11
Zee menggeliat perlahan dan kembali memeluk gulingnya, saat tangannya tanpa sengaja menyentuh badan Andre. Zee terbelalak dan terpekik perlahan. Ia melihat Andre tidur disebelahnya, sangat dekat dengannya, bahkan napas Andre terdengar ditelinganya. Jantung Zee rasanya mau copot, ia tidak mengira Andre akan tidur di kasur yang sama.
Wajah Zee terasa hangat, pasti wajahnya memerah. Ia mencari cara untuk bangun tanpa membangunkan Andre. Ia bergerak perlahan eh Andre malah membalikkan badannya dan memeluk pinggang Zee. Zee menutup mulutnya sendiri. Dadanya berdebar keras. Ia tidak punya cara lain, selain membangunkan Andre. Tapi ia maluuu, ia ingin bangun tanpa Andre tahu.
Akhirnya ia tepuk perlahan tangan Andre, belum ada reaksi. Ia tepuk pipinya perlahan, juga belum ada reaksi. Zee benar-benar bingung. Ia pindahkan perlahan lengan Andre yang panjang, tiba-tiba Andre membuka matanya. Dan meraih kepala Zee mendekati wajahnya. Lama dipandanginya wajah Zee, Zee semakin ketakutan. Lalu dilepaskannya wajah Zee.
"Maaf sudah membuatmu takut, aku hanya memastikan kamu tetap cantik meski baru bangun tidur," ucap Andre bangun dan ke luar dari kamar Zee.
Zee menghembuskan napasnya dengan berat. Mengapa dadanya berdebar, ia merasa malu melihat wajah Andre. Apa yang harus ia lakukan saat sarapan nanti. Zee bergegas ke kamar mandi dan akan menyiapkan sarapan.
***
Zee ragu-ragu melangkah ke kamar makan saat dari dapur sudah tercium harum mentega, ia hanya melihat makanan sederhana di meja makan. Sosis goreng, kentang goreng dan scramble egg. Tak lupa segelas susu untuknya.
"Sarapan Zee, ayo cepat, badanmu sudah mulai berisi, terlalu kurus juga tidak bagus," Andre sudah duduk dan menikmati sarapannya, Zee mulai menarik kursi, tapi Andre berdiri dan menarik tangan Zee untuk duduk di sebelahnya. Zee menurut saja. Ia malu melihat wajah Andre dan makan dalam diam. Andre selesai lebih dulu sarapan. Dan mulai memandangi Zee dari samping, Zee jadi semakin sulit menghabiskan sarapannya.
"Kamu kenapa Zee, kok jadi nggak ngomong?" tanya Andre menahan senyum. Zee hanya menggeleng.
"Kamu malu karena sudah memeluk aku tadi malam? Lalu tadi aku tidur satu kasur denganmu?" tanya Andre lagi. Dan Zee mengangguk. Andre jadi tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala.
Selesai makan Zee membawa piring kotor ke dapur. Mencucinya dan meletakkan piranti makan di dapur. Karena hari ini tidak ada pekerjaan, merekan memutuskan untuk membenahi taman mungil di depan rumah Andre dan Zee. Mereka sama-sama menggunakan sepatu boot dan kaos tangan, sampai agak siang keduanya baru selesai membenahi taman dan terlihat segar kembali.
Zee segera mandi dan ganti baju, lalu kembali menuju rumah tante Berta untuk menyiapkan makan siang. Zee terburu-buru ke dapur karena ia belum menyiapkan apapun. Di saat yang bersamaan Andre baru membuka bajunya dan hendak menuju ke kamarnya untuk mandi. Dan bruuuk...Zee hampir jatuh jika tangannya tidak dipegang Andre. Entah karena Andre yang sedang jahil, atau kejadian semalam yang membuat Andre selalu ingin menggoda Zee, dipeluknya Zee yang terlihat ketakutan, Andre tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya pada Zee.
"Kamu takut, tapi tanganmu semakin erat memelukku," goda Andre dan wajah Zee makin memerah. Ia sangat takut karena Andre hanya menggunakan celana pendek dan bertelanjang dada. Perlahan Zee mendorong tubuh Andre namun Andre semakin mendekati wajah Zee, tangan kanan Andre memegang dagu Zee dan menciumnya, seketika badan Zee menengang. Andre memperdalam ciumannya karena Zee tidak melawan. Andre melepaskan ciumannya saat Zee mendorongnya karena kehabisan napas.
Dipandanginya wajah Zee yang memerah. Ada air mata menggenang di pelupuk matanya. Didekapnya Zee lagi.
"Maafkan aku, apakah aku menyakitimu?" tanya Andre. Zee menggeleng tapi ia semakin jadi menangis. Andre mengusap rambut Zee.
"Zee katakan sesuatu, kau membuatku takut," ucap Andre.
"Kkaauu mencuri ciuman pertamaku, aku tidak ingin berciuman," ujar Zee sambil tercekat. Andre tersenyum dan memandangi wajah Zee.
"Kau menyesal aku telah menciummu?" tanya Andre. Zee memukul dada Andre yang telanjang. Wajahnya memerah.
"Pergi sana, mandi, badanmu bau?" ujar Zee berlalu menuju dapur, sambil menyeka air matanya. Andre tersenyum memandangi Zee yang berlalu, ia tahu Zee mulai membuka hati.
***
Malam hari tante Berta dan papa Andre datang, ia mengetuk pintu namun tak ada sahutan. Akhirnya tante Berta menelpon Andre. Tak lama Andre membuka pintu.
"Lama amat sih Ndre, ngapain aja?" tanya tante Berta. Andre mengusap matanya.
"Tidur ma, ngantuk," ujar Andre dengan langkah terseok-seok. Saat Andre akan masuk ke kamar Zee, tante Berta berteriak.
"Heeei anak nakal kamarmu, dimana?" teriakan tante Berta cukup membuat Andre kaget dan berbalik ke kamarnya. Tante Berta geleng-geleng kepala, tapi ia mengernyitkan dahinya. Ada perasaan tidak enak dalam hatinya.
***
Saat sarapan ada hal aneh pada Zee, ia terlihat kaku dan malu, tidak seperti biasanya yang pandangannya seolah takut pada Andre.
Tak lama setelah makan Zee ke kamarnya untuk menyelesaikan sketsa bajunya yang dua hari ini terbengkalai.
Tante Berta menyeret Andre ke kamarnya.
"Hei, anak nakal, tidak terjadi apa-apa kan selama mama tinggal?" tanya tante Berta. Andre menggeleng dengan senyum aneh.
"Jawab dengan jujur Ndre, jangan membuat mama marah, jika kelak terjadi apa-apa kamu akan menyesal, mama melihat hal tidak biasa pada Zee, dia seperti malu-malu melihatmu," berondong tante Berta.
"Aku hanya menemaninya tidur ma," ujar Andre pelan namun cukup membuat tante Berta memekik.
"Andreee ingat, dia bukan seperti pacar-pacarmu yang selalu berakhir di tempat tidur ngerti? Dia masih suci, bahkan berpacaran dia tidak pernah, berciumanpun dia tidak pernaaah, anak nakal kamu yaaa," tante Berta memekik tertahan.
"Iyaaa iya aku ngerti mama, aku tidak merusaknya, aku cuma mencium kening dan bibirnya," dengan pelan dan santai Andre berbicara. Tante Berta menutup mulutnya sambil terbelalak.
"Tuh kaaan bener kaaaan, mama sudah mengira, mama pikir kamu bisa menjaga Zee," tante Berta benar-benar marah. Dan Andre bercerita mengapa akhirnya ia bisa tidur sekamar dengan Zee. Hanya kejadian saat mencium Zee tetap ia rahasiakan, karena kawatir mamanya semakin histeris. Tante Berta hanya menghela napas berat, dan ia merasa bersalah pada papa Zee karena tidak bisa menjaga Zee dengan baik.
***
Di kelas mode tante Berta melihat hal yang tak biasa pada Zee, ia mewarnai sketsanya dengan warna-warna pastel cerah.
"Ah manis sekali Zee sudah dapat berapa sketsa hari ini?" tanya tante Berta kagum.
"Baru lima sketsa tante, ini asyik untuk baju-baju remaja ready to wear bertema love and gentle," ujar Zee riang. Ada debar halus di dada tante Berta, ia jadi ingat kenakalan anaknya.
"Ah ya ya bagus Zee, tidak biasanya biasanya warna-warna cerah, biasanya kan selalu warna hitam, putih, abu," tanya tante Berta. Zee mendongak dan tersenyum cerah.
"Nggak tahu juga nih tante, lagi pengen warna cerah," ujar Zee riang. Dan tante Berta menghembuskan napas dengan berat.
