5. Rosalina
Dengan santai Dominique berdiri di ruangan nya, tangan kanannya sibuk menimang gelas yang yang brisi cairan bening yang nikmat, sedangkan tangan kirinya ia masukan ke dalam kantong celana nya.
Mata hijaunya menatap lekat jalanan macet kota New York, Dominique sangat menyukai kota New York, kota yang memiliki julukan kota yang tak pernah tidur.
Entah lah apa yang paling ia sukai dalam kota ini, tapi jujur dirinya benar benar menyukai kota ini, biasanya orang yang memiliki banyak masalah tak pernah menyukai keramaian tapi berbeda dengan dirinya.
Pagi pagi sekali Dominique pergi ke kantor hanya karena tak ingin bertemu dengan Alexsis, karena jika di mansion nya Dominique yakin, jika dirinya pasti akan bergulat di ranjang jalang itu lagi.
Bahkan dengan sengaja Dominique pergi ke kantor tanpa bodyguard satu pun.
Ketukan di pintu ruangannya tak membuat Dominique terganggu ia masih menatap lekat ke arah di mana mobil berjejeran panjang.
"Tuan Kawsky ingin bertemu dengan anda tuan," ucap Zach.
Dominique tampak heran, dengan santai ia meneguk cairan bening itu, lalu brerkata, "Baiklah, persiapkan penerbangan ku ke Rusia, kita akan berangkat nanti malam."
"Baik tuan."
Setelah mengatakan itu Zach langsung keluar dari ruangannya. Namun ia teringat sesuatu yang membuat Zach kembali masuk.
"Maaf tuan, ternyata Alexsis bukan anak kandung dari Griss Frankly," gumam Zach, "Dan anak Griss Frankly ternyata Grace yang ternyata sudah menikah dengan Richad Robinsson, dia adalah salah satu patner perusahaan anda tuan."
"Aku sudah mengetahuinya," balas Dominique.
Tentu saja dia mengetahui segalanya. Bahkan ia sangat mengetahui siapa orang tua Alexsis dan orang tua Grace.
"Kau boleh pergi Zach, dan persiapkan semuanya."
"Baik tuan."
Setelah Zach pergi, suara intercom di ruangan nya mulai menggema.
"Maaf tuan, pertemuan 10 menit lagi, tuan Hilton sudah sampai di ruang rapat." Suara Bianca sekertaris Dominique brseru dengan sangat tegang.
Astaga! Ternyata Bianca masih saja takut kepada Dominique, meski gadis itu sudah 1 tahun bekerja padanya.
"Persiapkan semuanya, aku akan datang 5 menit lagi," jawab Dominique sambil menelan tombol intercom.
***
Moskow - Rusia
Seorang wanita berambut lurus sepunggung tersenyum begitu manis saat ia melihat seorang lelaki yang tampan itu masuk ke kamarnya. Wanita itu memperhatikan lelaki-nya dari kursi roda yang ia duduki.
Rasanya sangat senang ketika lelaki-nya itu datang untuk mengunjunginya, meski hanya 7 hari dari 2 bulan waktunya untuk bersama lrlaki-nya.
"Bagaimana keadaan mu, sayang?" lelaki itu mengecup puncuk kepala wanita itu. Beralih mengecup bibir wanita itu dengan lembut.
Lelaki itu bersimpuh mensejajarkan tingginya dengan wanita itu yang duduk di kursi roda.
"Masih tetap sama," jawab wanita itu lalu tersenyum.
Wanita itu bernama Rosalina Kawscky, tunangan dari Dominique Xeon Romanov.
Dominique tersenyum ketika menatap mata Rosalina, wanita yang beberapa tahun lalu ia cintai. Dengan satu peristiwa cinta itu kandas setelah Rosalina benar benar menghianati nya.
Namun Dominique harus benar benar bertahan, ketika ia yang menyebabkan kecacatan untuk Rosalina, membuatnya terperangkap dalam pertunangan yang terbentuk dari rasa kebersalahan.
"Dominiq kenapa kau tak tinggal di sini? 8 bulan lagi kita akan menikah."
Dominique memudarkan senyumannya, ia tak bisa tinggal di negara ini, negara yang benar benar membuatnya menjadi lelaki yang tak berguna.
Ia masih ingat bagaimana ibunya yang di tawan dan menjadi istri dari ketua mafia rusia yang sangat terkenal, dan bagaimana ayahnya yang kehilangan istrinya, ayahnya menjadi gila, dan akhirnya ayahnya bunuh diri di mansionnya.
Namun semenjak dia bertemu dengan keluarga Kawscky hidipnya menjadi cerah, Lucas menganggapnya sebagai anak dan Rosalina yang diam diam mencuri hatinya.
Lucas adalah musuh dari ketua mafia itu dan mereka merencanakan menghancurkan ketua mafia itu, hingga ketua mafia itu benar benar kalah oleh pemberontakan yang dilakukan oleh Dominique.
Namun siapa sangka ternyata ibunya telah tiada semenjak mendengar ayah nya bunuh diri, dan ibunya pun melakukan hal sama, dan itu membuat Dominique hancur, apalagi setelah melihat Rosalina benar benar menghianatinya.
"Oke, maafkan aku. Tapi kenapa kau tak membawa ku ke Amerika? Apa kau memiliki wanita lain?" Rosalina merajuk, berharap Dominique memberikan semua perhatian padanya, seperti perhatian yang beberapa tahun lalu ia dapatkan dari lelaki yang berada di hadapannya ini.
Sedangkan Dominique tertegun ketika Rosalina bertanya apakah dia memiliki wanita lain. Jawabannya tentu saja tidak tapi wanita tawanan yang merangkak jadi penghilang nafsu ia memilikinya.
"Tidak, hanya...."
"Maaf tuan, tuan Kawscky sudah kembali, dia menunggu anda di ruangannya." Zach membungkuk memberi hormat pada Rosalina.
Sedangkan Dominique hanya mengangguk paham, kemudian ia mengecup kembali bibir Rosalina.
"Kita masih memiliki waktu 6 hari," bisik Dominique sebelum pada akhirnya pergi bersama Zach meninggalkan Rosalina.
Zach dengan setia melangkah mengikuti Dominique yang berada di depannya, sebelum pada akhirnya pintu coklat besar berada di hadapan Dominique, dan dengan hormat Zach membukakan pintu nya.
Mata hijau Dominique menangkap seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk sambil sesekali menghisap cerutu.
"Zach tinggalkan kami!" Lucas Kawscky, lelaki paruh baya itu menatap Zach dengan tatapan ketidak sukaan.
Dengan setia Zach hanya diam, menunggu tuannya yang memerintah bukan Lucas yang memerintahnya.
"Aku akan memanggil mu jika selesai," kata Dominique.
"Baik Mr. Romanov."
Lalu Zach benar benar pergi meninggalkan Dominique bersama dengan Lucas.
Tangan kokoh tapi memiliki guratan kriput itu menuangkan vodka ke dalam gelas yang sudah ia siapkan.
"Minumlah," ujar Lucas.
"Ini bukan waktu ku untuk menjenguk Rosalina," kata Dominique to the point.
"Aku tahu, karena bulan lalu kau sudah mengunjunginya."
"Apa ada sesuatu?" mata Dominique menyipit meminta penjelasan.
"Kau menawan putri Griss Frankly." Lucas tersenyum lalu menghisap cerutu. "Itu bukan rencana kita."
"Griss Frankly mengambil...."
"Dia mengambil data data pasar perdagangan, aku tahu itu. Itu hanya 7% dari kekuasaan mu," kata Lucas santai. "Itu bukan hal yang besar, lagi pula kau menawan putri tirinya, apa tidak berlebihan?"
"Kau tahu aku tak suka jika ada yang menghalangi jalan ku." Dominique meneguk vodka yang sudah Lucas tuangkan tadi. "Dan ingat kau tak tahu siapa Alexsis sebenarnya."
"Tapi kau harus ingat kita mengincar Clark Regbigson, dia adalah orang yang sama sama membuat kehancuran di keluarga mu dan krluarga ku."
"Aku sedang merencanakannya. Aku tak bisa gegabah, aku bukan hanya seorang mafia, tapi aku juga sedeorang yang sangat berpengaruh di dunia bisnis."
"Baiklah lakukan yang terbaik."
"Tapi bagaimana dengan wanita itu?"
"Dia urusan ku, kau tak harus memikirkan wanita itu. Kau hanya perlu duduk dan terima dari hasil kerja ku dan anak buah ku."
"Jangan macam macam dengan wanita itu, 8 bulan lagi kau akan menikah, kau tak boleh menghianati putri ku."
"Itu bukan urusan mu. Lucu sekali kau membicarakan penghianatan, tapi apa yang di lakukan oleh anak mu beberapa tahun yang lalu," desis Dominique.
"Itu karena...."
"Dia tak mencintai ku, tapi kau yang memaksanya, kau bahkan tahu jika dia berhianat pada ku tapi kau menutupi aib putri mu," potong Dominique, lalu ia kembali meneguk vodkanya. "Tapi dengan bodohnya aku masih membantu mu untuk membuat Clark Regbigson jatuh, padahal dendam ku sudah selesai," lanjut Dominique.
"Tapi kau sudah berjanji!" kata Lucas.
"I now, dan aku tak pernah mengingkarinya. Janji Dominique Black! Bersumpah demi darah! Menghabisi demi kekuasaan dan balas dendam!" tegas Dominique.
Dominique segera bangkit dari duduknya, dan keluar dari ruangan Lucas.
***
4 hari sudah Dominique tinggal di rusia, sebenarnya ia benar benar sesak tinggal di sini.
Dominique menghembuskan nafasnya, membawa poselnya dan segera menghubungi Zach.
Tak perlu beberapa menit karena Zach sudah mengangkatnya.
"Urus kepulangan ku, dan suruh Harry yang mengurus masalahnya," kata Dominique. Tanpa menunggu jawaban dari Zach, Dominique sudah menutup sambungan teleponnya.
Lelaki tampan itu mengubah posisinya menjadi duduk, tangannya sibuk memijit pelipisnya sendiri. Masalah kecil mulai lagi. Holding Group, menuntut perusahaan nya. Karena memutuskan kerjasama secara sepihak. Bagi Dominique itu adalah sebuah masalah dari tikus kecil. Tapi bukan! Bukan itu yang membuat Dominique ingin pulang, sebenarnya ia sudah sesak berada satu atap dan satu ruangan bersama Rossalina. Tapi demi penyakit dan rasa ibanya ia menenggelamkan rasa sesaknya hanya karena menghargai mereka yang sudah menerimanya dulu.
"Kau sudah bangun, sayang." Rosalina mengelus rahang kokoh Dominique dengan lembut, seraya memberikan ciuman lembut di bibir Dominique.
"Hm," gumam Dominique.
"Dom, bisakah kau undurkan kepulangan mu?" tanya Rosalina, ia membawa jemari nya menusuri dada bidang telanjang Dominique.
"Aku tidak bisa," jawab Dominique, tangannya meraih tangan nakal Rosalina yang sudah berada di perutnya. "Tidak pagi ini," bisik Dominique.
"Baiklah." Rosalina mulai merajuk mengeluarkan jurus andalan yang bisa membuat Dominique menuruti apa maunya. Tapi... ayolah itu dulu, bukan sekarang.
Dominique, segera bangkit dari ranjang, dan mengecup puncuk kepala Rosalina seraya tersenyum.
TO BE CONTINUE
