Part 9
Mobil Vino berhenti di sebuah tempat yang sudah tidak terasa asing lagi, di liriknya Cinta yang masih terlelap dalam tidurnya. Vino melepaskan saefty beltnya dan membangunkan Cinta.
"Hei, bangun!" Vino menepuk-nepuk lembut pipi Cinta.
Cukup lama membangunkan Cinta, hingga akhirnya wanita itu mengerjapkan matanya.
"Sudah sampai ya?" tanyanya yang di angguki Vino.
"Ayo turun!" perintahnya.
Cinta melepaskan saefty beltnya dan ikut turun dari mobil, seketika ia tercengang melihat dimana Vino membawa dirinya kesini. tempat kelahirannya dulu, tempat dimana ia tinggal bersama keluarganya sampai ia SMA, tempat ini juga yang membuatnya melepaskan keperawanannya karena insiden dirinya mabuk. tapi bagaimana mungkin Vino bisa tau?
"Inikan tempat... Kota kelahiran ku!" ujar Cinta masih tidak percaya bisa ke kota ini lagi.
"Apa kau suka?" tanya Vino.
"Bagaimana kau bisa tau?" tanyanya lagi penasaran.
Vino tertawa pelan. "Hubungan satu malam!" kata Vino mengingatkan Cinta akan malam itu.
"Jadi, kau lelaki itu?" tanya Cinta masih tidak percaya.
"Apa kau sudah mengingatnya nona mabuk?"
Cinta sangat malu saat mengetahui jika Vino adalah lelaki itu, yang menghabiskan satu malam bersamanya, dan sekaligus bosnya di kantor, sungguh 2 fakta yang sangat mengejutkannya.
"Apa kau ingin, kita mengulangi malam itu lagi di tempat ini?" goda Vino.
"Tidak akan! jangan bermimpi Tuan terhormat." ejek Cinta.
Vino tertawa mengejek. "saat ini bibir mu mengatakan begitu, tapi jika aku sudah memasukimu, kau terus saja mendesah tak karuan."
Seketika pipi Cinta merona merah mendengar ucapan vulgar Vino, rasanya sangat malu jika seorang pria berbicara seintim begitu dengan wanita.
Vino menarik tangan Cinta untuk memasuki sebuah rumah, tampak rumah sederhana itu sudah terlihat agak rusak. dari Cinta pindah ke kota lain, Vino dengan kurang kerjaannya selalu menunggu Cinta di depan rumahnya dengan pengharapan mungkin saja gadis itu kembali.
Tak hanya itu, Vino juga melarang orang yang ingin membeli rumah Cinta. dan masih banyak hal yang tak terduga dari Vino.
"Ini rumahku dulu." ucap Cinta sendu, namun tampak rona bahagia di wajahnya.
Vino terus memperhatikan Cinta setelah masuk ke dalam rumahnya, dan melihat seisi rumahnya dulu.
"Masih sama seperti dulu." ungkap Cinta sedikit terkagum.
Jelas saja masih seperti dulu, kan Vino kurang kerjaan selain mengurus bisnis dan Cinta, tapi juga mengurus rumah kumuh milik wanitanya.
"Apa kau juga sudah ingat dengan pemuda remaja dulu?" Cinta berbalik mendengar pertanyaan Vino.
"Ia aku tau, bahwa kaulah pria yang sudah merenggut keperawanan ku, di malam saat aku mabuk." akui Cinta menghembuskan nafas kesalnya.
"Bukan hanya itu!" Cinta semakin mendelik mendengar ucapan Vino.
"Maksudmu? yang mana lagi?" tanyanya heran.
"Apakah wajah ku berubah total sekarang dengan yang dulu? sampai-sampai kau tetap tak mengenaliku!" kata Vino sedih.
"Aku memang pelupa Tuan, jadi katakan saja intinya jangan bertele-tele."
"Pemuda remaja yang dulu suka menjahili mu, sekaligus menjadi pelindung mu, saat semua orang mengucilkan dirimu yang hidupnya susah." seketika tubuh Cinta kaku.
"Pemuda remaja itu juga yang jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seorang perempuan, percaya bahwa cinta sejati itu ada jika bersamanya." ucap Vino menceritakan sambil melangkah maju ke arah Cinta.
Selangkah demi selangkah ia maju, dan hal itu membuat cinta mundur seiring mengikuti langkah Vino yang semakin maju ke arahnya.
"Semua penderitaan yang di alami gadisnya, juga selalu membuatnya terluka. hingga sampai saat dimana ada kesempatan buat memiliki gadis itu seutuhnya, namun sialnya gadis itu melarikan diri dan melupakan pemuda itu." tatapan mata Vino tetap melihat ke manik mata Cinta.
"Wanita itu tidak tau, jika setelahnya pemuda itu ingin menikahinya dan mungkin sekarang mereka sudah menikah, jika wanita itu tidak kabur." Cinta terpojok di dinding, Vino yang berhasil mengurung Cinta dengan kedua tangannya dan memepet tubuh mereka semakin menempel.
"Apakah sudah jelas?" tanya Vino.
Bagaikan terhipnotis, Cinta menganggukkan kepalanya.
"Ternyata itu kau." ucap Cinta memegang serta mengelus lembut rahang Vino.
Rasanya sangat bahagia sekali bagi Vino, saat dengan lembutnya tindakan Cinta.
"Aku mencintaimu Cinta." ungkapan cinta Vino bagaikan bumerang sendiri bagi Cinta.
Ia mengerjapkan matanya berulang kali, Cinta takut jika saat ini pernyataan cinta Vino padanya hanya sebuah permainan.
Cinta tidak ingin perasannya di permainkan lagi, meskipun dia sendiri belum pernah berpacaran, tapi sering melakukan seks dengan berbagai macam pria. lucu sekali bukan!
"Apa kau serius Tuan Vino?" entah kenapa pertanyaan itu yang keluar dari bibir Cinta.
Vino mengangguk dan membawa tangan Cinta yang mengelus rahangnya, ia kecup dengan mesra tangannya.
"Jadilah istriku! apa kau mau?" pinta Vino.
Cinta tampak kaget mendengar kata istri. "Apakah itu tidak terlalu cepat, ki-kita bahkan baru memulai semuanya."
"Bagiku itu sudah cukup, aku harap kau tidak menolak keinginan ku."
"Apakah ini termasuk lamaran?" tanya Cinta menaikkan sebelah alisnya.
"Anggap saja begitu!"
"Tapi tidak ada cincin, ataupun berlian yang kau berikan untukku." ucapnya agar Vino marah.
Vino terkekeh mendengarnya. "kau mau apa saja akan ku berikan, tapi untuk sekarang, kita berpacaran ok!"
"Sepasang kekasih begitu?" tanya Cinta.
Vino mengangguk. "aku rasa itu juga ide yang bagus, kita jalani saja dulu perlahan hubungan ini." sambung Cinta lagi.
"Baiklah, kita resmi pacaran ya! itu artinya kau milikku!" setelah mengatakan itu Vino langsung membungkam bibir Cinta.
Cinta yang selalu terbuai dengan sentuhan dan cumbuan Vino pun, tak kuasa untuk menolaknya, ia suka dengan semua yang di lakukan Vino pada tubuhnya.
Seakan menggetarkan hati, nyaman dan juga membuat jantungnya berdebar-debar. apakah ini cinta?
