8. Kejutan
Awan’POV
Entah ada angin apa yang merasuki dirinya memanggil Bulan yang terlihat sangat ceria saat menuruni anak tangga satu persatudengan fokus ke arah pintu utama.
“BULAN!” teriaknya
“Prftt kenapa gue harus manggil dia ya,” batinnya
“Iya?” jawab Bulan yang sudah tiba di ruang makan
“Makan!”
“Hah?” bingung Bulan
“Makan!”
“Ehm aku makan di sekolah aja Bang,” tolak Bulan
“Makan!”
“Tapi…”
“MAKAN!”
Bak hewan peliharaan yang patuh dengan majikannya, adiknya memilih menarik kursi yang ada di depan dirinya, Ia memperhatikan gerak-gerik perempuan di depannya yang terlihat sangat gugup.
“Kenapa segugup itu?” batinnya
“Bulan!”
“Ehm iya.”
“Makan!”
“Iya Bang.”
“Naik apa ke sekolah?”
“Angkutan umum.”
“Hari ini gue antar sekalian gue ke kampus.”
“Hah?” beo Bulan dengan wajah kaget
“Lo tuli hah!” sindirnya dengan nada tinggi
“Gak usah Bang aku bisa naik angkot atau ojek,” tolak Bulan
“Don’t accept rejection, Bulan!”
“Tapi…”
“Gak ada tapi-tapian ayo berangkat nanti telat.”
Selama diperjalanan hanya keheningan, dirinya yang fokus dengan jalan dan Bulan yang asik menatap ke luar jendela. Sesaat sampai di gerbang sekolah terlihat banyak murid yang menatap ke arah mobil yang ditumpangi, ia memperhatikan adiknya yang masih tetap duduk di samping kemudi sambil menautkan jari jemarinya.
“Lo gak turun?”
“Iya sebentar.”
“Kenapa lo?”
“Malu tahu… Abang gak lihat mereka pada ngelihat ke arah mobil ini,” tunjuk Bulan ke arah luar
“Yaelah perlu gue antar sampai kelas hah?”
“Enggak!” jawab Bulan tegas
“Ya sudah sana turun.”
“Iya Bang… makasih tumpangannya.”
“Sama-sama,” “Ehm Bul,” sambung Awan
“Kenapa?”
“Lo pulang jam berapa?”
“Jam 3 sore.”
“Ehm nanti gue jemput.”
“Hah?”
“Sudah sana gue telat nih,” usir Awan kasar
“Eh iya iya.”
“Gue pengen jadi Abang yang baik buat lu Bul,” batin Awan yang melihat adiknya keluar dari mobil
15.00 WIB
“Jam berapa sekarang?”
“Jam 3 sore, ada apa?” tanya Orion temannya
“Astaga gue harus cabut.”
“Tumben buru-buru.”
“Ada janji.”
Dengan kecepatan tinggi dirinya sampai di depan gerbang sekolah SMK Galaksi yang sudah lumayan sepi tapi tanpa sengaja matanya melihat sosok yang familiar sedang berdiri di halte.
“Bulan ngapain di sana?” ujarnya sendiri sembari mendekatkan ke arah halte
“Ngapain lo?”
“Ehh Abang…”
“Ngapain?”
“Nunggu angkot.”
“Tadi pagi gue bilang apa sama lo.”
“Ehm Bulan kira bercanda.”
“Ayo naik!”
“Aku naik angkot aja Bang,” tolak Bulan
“Apa-apaan, gue sudah sampai sini juga, NAIK!”
“Tapi…”
“Buruan!”
Terlihat dari wajah Bulan yang ketakutan juga seperti terpaksa masuk ke dalam mobil yang ia bawa.
“Ehm Bul…”
“Iya?”
“Lo mau kemana?”
“Pulang, emang mau ke mana?” tanya Bulan balik
“Dih betah amat di rumah.”
“Heheh,” kekeh Bulan yang memperlihatkan gigi putihnya
“Huum gue tahu tempat kesukaan lo.”
“Di mana?”
“Nanti lo juga tahu.”
Sesampainya di tempat menurut tebakan laki-laki itu, mereka berdua turun dari mobil dan memasuki kawasan mall mewah dan terkenal di Indonesia. Wajah Bulan memperlihatkan bahwa dirinya tidak nyaman di tempat keramaian seperti ini, energi nya seperti terkuras lebih banyak.
“Bang pulang aja yuk,” ajak Bulan
“Lho kita belum juga muterin, cewekkan biasanya suka banget kalau di ajak ke mall.”
“Bulan gak nyaman di sini kita pulang aja.”
“Kita makan dulu deh habis itu baru pulang gimana?”
“Iya.”
“Ayo, ini pasti lo suka secara kan makanan favorit lo.”
“Ke mana?”
“Ikut aja Bul.”
“Hmm.”
Mereka berdua menyusuri seluruh sudut tempat di tempat ini, cukup lama karena Awan memilih untuk membeli beberapa barang yang menurut matanya bagus.
“Bul lo gak mau? Pilih aja gue beliin.”
“Enggak.”
“Lo pasti suka sama baju ini,” tunjuk Awan pada dress cantik berwarna biru langit
“Enggak Bang.”
“Lo gak mau beli sesuatu gitu? Jarang-jarang kan kita hangout bareng gini,” ucap Awan
“Bukan jarang lagi tapi gak pernah,” batin Bulan
“Bul ayo dong pilih masa gue doang yang belanja,” tawar Awan lagi
“Enggak Bang, ehm Bulan tunggu sana aja deh Bang.”
“Ehh…”
Terlambat… Bulan sudah lebih dulu menjauh dari dirinya, adiknya itu memilih untuk menunggu di sofa yang tersedia di tempat itu.
1 Jam berlalu
“Capek banget gue,” keluh Awan
“Kita makan di sana,” ajak Awan
“Iya.”
“Lo serius Bul gak mau beli barang?”
“Iya Bang serius.”
“Lo mau makan apa?”
“Apa aja emang menu nya?” tanya Bulan balik
“Ehm lo pasti suka yang ini,” tebak Awan
“Apaan itu, sayuran? Aku mana suka makanan kayak gitu.”
“Terus lo maunya apa?”
“Ice cream vanila spesial aja.”
“Lo gak mau makan?”
“Enggak.”
“Mba saya mau coffe latte satu, beef steak satu sama ice cream vanila spesialnya satu.”
“Coffe latte satu, beef steak satu, ice cream vanila spesial satu. Baik di tunggu pesanannya…” ujar pelayan itu ramah
“Bul…”
“Hmm.”
“Sorry ya tadi gua sedikit telat jemput lo.”
“Iya.”
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo.”
“Iya ngomong aja Bang.”
“Handphone lo simpan dulu lah ya kali gitu gue ngomong terus lo nya sibuk.”
“Iya-iya, mau ngomong apaan Bang?” tanya Bulan yang sudah fokus menatap Awan
“Emm maaf ya…”
“Maaf untuk apa Bang?” tanya Bulan mengerutkan alis
“Emm maaf untuk semuanya.”
“Ayo kita pulang,” ajak Bulan yang mengalihkan pembicaraan
“Lo gak mau maafin gue?”
“Bulan capek banget ingin istirahat,” keluh Bulan
“Iya sudah kita pulang sekarang.”
~Hening~
“Bang ini kan bukan ke arah rumah kita.”
“Iya kita ke tempat lain aja, bosen gue di rumah.”
“Terus kita mau ke mana?” tanya Bulan
“Gimana kalau kita quality time berdua?”
“Hah?”
“Gak usah pakai hah.”
“Quality time?”
“Iya.”
“Berdua?”
“Iya.”
“Abang gak usah bercanda deh.”
“Kata siapa gue bercanda.”
“Lah Abang serius?”
“Iyalah serius.”
“Abang gak sakit kan?” tanya Bulan yang meletakkan telapaknya di dahi Awan
“Lo kira gue sakit gitu.”
“Ya siapa tahu kan.”
“Dih rese banget lo jadi adik.”
“Apaan Bang?”
“Enggak.”
“Dih ulang coba.”
“Rese banget.”
“Bukan yang itu Bang,” rengek Bulan
“Terus yang mana?”
“Yang paling belakang,” pinta Bulan
“Ahh sudah sampai.”
“Huft malah dialihkan,” lirih Bulan kecewa
“Lo ngomong apaan Bul?”
“Ini apartemen siapa Bang?”
“Apartemen gue lah.”
“OHH.”
“Biasa aja oh nya.”
“Heheh.”
“Ayo masuk, capek banget nih gue.”
“Kenapa gak pulang aja ke rumah?”
“Prftt rumah mulu lo Bul.”
“Heheh.”
Kami berdua memasuki apartemen yang cukup mewah ini dengan bangunan yang bergaya modern dengan warna cat putih dibagian depan dan dalam.
“Keren…” ujar Bulan kagum
“Kamar lo di sana ya,” tunjuknya
“Oke.”
“Gue mau mandi dulu.”
“Abang mau makan apa malam ini?”
“Apa aja.”
Selesai mandi dirinya turun menyusul adiknya yang sedang sibuk berkutat di dapur, harum makanan yang dimasak menyeruak memasuki indra penciumannya.
“Harum banget.”
“Makan dulu.”
“Iya.”
Kami berdua makan dengan hening hanya ada suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring, setelah selesai dengan makanannya masing-masing kami memilih untuk menonton film bersama dengan canda tawa yang sebelumnya tidak pernah terlihat sejak lama.
