Tak Bisa Tidur
Final Angela lalu berlari kencang, meninggalkan Leo berdiri mematung dengan memandang ke punggung Angela.
Tanpa disadari Angela, perkataan yang dilontarkan membuat hati Leo berdesir perih.
"Mengapa hatiku sakit." Leo memegang dadanya yang terasa amat sesak sekarang, seperti ditikam dengan sebilah pedang.
'Hah, menyebalkan sekali, mengganggu kegiataanku, aku harus cepat menemukan bukti!'
Angela melirik ke belakang sekilas lalu menaiki sepeda motornya. Tak lupa ia memadamkan lampu motornya agar tak ketahuan penjaga kampus. Setelah merasa aman, ia melajukan sepeda motornya menuju jalan rahasia yang dimasukinya tadi.
Tanpa disadari Angela, secara diam-diam Leo mengikutinya. Di dalam mobil, ia memperhatikan Angela dari kejauhan.
Selang beberapa menit, mata Leo sedikit menyipit tatkala jalanan sudah agak lenggang sekarang dan tidak ada lagi kendaraan roda dua dan empat lalu-lalang di luar. Hanya terlihat perumahan orang biasa. Kendati demikian rumah Angela paling besar, bergaya vintage, dengan dinding tembok berwarna serba putih dan taman kecil di pelataran rumah.
"Walaupun kau menolakku, kau tidak akan aku lepaskan karena kau sudah mencuri sesuatu dariku," gumam Leo sambil melihat Angela masuk ke rumah bertingkat dua di ujung sana.
Ia dapat melihat Angela memarkirkan motor dan berlari kecil menuju pintu rumah. Tampaklah seorang wanita bersurai emas membukakan pintu, menyambut kedatangan Angela.
Leo memarkirkan mobil di sisi jalan, tak lupa ia memadamkan cahaya lampu agar tak ketahuan.
"Manisnya, pasti itu ibunya." Kedua mata Leo bergeming lurus ke depan. Melihat Angela memeluk cepat seorang wanita.
'Shit!' Buru-buru Leo merendahkan kepala karena hampir saja ketahuan. Sebab, di ujung sana Angela memandang ke arah mobilnya tiba-tiba saat ini.
'Semoga saja dia tidak mengenali mobilku.' Leo bermonolog lagi sambil menyembunyikan kepala di bawah dashboard mobil.
Sampai pada akhirnya, secara perlahan ia menegakkan tubuh lalu memandang ke depan. Tak terlihat lagi Angela di pelataran rumah. Matanya berkeliling sejenak di sekitar. Kedua bola matanya langsung berhenti pada satu jendela, tepatnya di lantai dua, yang mengarah ke jalan. Di balik gorden, ia dapat melihat siluet Angela sedang membuka pakaian.
'Cantik.' Leo tanpa sadar mengulum senyum saat Angela menyibak rambut panjangnya. Melihat bayangan tubuh Angela saja sudah membuat pikiran Leo berkelana kemana-mana sekarang.
'Damn!' Leo berdecak kala perkakasnya tiba-tiba berdiri tegak. Dengan cepat ia menoleh pada benda keramatnya di balik celana.
"Hei bersabarlah, kau tidak boleh nakal. Untuk yang satu ini tidak seperti yang lain. Dia adalah pawangmu nanti, oke?" sahut Leo seolah-olah berbicara pada seseorang.
Tak mau sampai ketahuan Angela, Leo pun memutuskan pulang ke rumah. Terlalu lama memantau calon istrinya itu membuat kepalanya pusing, ya, Leo sudah menandai Angela sebagai teman hidupnya nanti.
*
*
*
Pagi pun telah tiba, tak seperti kemarin, Angela datang lebih awal, subuh-subuh tadi ia sudah mengambil sampel darah dan memotret tempat kejadian perkara dengan kamera khusus miliknya.
Kini Angela sudah berada di kelas, duduk, membaca buku sambil mendengarkan musik hip-hop dengan volume suara yang cukup kecil. Sedari tadi rahangnya bergerak-gerak, mengunyah permen karet serta mengabaikan teman-temannya yang masuk satu persatu ke dalam kelas.
Suasana yang semula sunyi dan senyap, sekarang begitu riuh karena para mahasiswa asik pada dunianya sendiri, menunggu sang dosen untuk masuk.
"Hei, Pak Leo datang!"
Mendengar suara Brian, Angela mematikan musik dan tak lupa memasukkan ponsel ke dalam tas.
"Selamat pagi semua." Leo pun melangkah masuk ke dalam kelas sambil melirik sekilas Angela.
Hari ini tak terlihat kacamata bening bertengker di hidung mancungnya itu. Ia memakai kemeja putih panjang dengan kedua lengan digulung sedikit ke atas dan celana kain berwarna cokelat serta sepatu pantofel hitam mengkilap.
Seluruh mahasiswa pun membalas sapaan. Terkecuali, Angela tak berniat sekali menanggapi. Tanpa mengangkat kepala, ia sibuk membaca sambil menempelkan permen karetnya ke langit-langit mulut menggunakan lidahnya.
"Wow, penampilan Bapak hari ini terlihat berbeda, semakin tampan," celetuk seorang wanita di kursi paling belakang sambil cekikikan bersama mahasiswi yang lainnya.
Leo mengulas senyum tipis.
"Iya benar, tapi mengapa Bapak seperti orang yang kurang tidur?" Salah seorang wanita ikut menimpali.
Angela pun reflek mengangkat kepala. Sepasang mata cokelat itu bertubrukan langsung dengan mata Leo. Ada getaran yang tak bisa dijabarkannya saat ini. Terlebih, Leo menatap ke arahnya sekarang dan tersenyum melalui mata.
'Ck, fokuslah Angela! Pria ini adalah predator!' Angela langsung menundukkan pandangan dan kembali membaca buku lama yang dia bawa dari rumah berjudul 'The Black Swan.'
"Semalam Bapak tidak bisa tidur karena ada wanita yang menolak cinta Bapak," jawab Leo seketika.
"What?" Seisi kelas terperangah, tak percaya ada seorang wanita menolak Leo. Para wanita yang tahu tentang kebusukan Leo dan yang pernah ditiduri, menahan cemburu. Sebab Leo tak pernah serius dalam menjalin hubungan, hanya untuk kesenangan semata. Terlebih, selama ini yang mengajak bercinta adalah mereka bukanlah Leo.
"Bagaimana bisa Pak? Apa dia cantik?" tanya wanita di sebelah Angela, dengan wajah menahan kesal.
Berbeda dengan Angela, diam-diam memutar mata malas sejenak.
Leo memasukkan kedua tangan ke saku celana sambil melangkah perlahan di depan sesaat. Netranya tak berhenti melirik-lirik Angela yang masih asik membaca dengan posisi kepala sedikit menunduk.
"Sangat cantik, manis, dia wanita mahal, susah digapai dan sangat keras kepala," jawab Leo.
"Wah, wanita idaman itu. Tapi, mengapa dia menolak Bapak?" Brian pun ikut menimpali.
Leo tak langsung menjawab, mengayunkan kaki perlahan, mendekati meja Angela kemudian menyenderkan sedikit pantatnya ke ujung meja. Setelah itu bersedekap di dada.
Angela sedikit terganggu. Dengan cepat mendongak, lantas menatap tajam sekilas Leo kemudian membaca bukunya lagi.
Leo mengulum senyum, ingin sekali menerkam Angela. Ia pun mengedarkan pandangan di sekitar kembali.
"Entahlah, mungkin karena kekurangan Bapak, tapi demi dia Bapak akan berubah, menjadi suami yang baik kelak, Bapak sudah berumur sudah waktunya menikah."
"Galau sekali Bapak, kalau boleh tahu siapa namanya Pak?" Para mahasiswa mendadak penasaran, siapakah wanita yang berhasil meluluh lantakan hati Leo. Sebab Leo terlihat mengantuk pagi ini. Kantung matanya pun nampak menghitam.
"Rahasia!"
"Ayolah, Pak, siapa namanya, apa orangnya ada di sini?" Seluruh mahasiswi amat penasaran.
"Ada." Lagi dan lagi Leo melirik Angela sekilas. "Dia ada di sini tapi pura-pura sibuk, hari ini dia terlihat sangat cantik dan rajin."
Angela mendengus, ingin sekali cepat-cepat menuntaskan misinya.
Mendadak riuh seisi kelas. Para lelaki tertawa-tawa pelan karena untuk pertama kalinya melihat Leo dilanda galau kronis. Sementara para wanita menoleh ke kanan dan ke kiri, penasaran tingkat tinggi.
"Ayolah siapa, Pak?"
"Cepat Pak beritahu kami, siapa tahu saja kami bisa membantu, Brian punya jurus pamungkas untuk menggait ikan yang keras kepala!" celetuk lelaki yang disinyalir teman akrab Brian.
Tertawa-tawa pula Brian dan tak lupa menumbuk bahu temannya di belakang.
"Iya benar, siapa Pak?" Kali ini para wanita ikut membuka suara.
"Angela Martinez!"
