6. Kejam
Tuan sedang ada pekerjaan di luar negri untuk 1 minggu ini.
Perkataan Ninna, ya wanita yang menjadi pelayan baru selama 4 hari itu bernama Ninna Eduardo, wanita asal Filipina yang menjadi pembantu dari Dominique.
Alexsis tersenyum ketika ingatannya masih di beberapa hari lalu. Kesempatan untuk kabur sudah di depan mata, ia harus merencanakan sesuatu untuk kabur dari tempat terkutuk ini.
Wanita cantik itu tampak mondar mandir memikirkan sebuah rencana untuk kabur. Bibirnya melengkung saat ia mempunyai ide yang cukup masuk akal. Alexsis menarik nafas. Tangannya menyentuh tombol panggilan untuk pelayan. Dan tak memerlukan waktu lama, Ninna benar benar datang.
"Ninna, bantu ak...." Alexsis segera pergi ke kamar mandi dan muntah.
"Hueekkkk...."
"Nona, astaga." wajah panik Ninna mulai terlihat ketika Ninna sibuk memijat tengkuk Alexsis. Namun kepanikannya mulai luntur ketika Alexsis mendorong wanita itu ke dalam bathub.
Dengan cepat Alexsis mengunci kamar mandinya. Alexsis tersenyum ketika melihat pintu kamarnya terbuka. Tanpa memperlambat waktu Alexsis segera pergi dari sana sebelum Ninna berteriak dan meminta pertolongan orang lain.
Alexsis mengendap endap bagaikan seorang maling. Alexsis bahkan terkagum kagum oleh mansion miliki Dominique. Bagaimana tidak mansion ini memiliki 4 lantai dengan bawah tanah. Tapi tidak ada waktu untuk terkagum kagum karena ia harus cepat keluar dari mansion terkutuk ini.
Alexsis meringis ketika melihat beberapa penjaga di berbagai sudut. Ahhhh..... Sekarang Alexsis benar benar merutuki kebodohannya. Kenapa tidak membuat pingsan wanita itu saja dan dia memakai baju pelayan bukan malah mempersulit diri seperti ini.
Sialan memang.
Langkah Alexsis terhenti kala dia menubruk seseorang di belakang. Ia memejamkan matanya, ia harap bukan Dominique yang berada di belakangnya.
Shit!
Tuhan tolong dirinya.
"Berniat kabur rupanya, nona Frankly." tubuh Alexsis menegang seketika, tangan orang itu menarik rambut Alexis secara kasar, membuat wajah Alexsis mendongak, dan menatap wajah tegas Dominique.
"Zach periksa pelayan itu," desis Dominique. Zach pun segera pergi untuk melihat keberadaan Ninna.
"Lepaskan aku." Alexsis berontak. Rasa panas menjalar di kepalanya, rasanya beberapa helai rambutnya rontok akibat cengkraman Dominique di rambutnya.
"Kenapa kau tak membunuh ku saja, sialan. Kau tak pantas di sebut manusia, kau hanya iblis," teriak Alexsis, kemudian ia terkekeh. "Oh astaga, nama iblis terlalu bagus untuk mu, tuan Black. Binatang! ya sebutan binatang lebih pantas untuk mu," desis Alexsis.
Rahang Dominique mengeras, gigi atas dan gigi bawahnya mengetat. Tangan besarnya menarik rambut Alexsis hingga Alexsis sedikit terhuyung ke depan, mau tidak mau pun Alexsis mengikuti langkah Dominique. Sialan sakit luar biasa di kepalanya, di tarik paksa oleh Dominique, rasanya kulit rambut Alexsis copot.
Langkah besar Dominique membawa mereka ke sebuah beranda utama di lantai 3 yang mengekspos taman Dominique yang begitu luas. Dan sebuah kolam renang yang sangat luas di bawah sana.
"Kau ingin mati?" Tanya Dominique. Pria itu tidak melepaskan tangannya dari rambut Alexsis.
Dominique mendorong tubuh Alexsis sehingga ia terhuyung ke pembatas beranda. "Kau ingin bebas bukan?" desis Dominique, ia melepaskan rambut Alexsis tapi sedetik kemudian ia mencekik leher Alexsis l.
Alexis kelagapan bukan main, nafasnya tersenggal karena Dominique mencekiknya dengan sangat kuat, air matanya jatuh, suaranya tercekat, ia tidak bisa berkata apa apa.
Dada Alexsis naik turun karena takut, bagaimana pun ia adalah wanita, ia sangat takut ketinggian. Tidak masalah jika ia lompat ke dalam air. Tapi jika terjun dari lantai tiga, ini pasti akan menjadi umur terakhirnya.
"Kau ingin mati bukan?" teriak Dominique. Tanpa aba aba, Dominique mendorong tubuh Alexsis dari lantai tiga.
Alexsis memejamkan matanya ketika merasa tubuhnya melayang. Wajah cantiknya pucat. Segala doa telah ia ucapkan dalam hati, ia belum siap mati tapi jika ini akhir hidupnya ia tidak bisa mengelak. Semoga tuhan memberikannya surga. Itu yang bisa Alexsis harapkan.
Byuuuurr
suara air begitu keras. Alexsis tersenyum ketika dirinya sudah berada di dalam air. Mungkin ini Akhir hidupnya. Berada di tangan musuh ayahnya. Mata Alexis mulai tertutup.
Sedangkan Dominique mengendus kesal, karena Alexsis tidak kembali ke permukaan air.
"Sialan! Kau benar benar ingin mati." Desis Dominique.
Byuuuurr
Suara air kembali terdengar sebuh tangan merengkuh pinggang Alexsis. Dan bukannya menolong leleki itu malah mencium bibir Alexsis lalu melumat bibir Alexsis dengan kasar, memberikan napas untuknya.
Kini kesadaran Alexsis sudah hilang. Tubuhnya benar benar amruk ke dasar air. Dan lelaki itu pun membawa tubuh Alexsis keluar dari dalam Air.
"Hubungi Jean," ujar Dominique dingin.
Tanpa aba aba lagi ia segera membawa tubuh Alexsis ke dalam mansion, dan membawanya ke kamar Alexsis. Sebenarnya ia akan membunuh Alexsis, tapi untuk saat ini tidak! Masih ada dendam Lucas Kawsky terhadap keluarga Alexsis, jadi ia harus benar benar bersabar untuk hal ini.
"Tuan, maafkan aku," kata Ninna.
Dominique hanya menatap angkuh ke arah Ninna, Ia menatap wajah cantik Ninna yang sedikit lebih mirip Alexsis, namun melihat dari umur, Alexsis lebih dewasa mungkin karena umur mereka berselisih 3 tahun Ninna jauh lebih muda.
"Bawa dia ke ruang bawah tanah, setelah di periksa!" Perintah Dominique, lalu pergi dari kamar itu.
Dominique tidak suka orang yang tidak mematuhinya, Dominique sudah baik hati membawa tawanannya itu ke mansion, tapi tawanannya tidak tahu terimakasih.
***
Byurr
Uhuk uhuk.
Alexsis langsung terbangun ketika air tiba tiba jatuh ke wajahnya, dan masuk ke lubang hidungnya.
"Sudah bangun rupanya?" Tanya Dominique sinis, pria tampan itu duduk di sebuah kursi sambil memperhatikan Alexsis yang terduduk di lantai, sebelah kakinya di borgol oleh sebuah rantai.
"Sialan kau!" Dengus Alexsis.
"Siksa dia, karena sudah berani beraninya mencoba kabur." Setelah mengatakan itu Dominique lalu pergi, meninggalkan Alexsis yang meneriakinya dengan umpatan umpatan kasar.
"Bunuh saja aku!" Teriak Alexsis.
Dominique menyeringai, ia mendekati Alexsis, meraih rahang Alexsis dengan satu tangannya. "Belum saatnya, karena aku tidak suka bercinta dengan mayat." Desis Dominique.
"Bajingan gila kau! Harusnya biarkan aku mati di kolam itu!" Teriak Alexsis lagi.
"Siksa dia, sampai memohon ampun!" Ujar Dominique lalu pergi dari sana.
Dominique adalah pria yang sangat kejam, tidak ada kemurahan dalam hatinya. Dia hanya bisa menyiksa dan membunuh orang, hatinya keras, hitam dan dingin.
Jach menghampiri Dominique lalu membungkuk tanda hormat.
"Ada apa?" Tanya Dominique.
"Ada pertemuan penting ya g harus anda datangi siang ini." Ujar Jach.
"Aku sedang tidak ingin pergi." Jawab Dominique asal.
"Baik tuan."
Jika Dominique tidak ingin pergi maka suasana hatinya sedang kacau, dan pria itu butuh hiburan seperti membunuh seseorang.
To Be Continue
