Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10

Sonia hanya bisa termangu saat Zee menceritakan kisah hidupnya, berkali-kali ia mendesah dan mengelus pelan punggung tangan Zee.

"Aku merasakan hidup sepi dan tidak diinginkan dalam waktu lama Sonia, meski tidak sampai merasa dibuang, ternyata sangat menyakitkan saat tahu jika diriku sangat tidak diinginkan berada di dekat mama, mama kandungku," ujar Zee pelan, tanpa air mata. Hanya desahan berkali-kali.

"Makanya aku tidak mau memikirkan hal yang tidak penting Sonia, aku lebih memikirkan menyembuhkan hatiku, dengan ada di sisi papa, aku betul-betul merasakan bagaimana rasanya dipeluk orang tua kandungku, dicintai, dikawatirkan, bukan hanya rasa sayang bi Munah saja yang akan aku ingat sampai tua, tapi juga orang tuaku yang telah membuat aku ada," Zee mengakhiri kalimatnya.

"Aku mengerti apa yang kamu rasakan Zee, tapi jika kamu kemudian menganggap bahwa efek cinta jadi luka mendalam bagi semua orang itu salah Zee, sekarang tinggal bagaimana kita menjalaninya dengan tulus dan benar,"ujar Sonia dengan mata berkaca-kaca, ia tak mampu merasakan bagaimana sakitnya jika ia yang mengalami kisah menyakitkan seperti Zee. Namun ia tidak membenarkan jika Zee kemudian anti pati pada lawan jenis karena tidak ingin ada Zee Zee yang lain.

"Belajarlah mencinta dengan tulus Zee, akan kamu temukan kedamaian seperti perasaan kamu saat di peluk papamu, apa yang terjadi pada mama dan papamu hanya sebagian kecil dari wujud cinta yang salah dalam pengungkapan, jadi jangan dijadikan patokan bahwa semua cinta akan berakhir mengenaskan,"Sonia memeluk Zee dengan erat, ia berjanji akan menyembuhkan luka Zee, ia akan mendukung sahabatnya, dan Sonia merasa bersyukur dibesarkan dalam keluarga yang saling mencintai dan menghargai.

***

Liburan pertama selama Zee menempuh pendidikan di ESMOD, Zee habiskan di kelas mode tante Berta, ia tidak membuang-buang waktu dengan malas-malasan atau tiduran tapi ia gunakan untuk mengembangkan ilmunya. Hanya yang membuat Zee agak terganggu ya itu lagi, si mata burung hantu kata Zee. Tapi ia tidak begitu peduli yang penting ia fokus pada apa yang ia pelajari. Sampai suatu ketika papa akan ke Milan selama seminggu dan tante Cecil serta om Carel sedang ke New Zealand. Mau tidak mau Zee memberanikan diri sendiri di rumahnya, tapi tante Berta melarang, ia memaksa Zee menginap di rumahnya, toh ada beberapa kamar yang masih kosong, biasanya digunakan keluarga tante Berta jika berlibur pada saat tahun baru.

Seperti biasa Zee bangun sangat pagi, mandi dan membersihkan segala sesuatu di dapur, ia tahu diri mengingat di rumah tante Berta semuanya dikerjakan sendiri. Ia dikejutkan karena tiba-tiba badan Andre yang menjulang sudah berdiri di belakangnya. Ia terpekik perlahan.

"Kau mengagetkanku,"kata Zee memegang dadanya. Andre hanya menatapnya, berlalu dari hadapan Zee dan mulai menyeduh kopinya serta mengambil beberapa potong roti untuk dipanggang, setelah selesai ia mulai mengoleskan selai coklat. Zee tak mempedulikannya, ia tetap menata semua piranti makan di ruang makan agar siap saat sarapan. Andre memberikan roti panggang berselai coklat pada Zee dan menarik Zee duduk. Dengan wajah enggan Zee duduk dan memandangi roti coklat dari Andre tadi.

"Makanlah, tidak beracun kok, ini aku makan juga," ujarnya dengan mulut penuh roti. Sambil memejamkan matanya Andre menyesap kopinya. Akhirnya Zee mulai menggigit rotinya dan menikmatinya dalam diam. Andre melangkah ke kulkas, membuka dan menuangkan susu, ia berikan segelas susu pada Zee.

"Tidak bisakah kita berteman Zee, aku melihat matamu seolah menolakku, meski matamu takut-takut seperti kelinci, namun penolakan itu dapat aku rasakan, aku bukan orang jahat, aku hanya melihat kamu unik,"kata Andre sambil menghabiskan potongan terakhir rotinya.

"Ah kalian ternyata sudah sarapan sepagi ini?" tanya tante Berta dengan suara riang.

"Ia, aku yang ngajak Zee sarapan ma," ujar Andre.

"Oh yaaaa, " tante Berta menatap Zee tak percaya, dan Zee mengangguk.

"Ndre nanti temani Zee ke kelas mode mama ya, nanti mama ada perlu sebentar, ada klien yang ingin berkonsultasi mengenai baju pengantin," uajr tante Berta.

"Saya bisa jalan sendiri kok, tante, kan dekat," kata Zee dengan cepat.

"Jangan Zee, biar Andre yang mengantarmu, nanti pulangnya biar dijemput, papa kamu menitipkanmu pada tante, tante tidak enak jika taidak menjagamu dengan benar,"tante Berta terlihat memohon. Dan Zee tidak bisa menolak.

***

Selama tiga hari Zee merasa dekat dengan Andre akhirnya ia bisa merasakan bahwa Andre sebenarnya baik dan perhatian, hanya kadang yang tidak Zee mengerti, Andre sering menatapnya dalam diam.

Zee sering merasa ada yang memandanginya saat ia asyik dengan ponselnya, atau sedang membaca novel kesukaannya, jika ia angkat wajahnya makan ia akan menemukan Andre yang juga kaget saat bersirobok tatap dengan Zee.

***

Hari ini tante Berta dan suaminya akan ke Paris, hanya sehari, untuk menghadiri pernikahan anak sahabatnya. Jadi rumah ia titipkan pada Zee dan Andre.

"Baik-baik kalian ya, jangan bertengkar," ujar tante Berta.

Zee dan Andre mengangguk bersama.

***

Malam hari mereka makan berdua tanpa bersuara, setelah selesai Zee membersihkan piring dan Andre terlihat duduk di sofa nonton tv.

"Sini Zee, nonton tv biar gak bosan," panggil Andre dan Zee mendekat, duduk tidak jauh dari Andre.

"Ndre boleh nggak aku mau nonton film korea, nih aku punya cdnya," tanya Zee perlahan.

"Silakan, aku main game saja," ujar Andre memperlihatkan ponselnya.

Terlihat Zee menikmati drama korea yang ditontonnya. Namun sesaat kemudian Zee terlihat sudah tertidur di sofa dengan tv yang masih menyala. Andre hanya geleng-geleng kepala dan segera mematikan tv.

Terlihat Zee yang tidur tidak nyaman, sehingga Andre mengambilkan bantal dan diletakkam di bawah kepala Zee.

Tubuh kecil Zee meringkuk sehingga Andre segera menyelimutinya. Zee hanya bergerak sebentar. Kawatir badan Zee tidak nyaman dengan tidurnya, akhirnya Andre menggendong Zee ke kamarnya. Saat Andre menggendong mungkin Zee bermimpi, ia sempat memanggil "papa" dan memeluk Andre dengan erat.

Andre menahan napas dan segera menidurkan Zee di kasur. Diselimutinya dan dipandanginya wajah Zee yang tidur dengan gelisah, bintik-bintik kecil keringat ada di dahi Zee. Tiba-tiba Zee berteriak dan memanggil papanya. Tanpa sadar Zee memeluk Andre dan menangis.

Awalnya Andre diam saja tapi saat Zee terdengar menangis, ia memeluk Zee dan mengusap kepalanya perlahan. Ada debaran aneh di dada Andre saat Zee semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan menangis Zee, ada aku yang menemanimu," ujar Andre perlahan. Sesaat kemudiam Zee sadar bahwa ia memeluk Andre, wajah mereka sangat dekat, Zee kaget dan mendorong Andre perlahan. Wajahnya menghangat.

"Maaf Ndre, maaf, aku bermimpi papa, tiba-tiba hilang dari hadapanku, aku takut, aku pikir kamu papa, makanya aku memelukmu," ujar Zee menunduk malu.

"Nggak papa, tidurlah, aku akan tidur di sofa, di kamar ini," ujar Andre. Zee merebahkan badannya di kasur dan Andre menyelimutinya sampai ke leher Zee. Diusapnya rambut Zee dan diciumnya kening Zee, wajah Zee menghangat lagi.

"Selamat tidur Zee," ujar Andre melangkah ke luar.

"Ndre jangan tinggalkan aku, katanya mau tidur di sofa dalam kamar," rengek Zee. Sesaat Andre memandang Zee, ia tersenyum dan mengangguk.

"Aku mau ambil selimut dan bantal," ujar Andre melangkahkan kakinya ke luar kamar.

Saat Andre kembali ke dalam kamar, ia melihar Zee masih belum tidur, meski badannya sudah tertutup selimut tapi matanya masih antara tidur dan tidak.

"Tidurlah, aku sudah di sini Zee," ujar Andre pelan. Zee menoleh dan mengangguk.

"Iya, aku takut Ndre," Zee berkata sambil memejamkan matanya.

Akhirnya Zee tertidur dan napasnya mulai teratur. Andre mendekati tempat tidur Zee, perlahan diusapnya lembut rambut Zee. Mata Zee memang selalu mengingatkan Andre pada adiknya. Awalnya Andre mengira ia hanya penasaran pada kisah hidup Zee, matanya yang mirip adiknya, dan tingkahnya yang kadang lucu, tapi lama-lama Andre sadar bahwa ia mulai menyukai Zee. Ada keinginan untuk melindungi Zee. Ia sadar bahwa Zee tidak pernah mengenal cinta apalagi berpacaran. Beda dengan Andre yang sudah beberapa kali berpacaran meski hubungannya selalu kandas di tengah jalan.

Jadi Andre harus benar-benar bersabar mendekati Zee, Zee sudah berani berbicara padanya itu sudah perkembangan yang sangat bagus.

Andre sadar, gaya berpacarannya juga agak mengerikan untuk ukuran Zee. Sekali lagi Andre pandangi wajah mungil Zee. Andre mulai mengantuk, dan ia memilih untuk merebahkan badannya di samping Zee.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel