Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9

Gue nggak bisa ngomong-ngomong apa-apa lagi untuk ngebuat petugas ngebantu gue. Gue cuma bisa terduduk lemas di temani dua pegawai gue Diki dan Fian. Mereka dengan rajin mengelus bahu gue dan membisikan kata-kata untuk membuat gue sabar dan tenang.

Gue emang bisa tenang dan duduk dalam diam. Namun hati dan otak gue terus bekerja. Otak gue berkali-kali menyalahkan diri karena sudah membiarkan Askar membawa Trina dengan mudahnya. Sementara hati gue berkata gue harus sabar dan menunggu sampai mereka pulang. Dan gue harap mereka beneran pulang.

Gue harap Askar bukanlah penculik ataupun penjahat. Gue tau pikiran gue gila, gue tau gue orangnya curigaan. Tapi gue tau kalo Askar bukanlah orang yang bisa melakukan hal sekeji itu, apalagi alasan dia datang kemari adalah memastikan ikatannya dengan gue. Jadi udah pasti Trina tidak ada sangkut pautnya sama dia.

Namun sampai restoran tutup dan para pegawai gue yang udah pulang karena ada urusan mendadak. Sosok Askar maupun Trina belum muncul juga, padah sedari tadi gue udah duduk berjam-jam di balik pintu untuk menunggui kehadiran keduanya.

Gue hampir menyerah. Gue bahkan sudah lemas karena belum memasukan makanan sedikit ke dalam perut gue. Gue nggak bisa makan sementara anak gue sendiri nggak tau gimana kabarnya. Apa Trina udah makan apa belum? Sekarang dia lagi ngapain? Apa dia baik-baik aja? Pertanyaan itu yang selalu muncul di otak gue tanpa henti. Sampai akhirnya daun pintu terputar dan terbuka lebar menampilkan sosok Askar beserta Trina yang sudah tertidur di gendongannya membuat gue memiliki sedikit kekuatan untuk berdiri bangkit dan menghampirinya.

"Ssshhh. Gue tau elo lagi marah sekarang. Tapi plis, tunggu gue bawa Trina ke kamarnya dulu." desis Askar yang sukses membungkam gue dan tidak membalas ucapannya selain mengikutinya menuju kamar dengan hati yang udah kesal saat melihat wajahnya tadi.

Setelah Askar meletakkan Trina di atas kasurnya, gue dengan cepat menarik tangannya untuk keluar dari kamar.

"Lo habis bawa kemana anak gue!?" tanya gue dengan nada sedikit tinggi setelah sampai di dapur restoran. Gue menatapnya penuh amarah dan ingin sekali memukulnya.

"Tenang. Gue cuma ajak dia jalan-jalan sama belanja doang kok. Lo nggak perlu khawatir." balasnya yang malah terdengar tenang dan santai.

"Tenang gimana!? Lo bawa anak gue seharian! Tanpa kabar, bahkan lo nggak bilang dulu ke gue. Lo tau nggak, gue udah berpikiran yang macem-macem sama elo. Gue sampe lapor polisi dan mengerahkan segala cara supaya tau elo dimana. Tapi apa? Semua itu sia-sia dan gue cuma bisa duduk diem sambil berharap lo pulang dan bawa Trina kembali." ungkap gue yang mengeluarkan semua isi hati dan pikiran gue sedari tadi. Gue bahkan tanpa sadar sudah memukul-mukul pelan dadanya.

Askar menahan kedua tangan gue dan sedikit membungkukkan tubuhnya agar tinggi kami sejajar.

"Iya-iya gue tau gue salah. Maafin gue ya udah bikin lo cemas kayak gini. Gue beneran nggak ada niat jahat sama elo maupun Trina. Gue bener-bener sama ucapan gue yang cuma mau mencari tau ikatan kita yang sebenarnya. Dan soal gue kemana, gue seratus persen jujur kalo gue sama Trina cuma jalan-jalan doang, dan itu pun ke mall punya Abang gue." ujarnya yang masih sulit untuk gue terima alasannya.

Gue menarik tangan gue dari genggamannya lalu kemudian mengusap mata gue yang gue sadari mengeluarkan air mata karena terbawa suasana hati gue yang cemas.

"Kenapa lo nggak bilang ke gue dulu dan malah nyelonong aja?" tanya gue sambil menundukkan kepala enggan di tatap Askar kalo gue barusan ngeluarin air mata.

"Tadi gue pengen ijin sama elo. Tapi lo nya nggak ada, jadi gue pergi gitu aja. Maafin gue ya. Gue bener-bener salah." ujar Askar sambil dengan satu tangannya yang menyentuh pipi gue dan mengelusnya lembut.

Gue menghempaskan tangan itu dari pipi gue dan hendak kembali mengucapkan kalimat untuk menghakiminya. Namun tiba-tiba kepala gue terasa begitu berat dan pusing, di tambah dengan mata gue yang kunang-kunang dan terlihat blur. Dan setelahnya penglihatan gue pun menghitam di iringi dengan suara Askar yang menyebut nama gue bersamaan dengan tubuh gue yang terhuyung jatuh ke lantai.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel