BAB 7 MANIPULASI PIKIRAN
"Berbeda? Perbedaan apa maksudmu?"
"Kau tidak merasa berbeda? Lihat saja tadi pagi, kau membuat kami semua terkejut. Pertama kau tiba-tiba saja sembuh. Kedua kau berlari lebih cepat dari angin. Tentu saja itu bukan hal yang dilakukan oleh manusia biasa bukan?"
Billy melihat wajah Catalina dengan seksama. Di bawah lampu kristal ruangan yang terang, wajah Catalina terlihat cantik dengan garis siluet yang lembut. Aura sempurna yang muncul dari diri Sang Luna. Membuat alpha dalam diri Billy tidak ingin menunggu lebih lama.
Sekuat tenaga Billy berusaha menekan alpha dalam dirinya agar tidak menampakkan diri. Dia tidak ingin membuat Catalina ketakutan. Sekarang bahkan Catalina sudah mulai mencurigainya. Billy perlu jawaban cerdas untuk memberi jawaban yang memuaskan.
Catalina masih sibuk dengan makanannya. Dia tidak menyadari bahwa Billy sedang menatapnya tajam. Sesaat Billy memejamkan mata dan saat kembali membuka mata, sebuah cahaya biru berkilat. Hanya sepersekian detik lalu menghilang.
"Billy, kau ingin menambah makananmu?" tanya Catalina.
"Sudah cukup, aku akan menghabiskan yang ini."
"Aku akan kembali ke ruang kerjaku sekarang. Pekerjaanku sudah menunggu untuk diselesaikan. Kalau saja kau tidak muncul tiba-tiba dengan rasa laparmu, pasti aku sudah menulis lebih banyak."
"Catalina, bolehkah aku sementara tinggal di sini?"
"Tinggal di sini? Apakah tidak ada orang yang akan mencarimu nanti?"
"Justru karena beberapa orang sedang mencariku, aku perlu bersembunyi beberapa saat di sini." Billy terpaksa berbohong.
"Siapa yang sedang mencarimu?"
"Orang-orang yang ingin mencelakakan aku. Kau ingat luka yang ada di dadaku? Itu adalah perbuatan mereka."
"Tapi …." Catalina tampak ragu.
Membiarkan seorang pria asing tinggal di dalam rumahnya. Sebuah kekhawatiran merayapi hati Catalina. Tempat ini terasa aman dan nyaman. Dia bisa melupakan Derk dan memulai kehidupannya yang baru.
Permintaan Billy yang sederhana, terdengar menakutkan bagi Catalina. Seorang pria tinggal bersamanya? Terlebih, Billy adalah pria yang sangat menarik.
'Oh, tidak! Setampan apa pun dia, pria adalah makhluk berbahaya. Mereka bisa menyakiti tanpa rasa. Bahaya!'
Sebuah kilatan biru kembali terbersit di mata Billy.
Catalina memikirkan kembali, mengingat rumah ini berada di tengah hutan, rasanya tidak ada masalah. Catalina justru bisa memiliki teman lagi selain Martha. Gadis itu pun tersenyum mengangguk. Billy bernafas lega. Langkah pertamanya berhasil. Dia akan selalu berada di sekitar Catalina sekarang.
"Baiklah, aku harus melanjutkan pekerjaan."
Catalina berdiri dan bersiap untuk kembali ke ruang kerjanya. Saat kakinya hampir menginjak anak tangga pertama dia berhenti dan menoleh ke arah Billy. Pria itu masih sibuk menghabiskan makanannya.
"Billy salah satu aturan penting di rumah ini yang harus kau ingat. Aku tidak suka siapa pun masuk ke ruang kerjaku. Terutama jika pintu tertutup. Itu artinya aku tidak mau digangggu."
"Apa kau akan tidur di ruangan itu?"
"Kadang-kadang, itu bukan urusanmu. Kau boleh tinggal di sini sementara waktu, tapi kita punya batasan masing-masing. Aku harap sesegera mungkin kau akan meninggalkan rumah ini."
Catalina melangkahkan kaki ke lantai atas. Sepanjang perjalanan menuju ruang kerja, Catalina merasa heran dengan pikirannya sendiri. Setelah perceraian dengan Derk, dia selalu menjaga jarak dengan pria. Tapi Billy justru seperti magnet. Ada keingin lebih untuk berdekatan dengannya.
Tunggu! Dia belum mendapat jawaban dari Billy tentang kejadian hari ini. Bagaimana Billy bisa berlari melebihi kecepatan angin. Juga bagaimana luka di dadanya bisa sembuh seketika. Beberapa saat setelah dia bertanya, seolah Catalina lupa untuk meminta jawabannya.
Dia lalu merapatkan diri ke pagar pembatas antara rumahnya bagian bawah dan bagian atas. Pagar yang terbuat dari kayu berbentuk batang pohon dengan tekstur alami. Dari sini Catalina bisa melihat seluruh ruangan di bagian bawah. Dia melihat ke arah meja makan. Billy sudah tidak berada di sana. Suara pintu tertutup terdengar. Menandakan seseorang baru saja keluar dari sana.
Catalina mengangkat bahu. Dia tidak ingin semangat menulisnya padam hanya karena keberadaan Billy. Setidaknya ada orang lain di rumah ini sekarang. Martha bisa tidur nyenyak tanpa perlu sesekali bangun di malam hari untuk memeriksa rumah.
Di bagian luar rumah, Billy duduk melihat ke tengah lautan. Beruntung malam ini dia bisa mengendalikan keadaan dengan memanipulasi pikiran Catalina. Membuat gadis itu melupakan pertanyaan yang sulit dijawab oleh Billy. Juga membuat gadis itu setuju dengan permintaannya.
Dengan kekuatan dalam dirinya, Billy memaksa Catalina untuk setuju mengijinkan dirinya tinggal. Saat Billy mengeluarkan kekuatannya, dia merasa ada sesuatu dalam diri Catalina. Sebuah kekuatan lain yang membuat Billy tidak bisa sepenuhnya menguasai pikiran Catalina. Dia akan mencari tahu itu nanti.
Udara dingin dan hembusan angin menyapu wajah Billy. Telepatinya berfungsi otomatis untuk mendengar pembicaraan makhluk hutan yang lain. Dia mendengar beberapa binatang hutan sedang berbisik tentang kekacauan yang terjadi di bagian utara.
Lalu dia menghubungkan telepati untuk berbicara dengan Max.
"Max, perintahkan Arvon untuk mengatasi kekacauan di bagian utara."
"Arvon tidak akan sanggup melawan Lexus. Kekuatannya jauh di bawah Lexus. Andai saja Lexus memiliki sifat baik, dia sebanding denganmu sebagai raja alpha."
"Sayangnya dia lebih memilih untuk berseberangan dengan kita."
"Waktumu tidak banyak Billy. Werewolf yang mendukungmu semakin sedikit. Kau dianggap lemah. Sementara Lexus semakin unjuk kekuatan di berbagai belahan dunia."
"Kita tahu kunci utamaku adalah luna, Max. Jika aku bisa mendapatkan lunaku segera, maka semua masalah akan teratasi."
"Kita berpacu dengan waktu, Billy. Bukan hanya werewolf pendukung yang semakin sedikit. Jika sampai waktu yang kita miliki habis, Sang Luna tidak juga muncul makan kutukan itu akan menghancurkan semuanya."
Jiwa Billy bergemuruh. Hatinya berdesir tak karuan. Sebagai penerus raja alpha, Billy tidak rela jika klan werewolf hancur begitu saja. Tapi sekarang dia berhadapan dengan masalah yang di luar kendalinya.
Membuat Catalina jatuh cinta. Dengan cara bagaimana dan kapan akan berhasil, semua tidak bisa Billy perhitungkan. Alpha dalam diri Billy terus mendesak untuk mendapatkan Sang Luna segera. Sementara Billy sendiri belum begitu tertarik pada Catalina.
Dia berada di sekitar Catalina karena tahu bahwa diri dan bangsanya membutuhkan wanita itu. Billy bangkit dari kursi. Dia berlari kencang menuju ke dalam hutan. Dalam satu lompatan tinggi, Billy berubah wujud menjadi serigala putih bermata biru.
Serigala itu terus berlari menuju puncak gunung. Bulu-bulu halusnya melambai-lambai karena tiupan angin. Sesampainya di atas, dia pun melolong panjang. Lolongan yang merupakan kesedihan Sang Calon Raja Alpha. Juga peringatan untuk para werewolf agar menahan diri. Meminta mereka bersabar karena Sang Luna akan segera tiba.
Catalina di dalam ruang kerjanya mendengar lolongan itu. Hatinya terasa sedih. Tanpa dia sadari air matanya mengalir. Sementara jarinya masih terus menari di atas keyboard. Perasaan Catalina mendadak tak karuan. Lolongan itu seolah teriakan yang berasal dari dalam jiwanya.
'Kenapa aku menangis? Kenapa suara serigala itu membuatku bersedih?'
