Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10. Kenyataan

Sao paulo

Seorang wanita paruh baya yang nampak masih cantik itu, berjalan dengan tergesa, ia membuka sebuah ruangan yang cukup redup, mata cantiknya langsung menangkap sosok pria yang dulu pernah hidup bersamanya.

Wajah pria itu tersenyum geli melihat wanita itu. Tangan putih mulus wanita itu langsung menarik kerah kemeja pria itu.

"Di mana putri ku?" desis seorang wanita paruh baya itu.

Suaranya menggema di dalam ruangan redup ini. Tangannya masih mencekal kerah kemeja lelaki yang seusia dengannya, dan dia mencengkram nya dengan kuat.

Bukannya menjawab lelaki itu malah terkekeh, lalu dengan kasar dia menyingkirkan tangan wanita itu dari kerah kemejanya, lalu mengubah ekspresi wajahnya.

"Katakan di mana putriku, Griss Frankly?!" Desis wanita itu lagi.

Griss terkekeh, melangkah mendekati wanita itu yang pernah ia cintai, tangannya terulur menyentuh pipi wanita yang beberapa tahun lalu ia cintai itu. Wajah wanita itu masih cantik walau usianya sudah menua sama sepertinya.

Griss pernah menjadi orang yang sangat tolol. Mencintai tanpa di cintai, menyayangi tanpa di sayangi, memuja tanpa di puja, membahagiakan tanpa di bahagiakan. Dan itu semua untuk wanita ini. Wanita yang menghianati dirinya.

Sebuah penghianatan wanita ini dengan mafia terbesar pada jamannya, membuatnya membenci wanita ini. Sangat membencinya. Lukanya bahkan masih sangat basah di ulu hatinya.

"Dia sedang menebus kesalahanmu pada ku, Zee." wanita yang di panggil Zee itu segera menepis tangan Griss seraya mundur beberapa langkah.

"A...apa maksud mu, sialan."

"Putri sialan mu sudah aku serahkan pada Black, Kau tau dia? Seorang mafia terbesar di russia, satu kelompok dengan Lucas Kawsky." Kekeh Griss.

"Kau gila, mereka adalah musuh Clark. Bagaimana jika mereka tahu kalau Alexsis...." ia tak bisa lagi berkata kata, hanya air mata yang keluar dari mata indahnya itu.

Selama 25 tahun ia mencari putrinya itu, dan kemarin malam Griss memberi tahu jika putrinya telah dia culik, dan sekarang dengan entengnya pria itu mengatakan jika putrinya berada di tangan Black.

"Sialan kau!" Desis Zee.

Ia memukul dada Griss sambil menangis. Griss hanya diam, membiarkan wanita itu memukul dadanya.

"Apa salah anakku? Begitu kau teganya pada anakku, bunuh saja aku Griss, bunuh aku." Ujar Zee dengan suara lemahnya.

Sedangkan Griss hanya diam, ia tidak bisa melihat wanita itu terus menangis. Ia segera keluar dari ruangan gelap itu meninggalkan Zee sendirian di sana yang masih terisak.

Flashback on

Manila

Wanita cantik itu terus mengeluarkan keringatnya, suara desahan kesakitan keluar dari bibir cantiknya, kedua tangannya terus di genggam oleh seorang lelaki tampan yang terus membisiskan kata kata cinta untuk nya.

Dadanya naik turun, keringat terus mengucur dari dahinya. Dokter terus memberi intruksi kepada wanita itu agar menarik nafas.

"Terus Berusaha sayang," bisik lelaki itu lagi.

Dengan kekuatan dari lelaki yang ia cintai, akhirnya kesakitan luar bisa itu berakhir dengan suara tangisan bayi yang menggema di seluruh penjuru rumah sakit ini.

"Terimakasih sayang terimakasih," ucap lelaki itu lalu mengecup bibir wanita itu dengan lembut.

Sedangkan wanita itu hanya tersenyum melihat lelakinya yang selama ini sangat ia cintai.

Mata hitam pekat lelaki itu menatap dokter yang sedang membersihkan bayinya dengan sebuah kapas, dan seorang suster membawa sebuah kain lembut berwarna merah muda untuk membungkus bayi mungil itu.

Sedangkan beberap suster sedang membersihkan wanitanya.

"Bayinya perempuan tuan, dia sangat manis," kata dokter itu lalu memberikan bayi mungil itu ketangan lelaki besar itu.

"Kami permisi tuan." dokter itu undur diri dengan semua susternya meninggalkan dua insan yang sedang di mabuk cinta berdua.

"Ini curang, Clark," wanita itu menatap takjub bayi yang sedang di gendong oleh lelaki yang bernama Clark itu.

"Kenapa dia sangat mirip dengan mu?" tanya wanita itu lagi.

"Karena aku yang membuatnya, Zee," jawab Clark enteng. Membuat wanita yang bernama Zee itu cemberut.

"Kau membuatnya dengan ku, Clark. Ini sangat cur.... Oh tidak lihat warna matanya Clark, warna matanya biru seperti ku," ujar Zee antusias.

"Tentu saja dia akan mirip dengan kita, karena kita yang membuatnya," bisik Clark. Lalu dengan lembut Clark mencium bibir Zee, seraya berbisik, "Aku mencintaimu, Zee."

"Aku juga mencintai mu. Oh ya, siapa namanya?"

"Alexsis Regbigson."

"Nama yang indah. Bolehkan aku menggendongnya?"

"Tentu saja sayang."

Zee menatap takjub putri kecilnya, ia benar benar merasa menjadi wanita yang paling sempurna di dunia, ia memiliki putri kecil dan lelaki yang sangat baik yang mencintainga. sampai sampai ia meneteskan air matanya.

"Hei kenapa menangis," bisik Clark.

"Terimakasih Clark, kau membuat ku merasa menjadi wanita yang paling sempurna di dunia ini."

"Aku yang harus berterimakasih pada mu, karena kau memilih ku."

Dengan lembut Clark mendekatkan bibirnya, dan menempelkan bibirnya di bibir Zee. Awalnya hanya sebuh ciuman ringan yang menjadi pagutan pagutan kecil hingga sekarang menjadi lumatan bergairah.

"Maaf tuan, kami harus membersihakan kembali nona Zee dan putri tuan." Clark ingin sekali menghabisi suster itu sekarang juga, untung saja Zee mengelus lembut tanganny hingga Clark bisa menahan emosinya.

Dengan berat hati Clark mengangguk membiarkan belangkar Zee di dorong ke ruang persalinan.

***

Di tempat lain seorang laki laki sedang berjalan menusuri lorong rumah sakit, ia terus mencari cari ruang bersalin.

Tak membutuhkan waktu lama karena seorang suster sudah melambikan tangannya ke arah lelaki itu.

"Di mana bayinya?" tanya lelaki itu.

"Alexsis baru saja selesai di mandikan."

"Jadi bayi itu bernama Alexsis," gumam lelaki itu.

"Masuklah tuan, aku akan mejaga ruangan di depan."

Dan dengan lancar lelaki itu melakuan aksinya di bantu oleh salah seorang suster yang tadi ikut mendorong blangkar Zee.

Setelah lelaki itu pergi dan memberi kode dengan sebuah panggilan singkat, kini suster itu mulai menjalankan aksinya.

"Tolong! Tolong!"

Teriakan suster itu mengundang beberapa orang termasuk Clark yang ikut menghampiri suster itu.

"Tuan, putri mu di culik oleh seoang lelaki berpakaian serba hitam." Ujar suster itu tampak panik.

"Sialan!" desis Clark.

Dengan cepat Clark segera menelpon kepercayaan nya dan memerintahkan semua penjaganya untuk mencari keberadaan putri cantiknya.

Namun nihil lelaki itu terlalu cerdik, karena langsung membawa Alexsis pergi ke kota lain dan terbang ke negara lain membuat Clark sulit menemukan Alexsis. Bahkan tak menemukannya.

Flashback off

Zee menghapus air matanya, dia melakukan kesalahan, kenapa ia harus menangis meraung raung di sini, tak akan ada yang membantunya. Clark harus tahu keberadaan putrinya. Dan Alexsis pasti akan selamat dari Black.

Ia yakin Alexsis pasti akan selamat.

To Be Continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel