuangnya ke dalam kolam renang rumahnya.
Karena perjalanan yang lumayan sangat jauh, membuat Cinta mengantuk dan akhirnya tidur kembali.
Vino menolehkan kepalanya dan menyeringai. "mulai saat ini kau milikku! tak akan ku biarkan kau kembali menjalani pekerjaan kotor itu. tidak akan pernah Cinta!" janjinya lebih ke sebuah ancaman.
Kembali ia menambah kecepatan laju mobilnya, membelah jalanan kota.
