Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Terlalu Sibuk

Febian sama sekali tidak memperhatikanku dan berjalan keluar sambil membawa dua cangkir kopi.

Aku memandang dari jauh dan melihatnya tersenyum sambil menyerahkan kopi itu kepada Lucy yang duduk di kursi penumpang.

Apakah ini sebuah kebetulan?

Indra keenamku mengatakan tidak.

Karena Lucy selalu menciptakan banyak kebetulan yang tampak tak terduga seperti ini.

Restoran, toko kue, dan bahkan taman hiburan, serta tempat-tempat yang ingin aku kunjungi.

Dia akan selalu muncul bersama Lucy, setelah Febian menolak untuk pergi bersamaku.

Semakin sering terjadi, semakin aku mengerti.

Seluruh kebetulan itu adalah kesengajaan yang dilakukan oleh seseorang.

"Bu Ginata, ada apa denganmu?" Indra bertanya dengan nada sedikit khawatir.

Pada saat ini, kebetulan pelayan datang mengantarkan kopiku.

Tanpa kusadari aku melontarkan pertanyaan, "Apakah pria yang barusan pergi itu sering datang ke sini?"

"Sering."

"Dia sering datang dengan pacarnya."

"Pacarnya sangat imut dan juga masih muda, kelihatannya sangat manis."

Aku meraih kopiku dan menyesapnya. Rasa pahit Americano menyebar di tenggorokanku.

Setelah pelayan itu pergi, aku lanjut berbicara dengan Indra tentang hal perceraian.

Kami mengobrol dengan lancar dan selesai setelah satu jam.

Ketika aku hendak pergi, tiba-tiba aku menerima telepon dari Febian.

"Ginata, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Kamu tidak enak badan?"

"Maafkan aku. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga mengabaikanmu beberapa waktu ini."

"Saat aku pulang malam ini, kita bicarakan baik-baik, jangan sampai ada kesalahpahaman, ya?"

Tetapi masalah antara aku dan Febian sudah ada sejak dua tahun lalu.

Dia malah baru menyadarinya sekarang.

Tidak. Mungkin sampai saat ini pun, dia masih tetap belum menyadarinya.

Hanya karena aku ingin bercerai dan dia takut perceraian ini akan mempengaruhi citra perusahaan, jadi dia terpaksa harus berbicara denganku.

Namun, aku tetap menyetujui untuk berbicara dengannya.

Malam harinya, aku menunggu sendirian di ruang tamu sampai dini hari.

Febian pulang dengan bau alkohol yang samar-samar.

Kalimat pertama yang dia ucapkan adalah, pekerjaannya itu sibuk, aku harus lebih pengertian.

Kata-kata ini sudah dia ucapkan berkali-kali.

Aku tidak ingin mendengarnya lagi dan langsung menyela untuk bertanya balik, "Aku sudah pindah dari sini, apa kamu tahu itu?"

Febian mengernyitkan alisnya sedikit kemudian menjelaskan, "Aku minum terlalu banyak tadi malam dan karena aku takut mengganggu tidurmu, jadi aku tidak pulang."

Tiba-tiba aku merasa sedikit konyol.

"Febian, lalu tahukah kamu, barang-barang apa saja yang sudah aku bawa pergi dari rumah ini?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel