Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12

Sejak kejadian itu, tante Berta tidak membiarkan Zee berdua dengan Andre, ia takut anaknya semakin mempermainkan perasaan Zee.

Tante Berta dapat melihat tatapan Zee yang sepertinya mulai menyukai anaknya. Bukan tante Berta tidak suka pada Zee, tapi ia hanya kawatir pada Andre.

***

Saat Zee sedang menyelesaikan sketsa bajunya, ia kaget karena tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang. Ternyata Andre, ia melihat sketsa Zee, wajahnya tepat berada di samping wajah Zee. Ia tidak tahu kapan Andre tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Eh kkaa..muu ngapain di sini, ada tante Berta di depan," bisik Zee lirih.

"Artinya gak papa aku masuk kamar ini kalo tidak ada mama?"tanya Andre dengan wajah tetap menempel di pipi Zee. Zee bingung karena wajahnya yang semakin menghangat dan dadanya yang berdebar tak karuan, tiba-tiba Andre mencium pipinya sekilas dan berdiri sambil mengusap pipi Zee.

"Baiklah aku akan ke luar, eh iya, besok papamu sudah pulang, berarti kamu sudah kembali ke rumahmu," boleh aku ke sana Zee?" tanya Andre, Zee hanya mengangguk tanpa melihat Andre. Dan Andre melangkahkan kakinya ke luar. Di saat yang bersamaa tante Berta melihat hal itu. Ia melihat Andre dengan tatapan marah. Sedangkan Andre terlihat melambaikan tangannya dan menuju kamarnya. Tante Berta menggeleng-geleng sambil menghembuskan napas.

***

Setelah Andre ke luar, Zee termenung, meski ia belum pernah jatuh cinta dan berpacaran, ia mulai memahami apa yang terjadi pada dirinya. Debaran aneh tiap melihat Andre, saat disentuh dan dicium Andre membuat Zee takut mengartikan perasaannya.

Ia tidak ingin mengalami itu semua, tapi apa yang ia alami sungguh di luar dugaannya. Ia tidak bisa mengingkari jika ia mulai menyukai saat Andre menatapnya, menyentuhnya dan menciumnya. Namun ia takut mengalami hal seperti mama dan papanya, ia takut kecewa.

Zee biarkan sketsanya dengan pandangan kosong dan pikirannya yang mengembara entah kemana.

Ia tidak bisa menafsirkan apakah Andre menyukainya atau tidak. Yang ia tahu, ia selalu ingin Andre berada di dekatnya. Senyum dan tatapan Andre yang awalnya sangat Zee takuti kini justru mendatangkan kedamaian.

Zee sebenarnya kawatir pada apa yang ia rasakan, Zee ingin papanya segera datang dan akan bertanya banyak pada papanya tentang perasaannya pada Andre.

***

Dua hari kemudian papa Zee datang. Dipeluknya tubuh Zee yang mungil. Zee mendekap erat papanya, lama.

"Hei ada apa dengan anak papa yang cantik, tumben memeluk papa seperti ini?" tanya papa keheranan. Zee hanya menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya. Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh ketukan pintu, saat dibuka oleh papa ternyata Andre.

"Halo Andre ada yang bisa om bantu?" tanya papa Zee. Andre menatap Zee sambil tersenyum dan Zee terlihat mengerjabkan matanya dan menggigit bibir bawahnya karena bingung.

"Ah ini om, hanya menyerahkan buku sketsa Zee yang tertinggal di rumah," ujar Andre sambil menyerahkan buku Zee. Papa Zee menerima dan menyerahkannya pada Zee.

"Duduk dulu Andre?" papa Zee menawarkan dengan ramah.

"Tidak om terima kasih, ba bai Zee," ujar Andre tersenyum pada papa Zee dan menatap Zee dengan lembut. Zee hanya mengangguk. Papa terlihat mengernyitkan dahinya melihat kelakuan aneh Zee dan Andre. Setelah Andre pulang, papa menatap Zee.

"Bisa kamu jelaskan pada papa sayang, apa yang terjadi selama seminggu?" tanya papa dengan lembut. Zee mengangguk pelan.

"Nanti saja, setelah papa mandi," ujar Zee dengan tatapan takut.

***

Setelah makan malam, papa dan Zee duduk di gazebo taman mungil mereka.

"Wah taman ini jadi cantik, ada sedikit perubahan, siapa yang membenahi ini Zee?" tanya papa.

"Aku dan Andre papa," jawab Zee pelan. Terlihat papa mengangguk sambil menatap lembut pada Zee.

"Adakah yang ingin Zee ceritakan atau tanyakan pada papa, sayang?" tanya papa Zee. Terlihat Zee menatap papa dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Emmmm apakah papa masih ingat mama?" tanya Zee takut-takut. Papa kaget dan menghembuskan napas berat.

"Masih Zee, masih, mamamu cinta pertama papa, sampai saat ini cinta papa tidak berubah untuk mamamu, papa sudah beberapa kali mencoba menjalin hubungan serius dengan beberapa wanita, tapiii...pesona mamamu tidak tergantikan," ujar papa menatap Zee dengan sedih.

"Dulu waktu papa mulai menyukai mama apakah papa merasakan hal aneh, seperti perasaan yang tidak jelas, antara takut, rindu, jantung gak tentu detaknya daaan...," Zee belum selesai bicara papa langsung menyela.

"Ya, papa merasakan itu semua, sampai ditolak berkali-kali oleh mamamu pun debaran di dada papa tidak berubah, tidak ada kebencian dalam hati papa, meski mamamu menolak, sampai akhirnya datang hari sialan itu, papa terpancing amarah, teman papa yang mengatakan mamamu menjalin kasih dengan laki-laki lain, papa melarikan diri pada minuman, dalam keadaan tidak sadar, papa mendatangi mamamu, dan melakukan hal yang mengerikan itu..ah papa tidak sadar Zee, papa khilaf, saat papa sadar semua terlambat, mamamu semakin membenci papa, dan menghilang entah kemana," papa bercerita dengan suara parau. Zee mengusap tangan papa dengan lembut.

"Mengapa kamu menanyakan semua ini sayang, apakah kamu mulai menyukai seseorang dan ia membuatmu berdebar, apakah Andre orangnya?" papa memberondong Zee dengan pertanyaan yang tidak disangka oleh Zee. Zee tidak tahu harus berbicara apa, ia hanya diam dan menunduk. Saat matanya menatap mata papanya Zee mengangguk perlahan.

"Apakah salah jika Zee mulai menyukai seseorang papa?" tanya Zee dengan tatapan takut.

"Tidak ada yang salah dengan cinta sayang, dengan mencintai seseorang kamu belajar menghargai perasaan orang lain, belajar memahami karakter orang lain, dan satu yang harus papa ingatkan, jaga diri kamu saat kamu benar-benar menjalani hubungan serius dengan seseorang, jangan biarkan kamu terlalu hanyut dalam cinta, jangan seperti papa, perasaan sakit ini papa rasakan sampai sekarang," ujar papa Zee sambil mengelus lembut rambut Zee.

"Andre anak baik, sejauh ini yang papa ketahui, papa lihat dia pernah menjalin hubungan beberapa kali dengan perempuan, tapi dalam batas wajar, pastikan hatimu dulu Zee, apakah kamu benar-benar mencintai Andre ataukah hanya sebatas kagum saja," kata papa lagi sambil menepuk-nepuk punggung tangan Zee.

Dari rumah sebelah, Andre melihat dari jendela papa dan Zee yang duduk di taman. Ia melihat wajah Zee yang terkena cahaya temaram lampu taman, rambut Zee yang diikat ke atas, dan masih ada rambut-rambut berjatuhan di samping telinga dan leher jenjangnya membuat Zee semakin terlihat manis. Andre baru sadar saat mamanya menepuk pundaknya. Andre hanya menggaruk-garuk kepalanya dan masuk ke kamarnya.

***

Tak terasa liburan telah usai dan Zee harus segera kembali melanjutnya pendidikannya, sketsa yang ia buat selama di Lourmarin ia kumpulkan untuk segera dicarikan bahan. Ia harus memilih tiga sketsa terbaiknya untuk dicarikan bahan dan dijadikan baju sebagai tugas selama liburan yang nantinya akan tampilkan dalam fashion show awal sebagai mahasiswa baru di ESMOD.

***

Zee bersama papa kembali ke Paris. Sesampainya di apartemen, Zee dan papa segera menata dan membersihkan apartemen Zee selama ditinggal liburan. Papa sempat menginap semalam di apartemen Zee sebelum kembali ke Lourmarin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel