Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Mie Ayam

Alma sedang berada di ruang MPK sambil membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan. Hari itu Alma sengaja mampir ruang MPK karena dia malas langsung pulang ke rumah. Ibunya hari ini hingga tiga hari ke depan ada diklat yang membuatnya pulang sore. Dari pada Alma sendirian di rumah lebih baik dia ke ruang MPK sambil menunggu Safira selesai latihan marching band, supaya mereka bisa pulang sama-sama.

Alma belum memutuskan mengikuti ekskul apa. Sejauh ini ia cuma aktif menjadi pengurus MPK. Ia sebetulnya tertarik pengen ikut ekskul marching band dengan Safira karena katanya Bara juga ikut ekskul itu. Tapi Alma sama sekali buta nada. Nanti malah dia malu-maluin diri sendiri di depan Bara.

Tumben hari itu ruang MPK sepi. Biasanya sepulang sekolah begini anak-anak MPK pasti langsung kesitu. Hanya ada beberapa pengurus MPK yang mampir sebentar untuk nitip tas kemudian pergi lagi.

Drrrttt drrrttt... Hp Alma bergetar. Ada pesan yang masuk. Dari Dani. Sejak tugas bahasa Indonesia kapan lalu, Alma dan Dani menjadi dekat. Mereka bahkan sering mengobrol di kelas dan chat malam hari sebelum Alma tidur.

Dani : [Posisi?]

Alma : [MPK]

Dani : [OTW]

Alma cuma membacanya dan tak membalas pesan dari Dani lagi. Toh sebentar lagi Dani kesini. Asyik, batin Alma. Dia jadi gak sendirian di situ. Dani bolos di jam terakhir tadi. Jamnya bu Rida.

Tak lama kemudian Dani nongol di depan pintu ruang MPK. Alma segera menutup novelnya dan menyimpannya dalam tas.

"Heh, dari mana kamu tadi? Dicariin bu Rida loooh", kata Alma.

"Ada PR?", Tanya Dani.

"Ada. Cuma 3 soal aja. Soalnya tadi ditulis di papan. Sek sek aku tadi foto kayaknya. Ta kirim ya ke nomormu", tawar Alma. Tanpa menunggu jawaban dari Dani Alma langsung mengirim gambar soal yang ia foto tadi.

Dani langsung masuk ke dalam ruang MPK, duduk di sebelah Alma, kemudian ia mengeluarkan buku,pensil, dan mulai mengerjakan PR yang dikirim Alma. Alma melihat Dani dan geleng-geleng. Tukang bolos mapel fisika tapi PR selalu selesai duluan. Dan anehnya jawabannya selalu sempurna. Padahal Alma lihat sendiri Dani mengerjakannya tanpa melihat google.

"Dan, bagi otakmu dikit donk", ujar Alma.

Dani hanya menjulurkan lidahnya tanpa menengok ke Alma. Alma memperhatikan wajah Dani dengan seksama. Dani ini kalo dilihat lihat wajahnya lumayan manis. Rambutnya lurus dipotong cepak. Alisnya tebal, hidungnya mancung. Badannya tinggi kuris. Dia juga selalu wangi. Sejak dia menjadi pengurus OSIS sepertinya ia banyak mendapat fans bahkan dari kakak kakak senior di sekolah mereka. Tapi selama ini Alma memperhatikan kalau Dani hanya bergaul dengan Iqbal, Putra, teman laki-laki yang sekelas dengan mereka di X-8, atau dengan Alma saja. Bahkan dengan sesama anggota OSIS saja Dani jarang berkumpul kecuali memang sedang rapat atau ada kegiatan.

"Kelamaan ngeliatin bisa naksir", kata Dani tiba-tiba. Rupanya ia sadar sedang diperhatikan lekat-lekat oleh Alma. Alma jadi salah tingkah sendiri ditegur Dani begitu. Alma membuang mukanya ke arah lain.

Tiba-tiba Bara masuk ke ruang MPK.

"Hai, dek", sapa Bara pada Alma.

"Eh. Hai mas", balas Alma. "Gak latihan marching band mas?", tanya Alma.

Bara duduk di sofa, "skip dulu. Latihan paski. Ini masih capek. Ngadem dulu" jawab Bara. Ia memejamkan mata sebentar. Sepertinya ia kelelahan. Memang anak anak paski sedang intens sekali berlatih menjelang agustusan. Bahkan dari jam pertama pelajaran anak anak ekskul paski sudah didispensasi supaya bisa berlatih. Setelah pulanh sekolah juga lanjut berlatih.

Alma memandangi Bara yang terpejam. Ganteng sekali, batin Alma. Hatinya berdebar-debar sendiri. Ia segera memalingkan pandangannya. Takut Bara keburu tau kalau sedang diperhatikan.

"Done", kata Dani tiba-tiba. Alma menoleh ke Dani.

"Gila kamu Dan. Kamu gak ikut materi tapj bisa ngerjain cepet?!" Kata Alma takjub. "Nyontek boleh?" Tanyanya kemudian.

"Terserah dah. Aku nitip ya kumpulin besok", kata Dani.

"Siap, ndan. Mo bolos lagi ya besok?", Tebak Alma. Alma memahami sikap Dani yang menghindari bu Rida. Kalau ia jadi Dani entah bagaimana ia menata hati dan emosinya. Ia sedikit bersyukur ibunya tidak menikah lagi.

Dulu Alma pernah bertanya-tanya kenapa ibunya tidak pernah menikah lagi, namun ia sekarang sadar. Tidak mudah menerima orang baru dalam hidup. Belum lagi misalnya nanti ia punya adik tiri. Di novel novel yang ia baca biasanya konflik akan muncul saat ada sosok baru di keluarga.

Karena itulah Alma dan ibunya merasa saling memilki lebih dari siapapun. Mereka hanya memiliki satu sama lain. Bersyukur pula Alma memilili ibu yang berpikiran terbuka. Ia jadi nyaman cerita apapun kepada ibunya. Termasuk kisah hidup Dani, iapun membaginya dengan ibunya.

"Kamu gak pulang?", Tanya Dani.

"Nungguin Safira selesai latihan. Malas pulang aku di rumah gak ada orang juga", jawab Alma.

"Eh dek, kamu sekelas sama Safira ya?", Tanya Bara tiba-tiba.

"Eh, iya bang. Kenapa?", tanya Alma.

"Oh ndak ndak. Anak-anak marching band selesai latihan jam 5 loh. Kamu nungguin 2 jam disini gak mati kutu?", tanya Bara. Ia beranjak dari duduknya.

"Iya sih. Gapapa deh hehe", jawab Alma.

"Oke deh. Aku duluan dah ya. Mo latihan lagi", ucap Bara. Ia pamit sambil mengelus kepala Alma yang dibalut jilbab coklat khas pramuka. Bara menepuk pundak Dani. Dani hanya mengangguk.

Alma tersipu malu. Jantungnya berdegup kencang sekali. Bara mengusap kepalanya. Astaga. Jantungnya seperti mau copot. Ia menenangkan jantungnya. Ia tepuk - tepuk dadanya. Dani memperhatikannya dengan teliti.

"Idih, naksir mas Bara kamu, ya?", tebak Dani.

"sssttt!!!! Nanti dia dengar. Ih apaan sih kamu, Dan", kata Alma panik kalau Bara bisa mendengar suaranya.

Dani mengernyitkan dahinya. Ia tak suka melihat reaksi Alma yang salah tingkah hanya karena dielus kepalanya sama si Bara.

"Gak makan siang?", tanya Dani.

"Males. Ntar aja sekalian", jawab Alma. Ia mengeluarkan novel yang belum selesai ia baca tadi.

~~~

Setengah jam kemudian Dani kembali ke ruang MPK membawa sekantong plastik berisikan dua bungkus mi ayam. Di dalam ruang MPK Alma masih duduk di tempat yang sama sambil membaca novel. Dani langsung meletakkan kantong kresek di depan Alma.

"Astaghfirullah", Alma benar benar kaget. Ia fokus membaca novel sampai tak menyadari Dani datang. "Lah kok balik lagi? Apa ni?", Tanya Alma membuka kantong plastik yang di depannya.

"Tunggu, aku ambil mangkok sama sendok dulu di ruang OSIS", kata Dani.

Aromanya sedap sekali. Batin Alma. Alma memang lapar sih. Dia belum makan siang. Dia berencana mengajak Safira makan bakso sepulang ia latihan.

Dani datang membawa dua mangkok dan dua sendok. "Yok, makan", Dani mengambil kantong plastik tadi dan duduk di lantai. Alma menutup novelnya dan ikut duduk di lantai. Ia mengambil mi Ayamnya dan menuangkannya di mangkok. Ada 4 buah bakso juga di dalamnya. Asyik, batin Alma. Dani kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan dua buah botol air mineral. Mereka makan mi ayam berdua di ruang MPK.

"Ehmmm, enakeee", kata Alma. "Tuku nd endi?", Tanyanya lagi.

"Depan SMA tu", jawab Dani. Ia melihat Alma makan lahap sekali. "Pelan makannya. Kunyah dulu jangan langsung telan. Gak makan berapa hari kamu?", Ejek Dani.

"Ngawur. Ku kunyah ini. Lapar aku, Dan. Dari tadi belum makan", kaya Alma.

"Lah Kalo lapar ya beli makan bukannya ndekem baca novel", ujar Dani.

"Tunggu kamu teraktir. Aku kan teman yang baik. Bakal aku bantuin kamu habisin duit papamu", kata Alma bercanda.

Dani tertawa mendengarnya. Sejak menceritakan rahasianya pada Alma, Dani sekarang jadi sedikit berdamai dengan keadaan. Ia sering menjadikan kesedihannya jadi bahan candaan. Bukannya tersinggung tapi ia pun merasa lucu dengan reaksi spontan yang selalu diberikan Alma. Ah, ada yang spesial pada gadis ini, pikir Dani.

~~~

"Almaaaaaa... Maapkan dakuuu. Lama ya nungguin aku latihan?", suara besar Safira terdengar. Alma dan Dani dari tadi duduk di lantai sambil ngobrol di depan ruang MPK. Segala hal mereka bahas. Dari gosip artis ibu kota sampai kucing lewat pun mereka bahas. Alma merasa Dani enak di ajak bercanda dan ngobrol. Mereka jadi semakin akrab. Safira juga menyadari bahwa sahabatnya semakin dekat dengan Dani sejak tugas bahasa Indonesia.

"Heeh. Gapapa", ujar Alma.

Alma dan Safira kemudian pulang bersama naik angkot. Sedangkan Dani juga pulang naik motornya. Dani sendiri heran kenapa ia tadi menemani Alma sampai sesore itu. Padahal ia ada jadwal les private dengan Bang Yos. Ia kirim chat bahwa ia ada kegiatan di sekolah jadi gak usah les dulu hari itu. Ia berbohong. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Alma lebih lama. Sepertinya ia mulai menaruh rasa pada gadis berjilbab itu.

~~~

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel