4. Budak Seks
Kali ini bukan pegal yang ia rasakan, juga bukan rasa sakit pergelangan tangannya, bukan juga rasa sakit lehernya, ataupun rasa dingin.
Bulu mata lentik lebat hitam itu bergerak, membuat beberapa sinar matahari dari jendela masuk ke dalam mata birunya.
Alexsis mengerejapkan matanya, kemudian ia mengubah posisinya menjadi duduk, menghadap ke jendela kaca yang terterpa sinar matahari.
Alexsis terkekeh seperti orang gila, sejenak ia memejamkan matanya dan cairan bening mulai menetes dari sudut matanya.
Takdir!
Dalam hatinya ia menjerit kesakitan dengan apa yang ia alami.
Siksaan! umpatan! amarah! pukulan! cambukan! dan yang paling membuatnya sakit adalah pelecehan yang Dominique lakukan padanya.
Kesucian yang ia jaga selama 25 tahun di kota sebesar New York telah lenyap, semunya hancur ketika Dominique merenggutnya paksa, lalu Zach! dia pun melihat ketelanjangannya.
Ayahnya!
Bagaimana keadaan ayahnya? ia sungguh merindukan ayahnya. Lelaki tua yang Alexsis sayangi tak kunjung membebaskannya.
Alexsis terisak, suara tangisannya begitu menyakitkan hingga jika ada yang medengarnya pun akan ikut menangis.
Tidak! Jangan pernah menangis. kalimat itu terus terucap dari mulut Alexsis bagaikan kalimat itu adalah sebuah mantra.
Dengan kasar Alexsis menghapus air matanya kasar. Tak ada tangisan di matanya namun, sekarang kemarahan yang muncul di dalam matanya.
Kaki jenjang putihnya mulai berpijak di atas lantai dingin, ia mulai melangkah menuju kamar mandi dengan langkah penuh perhitungan seperti Dominique.
Sudut bibir merah muda itu terangkat menampilkan seringai seksi yang ia miliki.
Ia akan tunjukan pada Dominique bahwa dirinya tak selemah apa yang lelaki itu bayngkan, lihat saja nanti ia pasti akan bisa keluar dari mansion terkutuk ini.
Alexsis mulai masuk ke dalam bathub, lalu ia membuka jas yang Zach berikan padanya semalam dan membuangnya ke sembarang tempat dan dirinya mulai duduk di dalam bathub merendam tubuhnya, ia berharap tubuhnya kembali bersih setelah di nodai oleh lelaki keparat seperti Dominique.
Setelah cukup lama Alexsis berendam ia segera mengambil jubah mandi berwarna putuh yang berada di meja wastafel, lalu ia memakainya.
Jubah mandi yang sangat pas di tubuhnya, panjang hanya mencapi lutut namun berlengan panjang.
Kakinya terus melangkah sampai sang empunya berhenti melangkah.
Seorang lelaki dengan bautan tuxedo hitam berdiri di depan kaca balkon dengan tubuh membelakangi Alexsis.
Namun setelah lelaki itu menyadari seseorang datang ia langsung membalikan tubuhnya. Wajah tampan namun di balut dengan wajah keangkuhan itu menyeringai menatap Alexsis.
Sedangkan yang di tatapnya tetap berjalan setelah beberapa detik menatap punggung Dominique.
Alexsis membuka lemari pakaian berwarna putih yang berada di pojok kanan kamar itu.
"Keluar lah," ujar Alexsis.
Dominique malah terkekeh lalu berjalan mendekati Alexsis yang sedang membuka lemari.
"Ini mansion ku," bisik Dominique.
Alexsis mengendus kesal lalu mengambil satu kemeja berwarna putih yang berada di dalam lemari dan satu boxer. Alexsis melangkah menjauhi Dominique dan masuk ke dalam kamar mandi untuk memakai kemejanya.
Tidak ada baju wanita di dalam lemari pakaian itu, tidak ada sama sekali, Alexsis mengendus frustsi.
Setelah memakai kemeja dan boxer yang entah milik siapa Alexsis segera keluar dan mendapati Dominique yang sedang berdiri di branda kamar, sambil menghembuskan asap.
"Pakaian mu di atas ranjang." Dominique membalikan tubuhnya sambil memyeringai.
wajah tampan dengan aura kekejaman nya keluar ketika dia menyeringai jahat seperti itu.
Mata Alexsis tertuju pada sebuah baju yang sudah ada di atas ranjang.
"Aku sudah menemukan ayah mu." ketukan sepatu Dominique menggema dalam kamar yang sepi.
Tubuh Alexsis menegang, ia takut terjadi apa apa dengan ayahnya, bagaimana keadaan ayahnya sekarang? Alexsis merindukan lelaki paruh baya itu.
"Tapi sial! bajingan itu kembali melarikan diri dengan anak nya." Dominique mengambil jeda sebentar lalu menghisap rokoknya dan menghembuskan asap rokok itu. "Kau tak akan bebas, Alexsis." Dominique berdesis lalu keluar dari kamar itu.
Setelah kepergian Dominique, Alexsis berdecih seraya memutarkan bola matanya, menatap lelaki itu saja membuatnya sangat ingin menghabisi lelaki itu sekarang juga.
Mondar mandir! itu yang di lakukan oleh Alexsis sekarng hingga jam di dinding kamar itu menunjukan pukul 1 Siang.
Dengan perlahan Alexsis memegang handle pintu kamarnya.
Tentu saja di kunci, ingat Dominique tidak sebodoh itu, membiarkan pintu kamar tidak di kunci itu sama saja dengan menyuruh Alexsis kabur dari mansionnya.
"Keparat!" Alexsis pun pergi ke kamar mandi sebelum nya ia mengambil baju yang tadi Dominique bawa.
***
Sial!
Dominiqe lagi lagi mengumpat karena kenikmatannya. Benar benar gila sekarang dirinya, karena tidak mau kaluar mansion dan tak mau mengundang wanita jalang manapun ke mansion nya, lelaki tampan itu kini tengah melakukan hal yang menjijikan, sebenarnya ia tak pernah melakukan nya, tapi karena terbayang tubuh Alexsis ia benar benar melakukan hal gila nya di kamar mandi.
"Ahkkkkk...." Dominique lagi lagi mendapat pelepasannya, astaga hanya membayangkan tubuh wanita tawanan nya saja membuat dia mendapatkan pelepasan berkali kali meski hanya dengan bantuan tangannya saja.
Dan tentu saja dengan bantuan imajinasi wanita itu yang sedang mengulum lebut kejantanan nya yang benar benar membutuhkan pelepasan.
Dominique membersihakan tangannya dan membasuh wajahnya. Ia menarik nafas kasar di depan kaca besar yang berada di kamar mandi.
Ini benar benar di luar dugaan nya, Dominique tak menyangka jika pemerkosan nya terhadap Alexsis akan timbul rasa ketagihannya terhadap tubuh molek Alexsis.
Persetan dengan apa pun! Dominique segera keluar dari kamar nya dan pergi untuk melunak kan kejantanan nya karena sedari tadi kejantanan nya benar benar sudah menegang walau sudah beberapa kali mendapat kan pelepasan di kamar mandi.
Pintu yang tadi tertutup kini terbuka lebar mendapati kamar yang gelap yang di sinari oleh beberapa cahaya alami dari bulan di malam hari.
Mata hijau Dominique menangkap seorang wanita yang sedang berdiri di branda kamar nya sambil menatap ke indahan malam di lingkungan mansion milik Dominique.
"Berencana kabur." Suara nya terdengar serak karena menahan gairah yang benar benar mebuatnya bisa gila seketika.
Alexsis terdiam lalu menatap wajah Dominique, remang remang karena batuan sinar dari luar kamar ia bisa melihat bagaimana seringaian licik Dominique.
Alexsis dengan sangat anggun dan percaya diri berjalan menghampiri Dominique.
"Kenapa tidak membunuh ku saja," ucap Alexsis.
"Bagiku itu gampang." lelaki itu mengitari tubuh Alexsis lalu berhenti di belakang tubuh alexsis. "Tapi secara perlahan." dengan sialannya tangan Dominique meremas bokong Alexsis membuat Alxsis terlonjak kaget dan menjauh dari Dominique.
"Jalang!" dia terkekeh. "Itu cocok untuk mu."
Dengan menggila Dominique merengkuh tubuh Alexsis.
Bibir Dominique kini sudah menyentuh bibir milik Alexsis, membelainya, menyesapnya, dan melumatnya dengan kasar.
"Keparat!" umpat Alexsis ketika ciuman mereka berhenti.
Dominique menyeringai lalu mendorong tubuh Alexsis ke atas ranjang, dan di ikuti olehnya.
Brontak!
Itulah yang Alexsis lakukan. Namun apalah daya kegigihan nya tak sebanding dengan kegigihan Dominique yang kini telah berhasil merobek bajunya.
Alexsis sebenarnya udah tidak tahan untuk menangis namun ia harus tetap kuat seberapa kasar Dominique melakukannya.
Dengan lembut ia memejamkan matanya lalu berhenti berontak. Apa lagi yang harus di pertahan kan jika kesucian nya telah lelaki ini renggut kemarin malam.
Sedangkan lelaki yang sedang berada di atas Alexsis hanya bisa tersenyum kemenangan.
Dengan kasar ia melumat bibir Alexsis, sedangkan yang di lumatnya hanya diam tak bergeming. Itu semua membuat Dominique benar benar gencah, tangan kirinya mencengkram leher Alexsis dengan keras, sedangkan bibirnya sedang ia lumat.
Alexsis mendorong Dominique dengan kasar. Alexsis terbatuk batuk karena perbuatan Dominique yang seakan akan ingin membunuhnya.
"Kau ingin membunuh ku!" sungut Alexsis, tangannya mengelus lehernya yang terasa panas.
Dominique hanya bisa terkekeh. "Bukan nya kau ingin aku bunuh?" Dominique berbisik tepat di telinga Alexsis.
Tubuh mereka masih di posisi yang sama. Alexsis memutar bola matanya, dan itu semua membuat Dominique benar benar kehilangan akal sehatnya, membuat kejantanan nya yang berpikir.
Dengan usaha yang keras Alexsis mencoba untuk tidak mengerang karena ciuman yang Dominique perdalam.
Oh Shit!
Dominique merobek semua kain yang masih melekat di tubuh Alexsis, membuat tubuh wanita itu benar benar telanjang dan siap untuknya.
Benar benar kejantanan yang nakal, bahkan dengan hanya melihat wanita ini telanjang saja membuat Dominique merasa kejantanan nya benar benar akan meledak.
Tanpa ba bi bu, Dominique melepas celana nya dan memposisikan dirinya untuk memasuki kecantikan Alexsis.
Dengan satu hentakan kejantanan Dominique benar benar sudah tenggelm di dalam kecantikan milik Alexsis.
Alexsis memejamkan matanya, menikmati sensasi yang menjalar di tubuhnya. Wanita itu menggit bibir bawahnya agar tidak mengerang kenikmatan.
Dominique terus mendorong kejantanan nya menghentakan miliknya ke dalam untuk mendapatkan pelepasan nya.
Entah sudah berapa kali Dominique mencapai pelepasannya. Jika mencapai pelepasan pun Dominique akan segera mengeluarkan nya di wajah cantik Alexsis atau pun di tubuhnya.
Namun saat ini, Dominique benar benar menikmatinya hingga ia mengeluarkan nya di dalam.
Shit!
Umpatan Domimique keluar di sertai ia mengeluarkan cairannya di dalam milik Alexsis. Dengan kasar Dominique menarik dirinya.
"Aku membecimu," desis Dominique, lalu mencium bibir Alexsis dengan kasar.
"Aku juga membenci mu," balas Alexsis dengan nafas terengahnya.
Lalu Dominique memakai celana nya kembali dan meninggalkan Alexsis yang sedang mengeluarkan umpatan nya untuk lelaki itu.
Alexsis membuang nafasnya lega, Alexsis segera pergi ke kamar mandi dan langsung buang air kecil, ia tidak tahu ini membantu apa tidak, setidaknya dia sudah berusaha agar tidak mengandung anak bajingan itu.
"Keparat! Bagaimna jika aku hamil," gumam Alexsis.
TO BE CONTINUE
