Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Pembunuhan

Membunuh seseorang adalah sesuatu yang sangat Dominique sukai, bukan karena uang dia menjadi seorang pembunuh bayaran tapi karena kepuasan dalam dirinya. Ada sesuatu kepuasan setelah membunuh seseorang dengan tangannya sendiri.

Targetnya sekarang adalah seorang perempuan pelacur, wanita bernama Bernada, seorang jalang yang mengandung anak dari clien nya, sedangkan clien nya tidak ingin bertanggung jawab.

Dominique hanya menjalankan tugasnya, meskipun secara logis clien nya yang salah tapi Dominique tidak mau ambil pusing ia hanya butuh nyawa jalang itu demi kepuasaan dirinya sendiri.

Disini lah dia berada di sebuah rumah kecil di pinggiran kota, rumahnya kecil kumuh. Beberapa potret jalang itu menempel di berbagai tembok dindingnya yang mulai memudar.

Jalang itu cantik, berusia 25 tahun, sangat muda, bahkan lebih muda darinya. Sayang sekali di usianya yang 25 tahun wanita itu harus tutup usia.

Sebuah decitan pintu tidak membuat Dominique bergerak dari tempatnya sekarang yang sedang mematung di depan perapian.

Dengan santai Dominique membalikan tubuhnya, menemukan sosok cantik yang mengenakan dress merah menyala. Seakan Dominique di berikan sebuah bonus oleh tuhan untuk malam ini. Jalang itu pulang bersama seorang pria tua.

"2 ikan sekaligus, menggiurkan." Ujar Dominique.

"Siapa kau?" Tanya wanita itu.

"Siapa dia?" Tanya pria tua itu setengah sadar, Dominique yakin pria tua itu pasti sudah sangat mabuk.

"Malaikat maut kalian." Desis Dominique menyeringai di balik topeng hitam yang ia kenakan.

Dengan santai Dominique menyalakan sebuah lagu klasik, dan menghampiri wanita itu, menarik rambut wanita itu dengan begitu kejam lalu mendorongnya ke dinding.

"Ahk! Sialan siapa kau!" Teriak wanita itu.

Dominique beralih melihat ke arah pria tua itu yang mulai ketakutan. "Kau terlalu tua." Desis Dominique, ia mengambil pistol di balik jasnya lalu menembak kepala pria tua itu.

Wanita itu seketika menutup mulutnya lalu segera berlari ke kamarnya mengunci kamarnya rapat rapat, karena takut.

Dominique mengendus meraih knop pintu kamar wanita itu. "Keluarlah! Jangan mengulur waktu kematian mu!" Desis Dominique.

Di dalam kamar wanita itu terus menangis, mencari cara agar bisa keluar dari kamarnya.

Brak!

Dominique menendang pintu kamar wanita itu dengan sekali tendangan membuat wanita itu seketika berteriak. Tapi Dominique segera menutup mulut wanita itu dengan sebuah kain hitam dan mengikat tangan wanita itu.

"Kau cantik, tapi sayang harus mati sekarang." Kekeh Dominique. Tangannya menyusuri garis wajah wanita itu.

Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya.

"Apa permintaan terakhir mu?" Tanya Dominique. Ia menempelkan pisau itu ke leher putih wanita itu.

Wanita itu tidak bisa berkata apa apa, hanya bisa menangis dalam diam.

"Tidak ada? Baiklah ucapkan selamat tinggal pada dunia." Bisik Dominique di telinga wanita itu bertepatan dengan pisaunya yang menembus tenggorokan wanita itu di susul darah mengalir deras dari tenggorokan dan mulut wanita itu.

***

"Sebuah pembunuhan terjadi lagi, seorang perempuan berinisial BG di bunuh mengenaskan, dengan seorang pengusaha berusia sekitar 54 tahun, polisi sedang______"

Bip

Dominique mematikan televisi yang ada di hadapan Jach. Mata Dominique menatap nyalang pada Jach, sedangkan yang di tatapnya hanya memutarkan matanya jengah.

"Kau yang melakukannya?" Tanya Jach.

Dominique diam, lalu duduk di sebelah Jach. "Kau tahu jawabannya." Jawab Dominique acuh, ia mengambil gelas berisikan kopi di depan Jach lalu meminumnya dengan santai.

Tidak ada yang bicara, hanya diam yang menyelimuti mereka. Jach bukanlah orang yang pintar mengambil topik, Jach pria dingin yang hanya akan bicara dengan Dominique.

Jach adalah seorang kaki tangan Dominique namun sekaligus seorang teman untuk Dominique. Tidak ada lagi yang Dominique percayai hanya Jach begitu pula Jach ia hanya mempercayai Dominique. Karena mereka sama sama hancur karena sebuah penghianatan.

Cukup lama tidak ada yang berbicara hingga akhirnya, Dominique berdehen. "Bagaimana Alexsis?" Tanya Dominique.

"Dia tidak mau makan." Jawab Jach acuh.

"Wanita sialan!" Desis Dominique  Dominique segera bangkit dari duduknya melangkah dengan besar.

Jach hanya menggelengkan kepalanya, ia harap atasannya itu tidak menyukai Alexsis. Alexsis adalah tawanan terlama Dominique, hanya satu dari puluhan ribu orang yang Dominique tawan hanya wanita itu yang tidak Dominique bunuh.

Pria dingin itu jadi takut jika Dominique mulai jatuh cinta dengan Alexsis.

Brak!

Dominique menendang pintu ruangan tawanan. Matanya langsung menangkap sosok perempuan berpakaian putih, tidak ada keterkejutan di wajah wanita itu atau rasa takut. Itulah yang Dominique suka, tidak! Dominique tidak menyukainya hanya saja dia semakin tertantang.

Langkah besar Dominique langsung menghampiri Alexsis yang duduk memeluk kedua lututnya, kedua tangannya di borgol begitu pula kakinya. Ada banyak lebam di wajah cantiknya, begitu pula di tangan dan kakinya.

Tangan kekar Dominique langsung menarik rambut Alexsis dengan kasar. Wanita itu tidak berteriak tidak juga meringis. Mata merahnya hanya menunjukan jika dirinya sangat membenci Dominique. Seketika Dominique melepaskan rambut Alexsis tanpa berbicara.

Ia berdiri, memberikan isyarat ke pelayan untuk memberi Alexsis makanan. Tak lama pelayan itu langsung menyimpan piring di hadapan Alexsis.

"Makan lah!" Ujar Dominique ia sedikit mendorong piring itu dengan kakinya ke hadapan Alexsis.

Melihat tidak ada reaksi apa apa dari Alexsis, Dominique menghela napas ia langsung berjongkok, menarik kembali rambut Alexsis hingga wanita itu mendongakkan kepalanya.

"Makan sebelum aku marah." Desis Dominique.

"Bunuh aku." Desis Alexsis.

Dominique tersenyum miring. "Baiklah jika itu mau mu." Ujar Dominique.

"Jach lepaskan dia!" Ujar Dominique, tanpa melepaskan tangannya dari rambut Alexsis. Jach langsung mendekati Alexsis dan melepaskan semua borgol yang ada di tangan dan kaki Alexsis.

Setelah itu Dominique langsung menyeret Alexsis ke tempat dimana kemarin ia di dorong oleh Dominique.

"Kau ingin terjun kembali?" Tanya Dominique.

Alexis tidak menjawab, ia hanya diam ia terlalu pasrah akan hidupnya, lebih baik mati saja daripada harus di siksa setiap hari dan di lecehkan terus menerus oleh pria sejenis Dominique.

"Jawab aku!" Desis Dominique.

Alexis mengendus. "Bunuh aku." Ujar Alexsis dengan suara lemahnya. Tidak ada lagi harapan Alexsis saat ini. Ayahnya tidak kunjung datang untuk menyelamatkan nya juga, maka mati adalah jalan terbaik.

Dominique langsung mendorong tubuh Alexsis.

Byurrr. suara air terdengar.

Dominique memejamkan matanya. "Shit!"

Ia kembali ikut terjun menyelamatkan Alexsis kembali, menarik tubuh Alexsis ke daratan. Tubuh lemah Alexis tidak sadarkan diri. Dominique langsung membopong tubuh Alexsis ke dalam mansion nya.

Sedangkan Jach hanya mengendus geli karena perbuatan Dominique.

"Terlalu drama." Gumam Jach. Ia melirik arlojinya, merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel dan segera menghubungi, Jenny.

"Kau di butuhkan!" Ujar Jach, lalu menutup sambungan teleponnya.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel