Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Bara

Nindi sedang istirahat dari latihan paski. Ia duduk di lantai bersama kawan-kawannya yang lain. Ia meneguk air mineralnya. Drrrtt drrrttt... Hpnya bergetar. Ada pesan masuk.

[Ke ruang MPK] begitu bunyi pesan yang masuk di HPnya.

Nindi berdiri dan berjalan ke ruang MPK. Baru sampai di lorong menuju ruang MPK, HPnya bergetar lagi.

[Ada Alma dan Dani. Gak usah ke sini] begitu bunyinya kali ini.

Nindi mendengus kesal. Dia putar balik dan kembali ke kawan-kawannya.

~~~

Alma tak henti-hentinya bersenandung hari itu. Mood dia sedang bagus. Tadi pagi saat ia sampai di sekolah, ia berpapasan dengan Bara. Bara tiba-tiba memberikan permen pada Alma. Dibalik kemasan permen itu ada tulisan "semangat". Jadilah ia mengawali hari di sekolah dengan berbunga-bunga.

"Happy banget siiih. Menang togel kau?", goda Safira. Ica dan Nindi tertawa mendengar kalimat Safira.

Alma mengeluarkan permen pemberian bara dari kantongnya. Dia pamerkan pada teman-temannya. "Semangaaat", kata Alma.

"Dih, kau makin hari makin gak betul. Ooo dia masih bahagia diteraktir mi ayam sama Dani kemarin sore", Safira kembali menggoda Alma.

"Hassshhh", Alma mendengus kesal. Ia memasukkan permen itu kembali ke kantong.

"Mi ayam?? Dani?", Tanya Ica kepo.

"Kemarin kan dia nungguin aku di MPK. Dia dikawanin Dani. Tau Alma belum makan, Dani belikan mi ayam buat dia. Dimakan semangkok berdua. So sweet", ejek Safira.

"Heeee lebay. Dia beli dua. Makan masing-masing kami", ucap Alma mengoreksi.

"Tapi betul makan berdua sama Dani?", Nindi ikut menggoda.

"Ciyeeee", Safira, Ica, dan Nindi menggoda Alma bersama-sama. Ica kemudian menengok ke arah belakang. Melihat Dani dengan tatapan usil.

"Kalian pacaran?", tanya Ica serius.

"Gundulmu", kata Alma jengkel. Mereka semua tertawa merasa berhasil lagi menggoda Alma.

"Aku tuuu berbunga bunga soalnya dikasi permen sama mas Bara. Tadi pagi kami ketemu di depan", ucap Alma malu-malu.

"Ciyeee", ica dan Safira menggodanya lagi.

Nindi terdiam. Wajahnya berubah datar. Ia kemudian mencari kesibukan lain.

"Banyak kemajuan kau. Mas Bara tau kali kau naksir dia. Gimana kalo dia naksir kamu juga?", tebak Safira. Ica dan Safira heboh sendiri.

"Ssssttt jangan keras-keras", ucap Alma malu.

Nindi mendengus kesal. Ia kemudian berdiri dan meninggalkan teman-temannya. "Aku mau ke toilet dulu", katanya singkat.

"Aku temani?" Kata Ica menawarkan.

"Gak usah", kata Nindi singkat.

"Kenapa dia?", tanya Alma.

"PMS kali", tebak Ica.

~~~

[Pulang sekolah aku mau ngobrol] Nindi mengirim chat ke seseorang. Ia menunggunya beberapa saat, memastikan pesannya dibaca. Kemudian ia keluar dari toilet. Ia kembali ke kelasnya.

~~~

Nindi masih di dalam ruang kelasnya. Sendirian. Menunggu semua teman-temannya pulang dan kelas menjadi kosong.

Beberapa waktu kemudian seorang siswa laki-laki memasuki ruang kelas itu dan menutup pintunya. Bara.

"Kenapa, dek? Kangen ya?", Ucap Bara pada Nindi. Suaranya lembut. Ia duduk di samping Nindi.

"Mas Bara godain Alma?", tanya Nindi langsung tanpa basa basi.

"Hah, maksudnya?", Bara bingung.

"Tadi pagi mas Bara ngasi Alma permen kan?", kata Nindi. Ia jelas ngambek dan cemburu.

"Astaga. Permen itu. Aku bagiin ke semua anak MPK yang baru. Ke semua anak OSIS yang baru juga", kata Bara. Ia tersenyum geli melihat Nindi marah karena alasan sepele. "Cemburu ya?" Bara mendekatkan wajahnya ke Nindi. Wajah mereka berhadapan dekat sakali.

Nindi kaget. Badannya kaku. Bara mencubit hidung Nindi karena gemas melihat tingkah gadis didepannya itu. Nindi mengatur nafas dan detak jantungnya. Jantungnya seperti mau copot berhadapan sedekat itu dengan Bara.

"Lain kali jangan bikin orang salah paham. Alma kegeeran setengah mati. Dia pamerin permen itu ke kami", kata Nindi lagi. Ia masih merajuk.

"Astaga, kamu cemburu gara gara permen? Hehehehe", Bara makin gemas dengan tingkah Nindi.

Ia menggenggam tangan Nindi. Ia pelan pelan mendekatkan wajahnya. Nindi diam saja. Tangannya kemudian meraih leher Nindi. Nindi menutup matanya. Bara mencium bibir Nindi. Nindi berdiam tidak melakukan apa apa. Ia hanya merasakan bibirnha dilumat lembut oleh Bara. Bara kemudian melepas ciumannya. Nindi membuka matanya. Bara tersenyum lembut.

"Cuma kamu yang aku sayang, dek", kata Bara sambil mengelus kepala Nindi.

Nindi tersenyum lega.

"Kita terang-terangan aja yuk. Malas kalo pacaran diam-diam begini", kata Bara.

"Jangan dulu ya, mas. Aku sungkan sama Alma. Dia dari awal bilang kalo dia naksir kamu. Nanti gimana dia kalo tau kita pacaran", kata Nindi.

"Kalau gitu, jangan cemburu cemburu lagi", ucap Bara mencubit pipi Nindi.

Nindi dan Bara jadian setelah MOS selesai. Sejak pertama melihat Nindi, Bara sudah mengincarnya untuk dijadikan pacar. Nindi gak berniat untuk menyembunyikan status pacarannya dengan Bara. Tapi saat dia tau Alma naksir juga sama Bara ia memilih untuk merahasiakannya. Karena itulah yang awalnya ia gak mau ikut ekskul paski, tiba tiba ia memutuskan untuk bergabung. Karena hanya itu kesempatan ia bisa bersama sama dengan Bara. Gak mungkin ia ikut marching band karena ada Safira juga yang ikut. Ia cemas karena Alma lolos menjadi pengurus MPK karena itu artinya Alma punya kesempatan mendekati Bara.

Mereka kemudian keluar kelas bersamaan. Menuju ke parkiran. Jantung Nindi masih berdegup kencang. Bukan pertama ini Bara menciumnya. Saat pertama jadian, Bara juga menciumnya. Reaksi Nindi juga sama. Diam. Ia tak tau harus bagaimana. Itu adalah ciuman pertamanya.

"Dek, kalau kiss lagi balas ya", ucap Bara pelan. Nindi mengangguk. Ia malu. Mereka kemudian berpisah. Mereka pulang dengan motor masing-masing.

Ada dua pasang mata yang mengamati mereka sejak mereka keluar dari kelas X-8 bersama-sama. Dani dan Iqbal.

~~~

"Bar, wes dapat nomer'e a?", Tanya Fiki. Fiki adalah teman sekelas Bara dulu saat kelas X. Tapi ia dikeluarkan dari sekolah karena terlalu banyak masalah. Masalah yang paling parah sampai membuatnya dikeluarkan dari sekolah adalah menghamili salah satu siswa di sekolah itu juga. Ia dan siswi itu sama sama dikeluarkan dari sekolah.

Fiki kemudian dipaksa menikahinya karena gadis itu terlanjur hamil anaknya. Namun setelah gadis itu melahirkan, Fiki menceraikannya. Ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan sebagai buruh. Ia bekerja dari pukul 7 hingga pukul 3 sore.

"Sabar bro", kata Bara.

"Kesuweeen", kata Fiki. "Kalo Safira susah, Nindi aja dah", lanjutnya.

"Asem!!! Aku ae belum cicip. Sabar!!!!", Kata Bara.

Fiki dan Bara sedang nongkrong di kafe langganan mereka. Fiki mengeluarkan rokoknya. Ia menyodorkannya pada Bara. Bara menolak.

"janc*k arek iki. Ojo ngerokok seek. Nanti bajuku bau asap rokok!", Kata Bara.

"Hahaha. Mau ketemuan sama Nindi?", tebak Fiki.

"Yoi", kata Bara.

"Join lah", kata Fiki.

"Anjir. Nonton kami", kata Bara. "Pelan bro. Santai. Nindi ni anaknya lugu banget. Anak rumahan susah setengah mati mau berduaan sama dia", lanjutnya.

"Hahaha, dua juta", kata Fiki. "Kalo kamu gol dan dapat foto bagus", tambahnya.

"Nindi?", tanya Bara memastikan.

"Iyooo", jawab fiki menantangnya.

"Aku yang pertama tapi", kata Bara.

"Deal", kata Fiki. Mereka tertawa.

Walau Fiki sudah dikeluarkan dari sekolah, Bara tetap berteman dengannya. Mereka masih sering nongkrong berdua. Fiki adalah pengaruh paling buruk dalam diri Bara. Bara yang dikenal sebagai anak baik-baik di sekolah itu, sama bejatnya dengan Fiki. Namun Bara lebih cerdas. Ia tidak pernah menargetkan berpacaran dengan siswi di sekolahnya. Ia selalu mendekati siswi dari sekolah lain. Dan setiap kali berhubungan badan ia selalu memakai kondom. Jika sudah bosan, ia akan cari alasan untuk putus. Perempuan perempuan yang pernah dikencaninya selama juga bukan perempuan baik-baik. Fiki jugalah yang mengenalkan Bara dengan mereka.

Saat MOS, ia melihat Nindi untuk pertama kali. Ia langsung tertarik. Dan ia pun langsung mendekatinya. Gadis mana yang tak klepek klepek jika didekati Bara. Wajahnya rupawan, perlakuannya lembut, tutur katanya juga menggoda. Begitu pula dengan Nindi. Ia merasa istimewa karena didekati oleh Bara. Sang idola sekolah.

Drrt drrrtt... HP Bara bergetar. Ada pesan dari Nindi.

[Mas, maaf. Aku gak dibolehin keluar sama papaku] dari Nindi.

Bara membacanya dan mendengus kesal. Ia mengumpat pelan. Ia ambil rokok di depannya dan menyulutnya. Fiki melihatnya dan tertawa.

"Hahaha, gak sido?", ejek Fiki.

Dani hanya mengangguk pelan. Fiki juga menyulut rokoknga dan asap mulai mengepul. Bara memperhatikan layar HPnya.

[Gpp, dek. Next time. Kalo gitu aku main futsal sek ya] Bara.

[Maaf ya mas] Nindi.

[(Emoticon senyum dan cium)] Bara.

[(Emoticon cium)] Nindi.

Bara meletakkan HPnya di atas meja. Ia menghisap rokoknya.

~~~

Bara merebahkan dirinya di kasur. Ia memejamkan mata. Tiba tiba pintu kamarnya diketok. Tok... Tok... Cekleeek.... Suara seseroang membuka pintu kamarnya.

"Le, ibu minta tolong gantikan gasnya donk. Habis", ternyata ibu Bara.

Bara segera beranjak dari kasur dan menuju dapur. "Mana Bayu, buk?", Tanya Bara sambil mengganti tabung gas yang sudah habis dengan yang baru.

"Keluar tadi sama bapakmu. Ke pasar mau beli alat pancing", jawab ibunya.

Bayu adalah adik laki laki Bara. Ia masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 3. Mereka hanya dua bersaudara. Bapaknya Bara seorang supir pribadi. Namanya pak Seno. Majikan bapaknya sih katanya orang kaya. Punya bisnis property. Biasanya bapaknya berangkat setelah subuh mengendarai motor bututnya menuju rumah majikannya dan kembali ke rumah sekitar tengah malam. Kadang ia tidak pulang beberapa hari jika majikannya memintanya mengantar ke luar kota. Gaji sebagai supir pribadi bisa dikatakan lebih dari cukup. Namun mereka hidup sederhana saja. Tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan. Seringkali bapak Bara diberikan bonus dari majikannya. Ia sudah bekerja pada majikannya ini selama 15 tahun.

Sedangkan ibu Bara bernama bu Murni, seorang ibu rumah tangga biasa. Untuk mengisi hari-harinya jika anak-anaknya bersekolah ia menjual gorengan di teras rumahnya. Ada gorengan, minuman manis sachet, dan beberapa jajaman kemasan. Memang tak seberapa pemasukannya tapi yang ia butuhkan supaya tetap menghasilkan walau sedikit. Dan supaya ia tidak bosan di rumah terus. Dulu ia pernah bekerja menjadi buruh di pabrik rokok. Namun sejak menikah dan mempunyai anak, suaminya melarangnya bekerja. Biarlah Pak Seno yang bekerja menafkahi anak dan istrinya.

"Dodolan?", tanya Bara ke ibunya.

"Ndak, le. Mau bikin kolak", jawab bu Murni.

Setelah selesai memasang gas, Bara kembali ke kamarnya. Ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Karena hari itu hari Minggu dan rencananya untuk nge-date nonton film di bioskop gagal, jadi ia mendingan tidur saja.

Drrrt drttt... Hpnya yang ia taroh di atas meja bergetar.

Drrrrtt drrrrtt drrrtttt... HPnya bergetar terus menerus. Bara dengan jengkel membuka mata dan meraih HPnya. Ada 1 pesan dan 1 panggilan tak terjawab. Dari Ayu.

Ayu adalah mantan pacar Bara. Mereka baru saja putus 5 bulan yang lalu karena Bara merasa bosan.

[Rumahku kosong, papa sama mama baru baru berangkat ke Kediri. Baliknya sore.] Ayu

[Trus?] balas Bara. Ia sebetulnya tau maksud Ayu. Walaupun mereka sudah putus, mereka masih saling berhubungan. Ayu adalah mahasiswa di salah satu kampus swasta di kota itu. Fiki yang mengenalkannya pada Bara.

[Ah. Masa harus di jelaskan. Kesini gin. Kangen] Ayu.

Bara tersenyum. Ia bergegas ganti baju. Mengambil jaket dan mengeluarkan lagi motornya yang sudah ia simpan di garasi tadi.

"Buk, mau ke rumah teman dulu. Pulang agak sore", kata Bara ke ibunya.

"Ya, hati-hati, nak", teriak ibunya dari dapur. Bara dikenal sebagai anak baik baik dan gak pernah neko neko. Ia tak pernah berurusan dengan guru BK. Bahkan ia aktif di kegiatan ekskul maupun organisasi. Siapa sangka anak baik baik itu ternyata srigala berbulu domba.

~~~

Bara menghisap rokoknya. Ia duduk di pinggir kasur. Di kasur ada Ayu yang hanya memakai selimut. Mereka berdua telanjang bulat. Sudah bisa ditebak mereka habis ngapain.

"Jam berapa ortumu balik?" Tanya Bara.

"Ntar sore", jawab Ayu.

"Aku balik habis ini ya", kata Bara. Ia segera mengenakan bajunya.

"Yaah, kok langsung?", kata Ayu kecewa.

"Kenapa? Masih mau?", goda Bara.

Ayu hanya tersenyum melihat Bara mengenakan pakaiannya. Ia berdiri menghampiri Bara. Mereka berciuman dan bercumbu lagi.

"Pake dah bajumu", kata Bara sambil mengelus pipi Ayu.

"Ogah", Ayu kembali duduk di kasur.

Bara tersenyum. Setelah ia selesai mengenakan pakaiannya ia mengambil kunci motornya.

"Aku tutup pintunya nanti, ya. Pake dah bajumu. Nanti ada orang masuk bingung kamu", kata Bara.

Ayu hanya mengedip pada Bara. Ia melambaikan tangan kemudian berbaring di kasur. Bara pulang ke rumahnya.

~~~

Malam hari Bara lagi gabut. Ia buka buka HPnya scroll scroll HP gak jelas. Bayu, adiknya lagi ngerjain PR ditemani ibunya. Sedangkan bapaknya masih belum pulang kerja. Ia melihat ada nomor Alma di HPnya.

Sebetulnya ia penasaran dengan gadis berjilbab. Pacarnya selama ini tidak berjilbab semua. Dia pertama melihat Nindi dan langsung tertarik karen Nindi berparas cantik. Dia memberikan perhatian lebih pada Nindi dengan maksud supaya bisa menjadikannya pacar. Siapa sangka saat ia menembak si Nindi, ia langsung mengiyakan dengan malu-malu. Di belakang ruang ganti mereka jadian dan disanalah Bara mengambil ciuman pertama Nindi.

Entah dirasuki apa Nindi pasrah saja saat Bara menciumnya untuk pertama kali. Ia segitu bucinnya dengan Bara jadi ia merasa tidak apa apa memberikan ciuman pertamanya pada laki-laki yang ia sukai. Ia merasa menjadi sangat spesial karena Bara juga mengaku itu ciuman pertamanya. Ah dasar laki-laki penuh tipu daya. Andai Nindi tahu yang sebenarnya tentang Bara.

Bara mengirim chat pada Alma.

[Malam, dek Alma] Bara. Pesan Bara langsung di baca oleh Alma.

[Malam, mas] Alma. Alma membalas chat Bara dengan cepat.

[Sibuk ndak] Bara.

[Ndak kok, mas] Alma.

[Lagi ngapain, dek?] Bara. Bara baru tau fakta bahwa Alma menyukainya saat Safira memberitahunya. Kalau tau pasti ia tembak Alma saja waktu itu. Nindi sangat susah diajak berduaan. Ada saja alasannya menolak. Padahal dia sangat ingin sekali mencicipi tubuh Nindi apalagi ia tahu Nindi masih perawan. Dia pikir kalau Alma menyukainya juga, ia coba saja dekati Alma. Lihat nanti siapa yang bisa ia tiduri terlebih dahulu.

[Gak ngapa2in, mas. Mas lagi ngapain?] Alma.

[Lagi mikirin kamu] Bara. Ia mulai melancarkan aksinya.

[Ih mas bisa aja. Hehehe. Mas gak ngapel'in pacarnya mas Bara?] Alma.

[Aku jomblo, dek. Maunya sih ngapelin kamu aja] Bara.

Astaga Alma kegirangan sekali tiba tiba Bara chat dia kayak gitu.

[Dek, kamu tu pacaran sama Dani ya?] Bara.

[Ngawur mas Bara iki. Teman aja kami, mas] Alma.

[Syukurlah. Berarti aku masih ada kesempatan, nih] Bara.

Alma kegirangan mendapati bahwa Bara mengirim sinyal padanya. Betapa senang dia bahwa perasaannya pada Bara mungkin berbalas. Tunggu esok saat Safira tau cerita ini, batinnya.

[Hehehe, apaan sih mas Bara ini] Alma.

[Istirahat dah, dek. Sudah malam. Jangan lupa mimpiin aku ya] Bara.

[Ih mas Bara ni godain Alma mulu] Alma.

[Soalnya kamu nggemesin. Aku jadi kepikiran terus sama kamu] Bara.

[Mikir apa emangnya, mas?] Alma.

[Mikir apa ya. Tidur dah, dek. Nanti sakit loh kl begadang] Bara.

[Iya dah, mas. Met malam, mas] Alma.

[Met malam, Alma] Bara.

Bara tersenyum sinis. Mudah sekali mendekati Alma dan Nindi.

~~~

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel