3. Neraka
Entah sudah berapa hari Alexsis di tahan di ruangan gelap ini, ia tidak tahu kapan siang atau kapan malam, yang bisa ia lihat hanya gelap, gelap, gelap setiap detik, menit, jam dan harinya.
Hanya gelap, dan sakit yang selalu ia rasakan beberapa hari ini, di siksa setiap hari, tida di beri makan dan minum sudah beberapa hari, dan di perlakukan dengan cara yang tidak manusiawi, membuat Alexsis ingin mati sekarang juga, ia membencu dirinya yang bisa bertahan hidup sampai saat ini.
Setiap hari ia hanya di siksa, terkadang sesekali di beri minum hanya satu kali itu pun di gelas yang sangat kecil.
Alexsis masih bertahan, berdoa di setiap waktunya agar ayahnya cepat cepat membawa nya dari ruangan terkutuk ini, atau mati saja di tempat terkutuk ini.
Kulit putihnya kini berubah menjadi kusam wajah putih bersih menjadi pucat dan kusam dan memar akibat tamparan yang selalu Dominique berikan ketika Alexsis malah melawannya.
Rambut yang tadinya tergulung dan tertata rapi kini berubah menjadi gulungan yang kusut, gaun hitam panjangnya masih membalut tubuhnya dengan beberapa robekan di punggungnya dan perutnya.
Pintu kembali terbuka, tanpa harus melihatnya pun Alexsis tahu itu adalah Si Devil Black yang selalu menyiksanya.
Mata hijau Dominique menusuri setiap lekuk tubuh Alexsis, sedangkan yang di pandangnya mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kau tahu aku bisa saja menghabisi mu, maka bersikaplah seperti budak."
"Jika begitu kenapa kau repot repot menyiksa ku jika kau bisa menghabisiku?" Balas Alexsis dengan suara lemah.
"Aku mempunyai cara lain." Kata Dominique lalu menyeringai.
Dengan langkah penuh aura mendominasi Dominique berjalan mendekati Alexsis, dan berdiri di belakang tubuh Alexsis.
Perlahan tangannya menyentuh pinggang Alexsis, lalu sebelah tangannya meremas dada sintral Alexsis dengan kasar membuat sang pemilik tersentak kaget.
"Bagaimana sentuhan ku, hmmm?"
"Bajingan kau!" Teriak Alexsis, karena sakit ketika Dominique meremas payudaranya tanpa permisi, dan tanpa perasaan.
"Beri tahu aku di mana si tua Griss!" Desis Dominique.
"Berapa kali aku harus mengatakan jika aku tidak tahu." Teriak Alexsis.
"Keluar!" Perintah Dominique kepada semua anak buahnya. Lalu ia mengitari tubuh Alexsis dan berdiri di hadapannya.
Seringai nya kembali ia tunjukan sambil membuka jas hitam miliknya, lalu beralih mulai melonggarkan dasinya, dan membuka kancing kemejanya satu persatu.
Alexsis sangat panik ketika ia melihat dada telanjang Dominique, tubuh Dominique sangat sempurna, jika saja Dominique bukan seorang yang membenci ayahnya mungkin saja Alexsis akan tertarik dengan wajah tampan dan tubuh kekar milik Dominique, tapi yang ia lihat sekarang adalah jijik bahkan ia sangat membenci pria ini.
"Apa yang ingin kau lakukan!" Teriak Alexsis.
Bukan menjawab Dominique malah melangkah mendekat ke arah Alexsis dan merobek gaun hitam milik Alexsis, membuat tubuh Alexsis hanya terbalut dengan bra dan cd berwarna hitam, sangat cocok dengan kulit nya.
Wajah Alexsis pucat, apa yang bajingan ini akan lakukan terhadapanya.
Dengan penuh amarah Dominique menarik rambut Alexsis ke belakang membuat wajah Alexsis mendongak ke atas.
Dada Alexsis naik turun, nafasnya sudah tak beraturan karena amarah yang memuncak, dan panik akibat tindakan Dominique.
"Habisi saja aku." Rintih Alexis.
"Bagaimana dengan kenikmatan." Bisik Dominique, mendekatkan bibirnya ke leher jenjang Alexis, dan menghisapnya sebentar.
"Sialan! Lepaskan aku!" Berontak Alexis.
Tanpa memperpanjang waktu lagi Dominique segera melumat bibir pucat Alexsis dengan kasar, menggitnya dengan sangat keras.
Namun dengan gigihnya Alexsis berontak, ia juga tak mau kalah dengan menggit kembali bibir Dominique dengan sangat keras hingga rasa asin bercampur rasa besi menguasai lumatan mereka.
Dominique segera melepaskan lumatnnya dan menghapus darah yang keluar dari bibirnya.
"Rupanya kau ingin bermain kasar." Kekeh Dominique.
Tanpa membuang waktu lebih lama Dominique langsung menarik bra Alexsis, Dominique menyeringai ketika yang ia lihat sebuah gundukan kenyal yang terlihat lejat di matanya dan sepertinya akan pas berada di tangan besarnya, dan puting nya yang berwarna merah muda.
Dominique langsung menyesap puting merah muda milik Alexsis dengan kasar, Dominique menggigit nya dan kembali menyesap nya, ia terus melakukan hal yang sama dengan gundukan yang berbeda, membuat Alexsis kesakitan, berteriak tidak jelas dan berontak, membuat tangannya semakin lecet.
Dominique menyeringai puas melihat karya nya, bercak! Gundukan itu penuh dengan bercak merah. Ia kembali beralih membuat tanda tanda di mana saja.
"Sialan kau, kau bahkan lebih rendah dari seekor tikus." Teriak Alexsis.
"Mau mencoba lebih jauh, babe?"
"Jangan menyentuhku, sialan!"
Mata hijau Dominique beralih mengamati cd yang di pakai Alexsis, dengan senang hati ia kembali merobek cd itu dengan kekuatan tangannya.
"Bajingan kau! Ayah ku pasti akan menghabisi mu sialan!" Umpat Alexsis.
Tanpa mengindahkan perkataan Alexsis dengan dinginnya ia membuka kaki Alexsis, membuat akses yang cukup untuknya memasukan kejantannya.
Dengan sekuat tenaga Alexsis melawan semua tindakan Dominique, sampai akhirnya usahanya sia sia ketika sebuh benda keras yang masuk ke dalamnya.
Kesucian yang ia jaga selama 25 tahun kini runtuh seketika dengan pemerkosaan yang tak pantas ia terima.
Sedangkan Dominique dengan kasarnya ia bergerak tak memperdulikan Alexsis yang menjerit kesakitan akibat tindakan yang tak berkemanusiaannya.
Air mata nya keluar di temani dengan jeritan kesakitannya.
Segala umpatan dan makian telah ia lontarkan kepada lelaki yang sekarang sedang menggagahi tubuhnya.
Setelah merasa cukup puas Dominique menarik miliknya, membuka rantai yang mengikat tangan Alexsis. Alexsis ambruk ia duduk, lututnya gemetar akibat tindakan yg baru saja ia terima, ia meraih gaun miliknya yang sudah robek dan menutupi area sensitifnya.
Sedangkan Dominique segera memakai kembali kemeja dan celananya lalu keluar dari ruangan itu.
"Zach! Urus wanita itu! Bawa dia ke kamar atas!" Perintah Dominique di balik pintu.
Atas perintah Dominique, Zach segera masuk ke dalam ruangan itu.
Tubuh putih penuh dengan tanda merah! Itu yang Zach lihat saat menatap Alexsis yang sudah duduk di lantai dengan tubuh yang gemetar.
Dengan wajah yang sama datarnya dengan Dominique, Zach mendekati Alexsis. Ia tahu apa yang baru saja terjadi, apalagi melihat darah yang ada di paha Alexsis.
"Habisi aku! Habisi aku!" Teriak Alexsis.
"Jangan bertindak konyol, berdirilah." Ujar Zach.
Zach menghela nafas ia sudah tahu bahwa Alexsis tidak akan berdiri, membuat ia harus mengamcamnya, dan benar saja ancamannya sangat bagus membuat Alexsis segera berdiri.
"Pakailah!" Zach menyodorkan jas biru tuanya pada Alexsis. "Dan hapus darahnya," lanjut Zach sambil melirih ke arah paha Alexis.
Alexsis melakukan apa yg di perintahkan Zach, lalu Zach membawa Alexsis ke atas, sesuai perintah Dominique.
Siapapun tolong lepaskan aku dari neraka ini, batin Alexsis.
