Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Aku Ingin Bercerai

Aku kembali ke apartemenku sendiri, barulah aku bisa tidur dengan nyenyak.

Ini adalah rumah yang aku beli dengan uang hasil kerja kerasku sendiri.

Kami menjalankan perusahaan bersama sebelum kehilangan anak kami.

Malam itu, setelah mengikuti acara makan, perutku sakit dan terjadi pendarahan di bagian bawah tubuhku.

Aku bergegas pergi ke rumah sakit dan baru mengetahui bahwa aku hamil dua bulan.

Namun semuanya sudah terlambat, janin tidak dapat diselamatkan.

Yang membuatku paling terpukul adalah dokter mengatakan bahwa aku tidak akan pernah bisa hamil lagi di masa depan.

"Ginata, tidak apa-apa, masih ada aku yang mendampingimu."

Febian menelantarkan pekerjaannya dan menemaniku sepanjang hari.

Namun, karena kejadian inilah, dia membiarkanku beristirahat di rumah untuk memulihkan tubuhku dengan baik.

Tidak terasa, waktu dua tahun telah berlalu.

Dia tidak pernah mengizinkanku mencampuri urusan perusahaan lagi.

Dan Lucy adalah sekretaris yang dipilihnya sendiri setelah aku keluar dari perusahaan.

Aku sedikit penasaran dan bertanya, "Mengapa kamu memilihnya dari begitu banyaknya kandidat?"

"Tidakkah kamu merasa bahwa dia sangat mirip denganmu?"

"Aku rasa dia pasti juga memiliki kemampuan yang sama sepertimu."

Tidak.

Dia jauh lebih hebat dariku.

Baik itu urusan pekerjaan atau kehidupan sehari-harinya Febian, Lucy selalu bisa mengurus semuanya dengan cermat.

Orang-orang di perusahaan juga selalu memujinya.

Sedangkan aku, lambat laun dilupakan oleh semua orang.

Tak sampai enam bulan, Lucy sudah sepenuhnya menjadi penggantiku di perusahaan. Keesokan harinya, setelah aku bangun tidur, masih belum ada satu pun pesan di ponselku.

Setelah ragu-ragu beberapa saat, aku menelepon temanku yang bekerja di sebuah firma hukum.

"Apakah kamu menangani kasus perceraian? Aku ingin bercerai."

Temanku tidak terkejut ketika mendengarnya lalu menjawab, "Aku tidak menangani kasus perceraian, tapi aku bisa merekomendasikan seorang pengacara untukmu."

Di kafe.

Aku melihat ke dalam dari ambang pintu, mencari sosok pengacara itu.

Tiba-tiba, seorang pria muda tampan yang tampak cerah dan energik melambaikan tangan ke arahku.

Aku berjalan ke arahnya dengan perasaan sedikit khawatir.

"Pengacara Indra Hutama?"

"Ya, itu aku."

Aku duduk di depannya, tetapi tidak mempercayai pengacara di depanku ini.

Karena aku telah memeriksa pengalaman litigasinya, dia belum pernah menangani kasus perceraian sebelumnya.

Tampaknya dia bisa melihat kekhawatiranku, Indra tersenyum lembut.

"Bu Ginata, meskipun aku belum pernah menangani kasus gugatan cerai, tapi itu tidak membuktikan bahwa aku tidak memiliki kemampuan."

Aku tersenyum canggung dan menjelaskan, "Aku hanya khawatir gagal bercerai."

Pada saat itu, sosok yang familiar tiba-tiba melintas dari sampingku.

Aku terdiam sejenak, seluruh tangan dan kakiku menjadi dingin.

Sosok itu adalah Febian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel