Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

HAPPY READING

***

“Kayaknya gue harus cabut deh,” ucap Bianca.

“Kenapa?” Tanya Clara.

“Ada panggilan.”

Angel menoleh memandang Bianca, “Lo open di sini?” Tanya Angel, ia mengibaskan rambutnya ke belakang.

“Iya, nih nggak sengaja. Mana udah deal. Katanya mau ke sini,” ucap Bianca raut wajahnya terlihat panik.

“Siapa sih?”

“Tau nih, nggak pakek nama, cuma nisial aja huruf F gambarnya juga gelap. Katanya dia ke sini,” ucap Bianca, ia dengan cepat mengambil tas nya yang ada di gazebo, ia memastikan makeup dan rambutnya sempurna.

“Lumayan kan nggak diambil,” ucap Bianca.

“Enggak lama kok, palingan berapa jam. Nanti gue nyusul ke kamar,” Bianca menjelaskan.

Clara menatap Bianca, dia sekarang sibuk menyisir rambutnya, ia mengambil gelas bertangkai tinggi itu, ia menyesapnya secara perlahan. Ia tidak bisa berbuat banyak, karena pada dasarnya memang pekerjaan Bianca seperti itu.

“Emang di mana orangnya?”

“Katanya tadi di bar, dia lagi jalan ke sini.”

“Deket dong.”

“Makanya,” ucap Bianca.

Clara, Angel, Lovita dan Iren menatap sahabatnya Bianca. Mereka semua tahu apa pekerjaan Bianca, semenjak dia masuk ke dunia ini. Bianca memang mendapatkan segalanya, dia memiliki rumah mewah di Bogor dengan dua lantai, tinggal di apartemen Kemang Village, mobil BMW keluaran terbaru, perabotan rumahnya fully furnished. Tarifnya dua digit untuk beberapa jam, bayangkan saja berapa hasilnya sebulan jika dia mendapatkan empat klien dalam satu hari. Finansial Bianca memang sangat baik sejak dia masuk ke lingkaran prositusi high class ini.

Clara dan temaan-temannya memperhatikan Bianca sambil mengobrol, membicarakan tentang kehidupan masing-masing. Bianca mengambil wine di gelas bertangkai itu, dan menyesapnya secara perlahan. Walau pun sahabatnya menjalani prositusi ini, ia tidak akan terjerumus dalam lobang hitam.

“Halo, kamu di mana?” Tanya Bianca, ia mengibaskan rambutnya pirangnya ke belakang sambil berdiri.

“Saya sudah berada di dekat pool,” ucap seorang pria dibalik speaker ponselnya.

Bianca menatap lurus ke depan, ia melihat tiga orang pria dari kejauhan. Salah satu pria itu memegang ponsel di telinga, ia tahu kalau pria itu lah yang merupakan kliennya.

“Mereka udah datang,” ucap Bianca, menutup ponselnya.

Clara, Lovita, Angel dan Iren menoleh memandang tiga orang pria yang mendekatinya. Clara yang tadinya menyesap wine ia lalu meletakan gelas di atas meja. Ia mengerutkan dahi, ia menatap ada tiga orang pria yang melangkah mendekat. Ia akui kalau ketiga pria itu terlihat sangat cool dari kejauhan. Mereka terlihat samar-samar karena dari kejauhan, yang jelas dua orang mengenaka kemeja putih dan satunya lagi mengenakan kemeja hitam. Mereka terlihat sangat berkelas dan pakaiannya rapi, bukan seperti pria sembarangan. Mereka sangat cool, tahu bagaimana cara berjalan, berdiri, dengan tubuh proporsional. Rambut mereka juga tersisir rapi style seperti gaya busana pria London yang casual namun smart.

“Itu mereka?” Tanya Angel.

Clara memfokuskan penglihatannya, di sana ada dua orang mengenakan kemeja putih dan satu orang mengenakan kemeja hitam. Langkah pria itu semakin dekat dan wajahnya terlihat semakin jelas. Syaraf otaknya lalu terkoneksi dengan cepat. Pria berkemeja hitam itu tidak asing di dalam ingatannya. Ia lalu menutup mulutnya dengan tangan, ia sangat mengenal siapa laki-laki itu.

Oh May God! Dia adalah pak Ben Asthon orang nomor satu di perusahaanya, pria itu bosa nya. Pandangan mereka bertemu dan saling berpandangan satu sama lain. Jantungnya seketika berdegup kencang, angin malam yang dingin kini tiba-tiba mendadak menjadi panas. Clara dengan reflek lalu berdiri, ia sadar bahwa malam ini ia hanya mengenakan bikini berwarna merah terang, otomatis 80 persen tubuhnya diperlihatkan oleh pria-pria itu. Ia tahu kalau mengenakan bikini di kolam hal yang wajar. Namun tetap saja mengenakan bikini di hadapan bos nya itu sangatlah tidak pantas untuk seorang karyawan seperti dirinya.

“Mampus! Boss gue!” desis Clara.

Alis Angel terangkat, “Yang mana?”

“Itu yang kemeja hitam, lagi liatin gue.”

Angel memperhatikan pria berkemeja hitam itu, “Sumpah! Cool abis!”

“Gue harus gimana dong?” Ucap Clara gelisah.

“Enggak harus gimana-gimana, ajak berenang bareng aja, pasti seru!”

***

Sementara di sisi lain Ben pandangan ke salah satu wanita berbikini merah, rambut panjangnya terlihat sedikit basah, namun itu membuatnya semakin sexy. Dadanya terlihat kencang, tubuhnya sehat dan bokongnya terlihat berisi. Ia ingat betul bahwa itu dia adalah Clara manager marketing di perusahaanya. Mereka sempat meeting beberapa bulan lalu dan katanya dia merupakan anak pendeta tentu saja citranya sebagai anak Tuhan yang baik.

Tapi kenyataanya beberapa kali ia melihat wanita berada di klub, sekarang ia sekumpulan wanita-wanita cantik berbikini di tepi kolam renang dan salah satu temannya bernama Felix memesan salah satu wanita di sini untuk menyalurkan hasrat bilogisnya. Ia memicingkan mata, ia tidak tahu apakah wanita itu juga menjajakan dirinya atau tidak. Itu membuatnya semakin penasaran dengan wanita itu.

Ben menatap lekat-lekat gadis itu, ekspresi shock terlihat pada wajahnya, matanya bulat, bulu mata yang lentik, hidung mancung kecil dan bibirnya terlihat penuh. Ia harus mengakui kalau wanita itu sangat cantik diantara gadis-gadis yang lain. Mungkin karena dialah wanita yang ia kenal di sini. Ia melihat ada kue ulang tahun di atas meja, ia yakin bahwa Clara dan teman-temannya mengadakan party di sini.

“Lo kenal?” Tanya Tobias memperhatikan Ben sedari tadi.

“Salah satunya,” gumam Ben.

“Yang mana?”

“Bikini merah, tapi bukan Bianca. Yang berdiri di dekat meja,” ucap Ben menjelaskan posisi Clara.

“Owh ya? Dia siapa?”

“Karyawan gue, namanya Clara manager marketing. Bulan lalu gue baru selesai meeting dengan dia.”

“Apa dia sama seperti Bianca?”

“Enggak tau.”

“Kalau seperti Bianca?”

“Gue yang beli dia,” ucap Ben to the point.

Tobias lalu terdiam beberapa detik, ia lalu menepuk bahu Ben, “Dia terlihat lebih sexy,” bisik Tobias, dibanding yang lain, gumam Tobias setelah mengobservasi kelima gadis yang ada di sana, mungkin karena bikini yang dikenakan Cara lebih berani, bikini berukuran micr, hanyapotongan kecil bagian menutupi area intim dibagian atas dan bawah, sehingga membuatnya sangat menggoda.

“Bianca?” Tanya Felix.

Bianca tersenyum kepada pria itu, ia mengulurkan tangan, “Iya, saya Bianca.”

Felix memperhatikan Bianca dia sangat cantik, bahkan lebih cantik dari yang di foto, “Saya Felix, yang menyapa kamu di room chat.”

“Senang berkenalan dengan anda,” ucap Bianca.

“Sama-sama.”

Felix melepaskan uluran tangan Bianca, ia menatap Ben dan Tobias berada di sampingnya, ia mengobservasi bahwa Bianca tidak sendiri di sini,

“Ada party?” Tanya Felix memperhatikan sekelilingnya.

“Ah, iya. Kita kebetulan kita ada party, salah satu sahabat saya Clara sedang mengadakan pesta ulang tahun,” ucap Bianca menjelaskan.

“Mau gabung sama kita?” ucap Bianca berbasa-basi.

Otomatis Clara menoleh kepada Bianca, bisa-bisanya sahabatnya itu mengajak pria-pria itu gabung bersama mereka. Clara berharap bahwa pria-pria itu menolaknya.

“Apa boleh?” Tanya Felix.

“Ya, tentu saja. Iya kan Clara?” Tanya Bianca.

Clara menelan ludah, ia bingung akan berkata apa kepada sahabatnya itu, ringan sekali mulutnya menawarkan pria-pria itu bersama mereka. Padahal ini hanya untuk ladies party. Clara hanya diam, ia menatap sahabat-sahabatnya mengangguk terutama Angel dan Iren, mereka terlihat antusias atas kehadiran mereka.

“Ayo, silahkan duduk, gabung aja, enggak apa-apa kok,” ucap Bianca dengan ekspresi centilnya.

Clara hanya bisa kesal dalam hati, ia terlalu bingung, sudah kepalang tanggung seperti Bianca mengajak pria-pria hidung belang itu ke sini. Mereka ke sini pasti untuk Bianca. Clara menahan nafas, ketika mata elang pak Ben menatapnya intens. Jantungnya maraton hebat, ia bingung akan melakukan apa selain diam. Kini pria itu berada di hadapannya, ia melihat senyum simpul pak Ben.

“Hai, Clara,” sapa Ben.

“Ha …i pak,” ucap gugup luar biasa.

Ben tersenyum, ia mengulurkan tangan kepada wanita itu, “Happy birthday, Clara.”

Clara melihat tangan Ben mengarah kepadanya sebagai ucapan selamat, tidak sopan rasanya jika tidak membalasnya, “Terima kasih pak.”

“Ah, iya pak, ini teman-teman saya.”

“Salam kenal buat kalian,” sapa Ben.

“Silahkan duduk pak,” ucap Clara pelan gugup luar biasa, jujur saat ini ia ingin menghilang dari muka bumi terlebih dia berhadapan dengan boss nya itu mengenakan bikini super sexy pilihannya. Sementara pak Ben mengenakan pakaian super rapi, sangat tidak etis sekali jika dipandang.

“Terima kasih.”

Clara melihat Ben duduk tepat di sebelahnya, ia melihat sahabatnya mengambil di kursi di sebalah. Ia merasa tidak nyaman berada di sini, ia melihat Felix dan Bianca sedang melakukan transaksi berada di meja sebelah, sementara dirinya di sini di samping Ben. Tiba-tiba keringat dinginnya keluar karena ketar-ketir, apa yang harus ia lakukan.

“Kenapa pak Ben ada di sini?” Tanya Clara, membuka topik pembicaraan.

“Saya, Felix dan Tobias memang ngumpul di sini untuk minum bersama. Kebetulan sudah lama tidak bertemu.”

“Hemmm.”

Ben menatap Clara cukup serius, “Are you ready?” Tanya Ben.

Clara terdiam beberapa detik, “Ah, ya, saya selalu ready setiap hari pak.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel