13
Sonia histeris bertemu Zee lagi, mereka ngobrol lama di apartemen Zee. Sonia bercerita tentang liburannya di Indonesia, keluarganya,makanan favorit yang ia inginkan selama di Paris dan kesedihannya saat bercerita pacarnya yang secara jujur mengatakan pada Sonia bahwa punya kekasih lain, herannya Sonia begitu cepat berubah suasana hatinya saat makan kripik ceker ayam kesukaannya yang ia bawa dari Indonesia. Ah ingin sekali Zee seperti Sonia yang selalu ceria.
Saat Sonia bertanya pada Zee apa saja yang ia alami selama liburan, Zee hanya bercerita ia liburan di rumah papanya, di Lourmarin.
"Ah liburan kok nggak seru Zee, cuman duduk, jalan, gambar sketsa baju, hmmm bukan liburan namanya itu cuman pindah tempat saja, toh kamu di sini ya gitu juga kegiatannya Zee," ujar Sonia yang mulutnya penuh kripik ceker ayam.
"Kamu itu gimana sih, katanya tuh kripik buat aku, tapi kamu yang makan banyak," protes Zee dan Sonia tertawa dengan riuh.
"Iya iyaaa aku ganti, di apartemenku ada baanyak kripik, nanti kamu milih sendiri," ujar Sonia sambil minum soft drinknya.
***
Zee baru saja menutup pintu apartemennya, setelah dari kampus seharian, saat ia mendengar pintu apartemennya di ketuk, ia menggerutu, pasti Sonia. Ia buka dengan kesal dan Zee terlonjak kaget saat dijumpainya wajah yang beberapa hari ini ingin ditemuinya.
"Boleh aku masuk?" tanya Andre perlahan. Zee hanya mengangguk bagai tersihir. Dan Andre nyelonong beibeh masuk ke dalam aparemen Zee.
Zee hanya menatap tubuh jangkung Andre yang merebahkan badannya di sofa.
"Aku mandi dulu ya Ndre, aku baru aja nyampe," ujar Zee pelan.
"Iyah mandilah, setelah itu aku juga mau mandi, aku mau tiduran dulu ya Zee," ujar Andre memejamkan matanya.
Saat Zee kembali ke ruang tamu, ternyata Andre masih tidur, kakinya ke mana-mana, tubuh jangkungnya tak bisa tidur nyaman di sofa.
Zee hanya berpikir ada apa Andre ke apartemennya yang cukup jauh dari apartemen Andre.
Satu jam kemudian terlihat Andre mulai bergerak, Zee hanya memandangi dari tempat duduk yang agak jauh dari Andre. Saat Andre membuka mata dilihatnya Zee yang memandanginya dari kursi di seberang meja. Andre tersenyum dan menggaruk kepalanya.
"Nggak kurang jauh duduknya?" tanya Andre menahan tawa. Zee hanya menggeleng.
"Di sini hanya kita berdua, aku takut terjadi yang nggak-nggak," ujar Zee pelan. Dan Andre bangun dan berjalan ke arah Zee, ia berjongkok di depan Zee.
"Memangnya kalo terjadi yang nggak-nggak kenapa, takut?"tanya Andre dan Zee menggangguk. Andre tertawa pelan mengacak rambut Zee.
"Besok kan sabtu Zee jalan-jalan yok, selama di Paris kan kamu nggak pernah ke mana-mana, sekalinya jalan sama papa kamu kok ya ke museum, hmm mau ya?" tanya Andre dan Zee mengangguk.
"Aku mandi dulu ya, eh iya, tuh di tas ku ada sekotak maccarons, makanlah," ujar Andre berlalu dari hadapan Zee, lalu terdengar suara shower dan air mengalir dari kamar tamu.
Zee mengambil sekotak maccarons dari tas Andre dan mulai memakannya. Dari tadi Zee hanya berpikir apa yang akan terjadi pada mereka berdua, di sini, Zee yakin Andre akan berada di apartemenya sampai minggu sore atau malam. Saat Zee melamun tiba-tiba Andre duduk di sampingnya dan memeluk bahunya, Zee agak bergeser sedikit tapi Andre semakin mengeratkan pelukannya, diciumnya kepala Zee berkali-kali.
"Ndreee..," ujar Zee sambil berusaha menggeser tempat duduknya.
"Hmmmm...,"jawab Andre sambil sesekali masih mencium kepala Zee, mengusap rambut Zee yang terurai.
"Kita..ini apa ya Ndre?" tanya Zee pelan sambil menunduk. Andre memegang dagu Zee.
"Aku menyukaimu Zee, aku tidak bisa memastikan ini cinta atau bukan, aku selalu ingin menemuimu, melihatmu, sejak awal kamu datang ke Lourmarin sebenarnya kamu sudah menarik perhatianku, hanya aku ragu waktu melihat tatapanmu yang seolah menolakku," ujar Andre semakin mendekatkan wajahnya pada Zee. Zee berusaha memalingkan wajahnya namun Andre menahan dagu Zee agar tetap melihat wajah Andre.
"Aku ingin bertanya, apa yang kamu rasakan Zee saat aku dekat denganmu dan...," Andre tidak melanjutkan kata-katanya karena bibirnya telah mencium Zee dengan lembut. Zee tidak menolak tapi tanganya berusaha mendorong dada Andre. Saat mereka melepaskan diri. Tiba-tiba Zee memeluk Andre dengan mata berkaca-kaca.
"Aku takut Ndre, aku takut," ujar Zee pelan. Andre memeluk Zee mengusap rambut panjang Zee.
"Aku tahu Zee, kamu pasti takut mengalami seperti apa yang dialami mamamu, kita berbeda Zee, jalan kita tidak seperti papa dan mamamu, aku akan selalu menjagamu," Andre mendekap kepala Zee di dadanya. Di saat yang bersamaan tiba-tiba Sonia masuk, dan melihat mereka yang berpelukan, Zee baru ingat jika Sonia tahu password apartemennya. Seketika Andre dan Zee saling melepas pelukan mereka.
"Eh maap, lanjutin deh, besok-besok aja aku balik Zee," ujar Sonia tersenyum penuh rahasia. Wajah Zee memerah menahan malu.
"Zee kamu harus ubah passwordnya," kata Andre tersenyum sambil mencium dahi Zee dan bangun menuju dapur untuk menyeduh kopi.
"Ada coffee maker di situ Ndre, terakhir papa ke sini, papa beli kalo sewaktu-waktu kamu mengunjungi aku, papa tahu kamu suka kopi," kata Zee sambil melanjutkan makan maccaronsnya yang tertunda.
"Oh ya, berarti papamu setuju jika aku sering ke sini?" tanya Andre menggoda Zee. Zee mencibir sambil mengunyah maccaronsnya.
"Papa tuh ingin kamu ngejaga aku, bukan untuk macem-macem," kata Zee dengan wajah jengkel. Seketika Andre tertawa.
"Loh kan aku ngejaga kamu, aku nggak nyakitin kamu, buktinya tadi kamu diem aja tuh," ujar Andre terrawa pelan. Dan wajah Zee memerah menahan malu dan kesal.
***
Sabtu siang jam 12.00 mereka memulai perjalanan menuju Notre Dame. Zee sangat kagum saat melihat Gereja yang paling terkenal di paris itu. Bangunan tua itu terlihat megah dari luar.
"Aku mau masuk Ndre," kata Zee, ia tidak peduli dengan ramenya orang-orang di situ.
"Hei hei tunggu Zee, kita bisa naik towernya untuk melihat Paris yang indah," teriak Andre, mengejar Zee yang berjalan cepat dan menyelinap diantara orang-orang yang sangat ramai. Saat dilihatnya Zee, cepat digenggamnya tangan Zee. Zee menarik tangannya namun Andre tetap menahannya.
"Kita sama-sama Zee, kamu ini gimana sih, masak main ngilang-ngilang aja," ujar Andre bersungut-sungut.
Saat berada dalam gereja tua itu Zee ternganga dan kagum akan keindahannya. Andre sampai tertawa melihat ekspresi Zee yang lucu.
kemudian mereka berdua menuju tower Notre Dame untuk melihat keindahan Paris termasuk melihat Menara Eiffel dari sisi yang lain.
***
Saat keduanya ke luar dari Notre Dame, Zee merasa lapar dan Andre mengajak ke sebuah cafe yang pasti makanannya sangat mahal, ia engggan tapi Andre menarik tangan Zee. Zee bingung mau memesan apa, dan Andre sudah memilihkan makanan yang ia yakin Zee akan suka. Saat makanan itu datang Zee mencicipi dan ia memejamkan matanya karena sangat enak.
"Ini makanan apa namanya Ndre?" tanya Zee dengan tetap mengunyah.
"Confit de canar, yang ini sup bawang sama roti baguette, aku memilih makanan yang sekiranya bisa pas ke lidah kamu yang belum terbiasa dengan semua makanan di Paris, itu kan bebek Zee," kata Andre tersenyum melihat Zee yang makan dengan lahap.
Selesai makan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke apartemen karena Zee merasa lelah.
"Masak segitu aja capek Zee," kata Andre yang masih ingin menjelajah Paris.
"Besok sajalah Ndre, dilanjutkan jalan-jalannya, biar malem kita bisa istirahat dan besok siang kita menjelajah lagi, biar nggak terlalu capek akunya," ujar Zee dengan wajah memelas. Dan Andre mengedikkan bahunya dengan pasrah.
***
Tiba di apartemen Zee langsung ganti baju dan menghempaskan badannya di sofa sambil memilih-milih channel tv tentang fashion. Tak terasa Zee tertidur.
Andre hanya geleng-geleng kepala saja melihat Zee yang tidur meringkuk, cepet banget tidurnya pikir Andre, yang kemudian memilih bermain game di ponselnya, tapi ia agak terganggu dengan suara-suara rengekan dan entah apa yang ke luar dari mulut Zee. Ia dekati Zee, ternyata Zee kedinginan, disentuhnya lengan, pipi dan kepala Zee, wah panas sekali
Diangkatnya tubuh Zee ke kamar. Panas benar badan Zee sampai ia menggigil, ada apa dengan Zee? Padahal tadi selama jalan-jalan tidak ada yang salah. Tiba-tiba Zee membuka mata.
"Ndreee aku kedinginan," panggil Zee pelan. Dan Andre mendekat dan menggengngam tangan Zee.
"Kamu nggak kedinginan sebenarnya Zee, tapi karena terlalu panas jadi menggigil, minum obat ya, di mana kotak obatmu Zee?" tanya Andre mencari-cari di meja dalam kamar Zee.
"Ya betul di meja itu Ndre, di kotak warna biru," jawab Zee lirih, ia terlihat lemah. Andre melihat isi kotak obat, mencari obat yang dimaksud dan mengambilnya satu butir lalu diambilnya air dan meminumkannya pada Zee. Setelah selesai Zee merebahkan diri lagi. Diselimutinya dan dipandanginya wajah Zee yang memerah. Andre hanya membatin, dalam keadaan sakit Zee tetap menarik. Andre bangun hendak mengambil hpnya, tiba-tiba Zee memanggilnya.
"Ndre jangan ke luar, di sini saja," rengek Zee.
"Iya iya, aku akan menemanimu, aku hanya akan mengambil ponselku," ujar Andre.
Saat Andre kembali, ia melihat Zee mendesis kedinginan.
"Ndreee," panggilnya Zee, Andre merebahkan badannya di sisi Zee dan memeluknya dengan pelan.
"Tidurlah, aku akan memelukmu," ucap Andre semakin mengetatkan pelukannya, ia rasakan badan Zee yang menggigil. Andre jadi resah, sakit apa Zee pikirnya. Tak lama Zee tertidur, dipegangnga dahi Zee, ah masih panas.
Andre tetap memeluk Zee dan akhirnya ia tertidur.
***
Andre membuka matanya, dilihatnya jam di dinding wah sudah jam 07.00 malam, berarti ia dan Zee agak lama tidur. Andre beringsut bangun, kawatir membangunkan Zee, saat ke luar kamar Zee alangkah kagetnya, ia melihat papa Zee di sofa.
“Om, kapan datang?”tanya Andre, ia merasa tidak enak karena pasti papa Zee melihat mereka tidur berdua karena pintu kamar Zee di biarkan terbuka.
Papa Zee tersenyum, dan menepuk sofa disebelahmya, Andre duduk di sebelah papa Zee.
“Sekitar satu jam yang lalu,” jawab papa Zee sambil tetap tersenyum.
“Maaf om, tadi, saya..,”Andre benar-benar merasa tidak enak.
“Tidak apa-apa, apakah kalian sering melakukannya? Apakah Zee...,” belum selesai papa Zee berbicara, Andre langsung mengerti apa maksudnya.
“Maaf om, tadi itu tidak seperti yang om lihat, saya akui gaya berpacaran saya seperti umumnya remaja di sini, tapi saya tidak pernah melakukan apa-apa dengan Zee, saya..saya menyukai Zee, menyayanginya om, saya tidak akan menyakiti Zee dan tadi saya menemani Zee tidur karena ia sakit, badannya panas dan mengigil, jadiii...sayaaa...menemaninya tidur dan memeluknya,” ujar Andre berusaha menjelaskan dengan kata-kata yang kacau.
Ada kelegaan dalam mata papa Zee, ia tepuk bahu Andre perlahan.
“Om percaya sama kamu Ndre, om titip Zee, ia tumbuh dengan rasa sakit, om yang membuatnya seperti itu, makanya saat ini om akan memberinya apapun, agar ia terbebas dari rasa sakit,” ucap papa Zee. Mereka masuk ke kamar Zee saat terdengar panggilan Zee pada Andre.
“Tidak memanggil papa, sayang?” tanya papa Zee. Seketika Zee membuka matanya dan papa memeluk Zee. Disentuhnya kening Zee, panasnya mulai berkurang.
“Makan dulu ya, itu papa bawa makanan, papa rasa cukup untuk kita bertiga, papa suapi atau bagaimana?” tanya papa, dan Zee menggeleng lemah.
“Biar saya yang menyuapi om,” ujar Andre. Ia segera mengambil makanan yang di bawa papa Zee dan mulai menyuapi Zee, namun baru beberapa sendok Zee sudah tidak mau.
“Pahit rasanya mulutku Ndre,” rengek Zee.
“Ayolah sedikit lagi, dua sendok lagi,” pinta Andre, akhirnya Zee membuka mulutnya.
Papa Zee melihat keduanya dari mulut pintu. Ia hanya berharap yang terbaik pada Zee, ia tidak ingin apa yang terjadi pada dirinya dan mama Zee juga terjadi pada Zee.
