Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Dmd 4

Hanum menutup mulutnya untuk menganti-anti agar dia tidak mengeluarkan suara. Pria itu mengeluarkan ponselnya lalu menelpon seseorang.

“Hei Rani! Apa dia menemuimu, wanita itu berhasil kabur dan aku belum menikmatinya!’’ pekik pria garang itu dari ponselnya.

Hanum semakin kesal mendengar nama Rani disebut. Dia tidak menyangka bahwa temannya itu semangat licik dan jahat.

“Kok tega kau sama aku Rani…apa salahku…” bathin Hanum.

Tubuhnya semakin menggigil kedinginan, malam pun semakin mendekati tengah malam yang dimana jalanan pun sudah tampak sepi.

“Ya Tuhan aku hanya butuh pertolonganmu…tolong aku Tuhan…” Hanum mencoba untuk menghubungi Bara tapi, dia kembali memasukkan ponselnya itu karena sudah berjanji tidak akan berhubungan lagi dengannya. Hanum mempunyai prinsip yang tegas atas dirinya sendiri.

Deru langkah sepatu pria itu terdengar melangkah hendak meninggalkannya. Hanum pun merasa lega sembari menarik nafas panjang. Dia pun beranjak dari tempat itu dan tidak sengaja menginjak sesuatu.

Rekk!’’

Bunyi suara itu mengalihkan pandangan pria bertato itu.

“Di sini kamu rupanya hah!”

Wajah Hanum tampak pucat, jantungnya berdegup semakin kencang, berlari lagi secepat mungkin untuk menghindari monster itu.

Nafasnya tersengal-sengal karena sudah berlarian sedari tadi tapi, Hanum terus berlari agar bisa lepas dari cengkraman pria itu. Dia tidak bisa lagi mengambil motornya di parkiran sebab nanti akan tertangkap oleh pria itu.

Hanum melihat gang di sebelah kanannya, dia pun berbelok ke sana berharap bisa meloloskan diri. Namun, apa yang terjadi, justru dia melihat tembusnya itu sudah berdiri pria bertato yang mengejarnya. Hanum semakin lemah, semakin sakit untuk berlari. Pria itu pun celengak celenguk mencari keberadaan nya. Ternyata dia tidak melihat Hanum tadi.

Jalanan sudah tampak sepi sekali, Hanum berlari sekuat mungkin tampak mau menoleh ke belakang lagi hingga tubuhnya hampir saja menabrak mobil yang baru lewat. Mobil itu berhenti ngerem mendadak melihat wanita yang penampilannya acak-acak di depan mobil.

“Ada apa pak Seno?” Tanya seorang pria dari belakangnya.

“Ada wanita di depan mobil hampir saja kena tabrak Tuan,” jawabnya.

Pria paruh baya itu pun membuka pintu mobil dan turun untuk mengecek keadaannya. Hanum langsung meminta tolong pada pria paruh baya itu.

Dia menangkupkan kedua tangannya sambil berlutut minta tolong karena merasa nyawanya sudah di ujung tanduk. Jika pria bertato itu berhasil menangkapnya Hanum yakin dia tidak akan bisa selamat lagi.

“Pak, tolong saya pak…tolong saya pak…’’ pinta Hanum dengan deraian air mata. Wajahnya terlihat jelas sangat ketakutan. Sementara pria yang dipanggil bos oleh supir itu masih terus memantaunya dari dalam mobil.

“Nak…ngapain malam-malam di sini, hati-hati kalau mau nyebrang, untung saja tadi tidak kena tabrak,” ucap pak Seno.

“Tolong saya pak, saya mohon… “ hanya kata-kata itu yang Hanum keluarkan dari mulutnya.

“Tolong bawa saya pak dari sini…” timpalnya.

“Maaf saya tidak bisa bawa kamu tanpa persetujuan dari Tuan saya, lebih baik kamu pulang saja jangan keluyuran malam-malam begini.”

Mendengar deru langkah kaki berlari begitu cepat sembari memanggil-manggil keras, Hanum semakin takut.

“Cantik, dimana kamu?!’’ suara pria bertato itu terdengar semakin dekat.

Hanum tidak punya banyak waktu lagi, dia berlari langsung masuk ke dalam mobil yang dibawa pria paruh baya itu.

“Hei Nak!’’ panggil pria paruh baya itu sambil geleng-geleng. Pak Seno takut jika Tuannya marah karena membiarkan seorang wanita tak dikenal memasuki mobilnya tanpa ijin. Dia pun ikut masuk ke dalam mobil.

“Pak, tolong saya…pria itu ingin mencelakai saya,” titah Hanum terus memohon. Pak Seno menatap ke arah bosnya itu untuk meminta persetujuan. Hanum mengerti dan langsung menoleh menatap ke arah pria tampan, maskulin, wajahnya tampak dingin karena dari tadi pun dia hanya diam saja.

“Pak, tolong saya Pak, saya mohon…saya akan melakukan apa saja jika bapak bersedia membantu saya,” pinta Hanum pada pria itu.

“What? Pak? Memangnya aku udah setua pak Seno sehingga dia memanggilku pak juga?’’ bathin Arya Ajinomoto.

Yah, pria itu adalah Arya, kakak dari Amel selingkuhannya si Bara.

Belum lgi Arya menjawab pria bertato itu terlihat muncul di permukaan, Hanum langsung merundukkan kepalanya agar tidak terlihat olehnya.

“Pak, jalan!’’ perintah Arya pada supirnya.

Saat mobil itu berjalan Hanum merasa sangat lega. Akhirnya keperawanan dan nyawanya tertolong hari ini. Setelah beberapa kilometer jauh dari area itu Hanum masih saja sembunyi.

“Sudah jauh, dia tidak akan menemukanmu lagi,” ucap Arya.

Hanum perlahan mengangkat kepalanya sembari menatap jalan. Dia pun merasa lega dan berterima kasih pada mereka.

“Motorku…motorku masih di cafe itu.”

Hanum merasa sedih karena satu-satunya kendaraan yang ia punya tertinggal di cafe itu.

“Kamu punya fotonya? Saya akan menyuruh orang untuk membawanya ke rumahku.”

Hanum langsung mengangguk dan mengirimkan foto motornya itu melalui WhatsApp yang baru saja terhubung.

“Lagian ngapain sih Nak malam-malam begini masih di luar dan pergi ke cafe begituan, kan jadinya bahaya…” singgung pak Seno.

“Iya Pak, saya mencari pekerjaan dan teman saya menawarkannya dan menyuruh saya datang ke cafe itu. Ternyata, tidak sesuai yang saya harapkan pak…saya mau dilecehkan dan di kejar-kejar seperti tadi, hiks…hiks….”

Hanum menangis, menumpahkan segala kegalauannya di mobil itu. Pak Seno merasa prihatin begitu juga dengan Arya yang mendengarnya. Kebetulan sekali dia juga sedang mencari baby sitter untuk mengasuh putrinya sekaligus teman bermainnya.

“Kamu tinggal dimana? Tadi kamu bilang akan melakukan apa saja kan kalau saya mau bantu Kamu?’’ Arya menagih janji yang baru saja Hanum ucapkan di saat dirinya terdesak tadi.

“I-iya Pak…tapi, jangan yang aneh-aneh ya pak…tolong…saya hanya ingin mencari pekerjaan yang halal Pak…”

“Rumah kamu dimana? Saya akan minta ijin pada orang tua kamu agar diperbolehkan kerja di rumah saya. Kamu suka dengan anak-anak?’’

Sebelum mempekerjakan nya Arya ingin lebih tahu dulu apakah wanita yang mau ia pekerjakan itu suka dengan anak-anak.

“Suka Pak, saya di kota ini tidak punya siapa-siapa Pak, orang tua saya di kampung sedang sakit-sakitan dan saya juga butuh tambahan uang untuk biaya kuliah saya…”

Arya merasa prihatin dengan penuturan sedih menyayat hati yang dikatakan oleh Hanum. Dia teringat dengan almarhum papanya dulu yang meninggal akibat terlambat mendapatkan pertolongan.

Meskipun dia seorang pria yang terkenal dingin tapi, hatinya begitu baik dan lembut.

“Baiklah kalau begitu kamu ikut ke rumah saya, kamu akan saya pekerjakan mengasuh putri saya sekaligus teman bermainnya, kamu bersedia kan? Kalau tidak pun kamu harus mau karena sudah janji akan menuruti kemauan saya,” tegas Arya dengan suara pelan.

“Ke rumah bapak?” Sepasang nanar indah dengan bulu mata yang lentik menganga menatap heran ke arah pria yang usianya 10 tahun lebih di atasnya.

Arya yang berusia hampir 35 tahun itu masih tampak muda dan tampan. Aura wajahnya memancarkan kharisma positif bagi siapa saja yang menatapnya. Banyak wanita yang langsung jatuh hati melihat ketampanan dan ketajiran duda keren anak 1 itu tapi, hal itu tidak berlaku untuk Hanum.

“Bagaimana motor saya Pak? Apakah teman bapa itu nanti benaran akan membawanya dari sana?’’

“Yah! Kamu tidak usah banyak tanya lagi, masih untung saya selamatkan kamu dari pria tadi. Entah kenapa Kamu bisa berada di sana tidak ada yang tahu.”

“Maksud Bapak, saya sengaja gitu mau menjual harga diri saya kepada pria itu? Bapak bisa lihat kan keadaan saya ini bagaimana, hancur dan sakitnya saya agar bisa lepas dari cengkraman pria brengsek itu!’’

Hanum meringsut kesal dengan ucapan Arya barusan.

Sementara pak Seno hanya diam saja tanpa mau ikut berdebat dengan majikannya itu. Namun, pak Seno merasa lucu melihat baru kali ini ada orang yang tidak segan berbicara pada tuannya itu.

“Husttt! Sudah, dimana kostan Kamu, ambil pakaianmu dan tinggal di rumah saya!’’

“What? Bapak mau kasih saya kerja apa sih? Kenapa harus tinggal di rumah bapak? Saya ini masih kuliah pak, emang nggak bisa saya tetap di kost-kostan?’’

“Kamu mau saya kembalikan ke tempat tadi atau saya antar kamu langsung pada pria itu?’’ ancam Arya yang tidak suka perintahnya dibantah. Lagi pula gadis itu sudah berjanji tadi akan menuruti apapun yang diinginkan oleh Arya.

“Kamu percaya saja Nak, majikan saya ini tidak akan menyesatkan Kamu…lagian tadi kamu sudah janji sama dia, janji itu harus ditepati loh.”

Hanum bergeming sembari meneguk salivanya kuat. Benar apa kata mereka, dia sudah janji dan janji harus ditepati. Di berdoa dalam hati semoga saja pria jutek di depannya ini benar-benar berhati malaikat dan tidak memanfaatkan keadaan.

“Baiklah, ke jalan A blok 9.”

Pak Seno langsung menambah kecepatan mengemudinya ke arah jalan yang dikatakan oleh Hanum. Sesampai nya di sana, Arya dan pak Seno menunggunya di dalam mobil sedangkan Hanum bergegas mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.

Untung saja dia tidak punya tunggakan bayar kontrakan. Dia bisa pergi tanpa meninggalkan masalah di tempatnya nge kost.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel