Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 1

HAPPY READING

***

"Waktunya pesta kolam renang!" Teriak Clara bersama teman-temannya, mereka langsung menyebur ke kolam renang dan berenang ke sana ke mari dengan berbagai gaya.

Pada bulan Februari tanggal 17 adalah ulang tahunnya ke 26. Hari ini ia dan teman-teman SMA nya seperti Iren, Lovita, Angel, dan Bianca. Ah ya teman-temannya ini adalah sahabat-sahabat lamanya yang berteman hingga sekarang.

Total 5 orang termasuk dirinya. Iren yang berprofesi sebagai DJ di sebuah club ternama, Lovita manager marketing di bank Central, Angel dan Bianca profesinya tidak jelas, yang ia tahu bahwa kedua sahabatnya itu menjalankan open BO daring secara pribadi dan itu mereka kerjakan sudah bertahun-tahun lamanya. Karena menurut sahabatnya bahwa mereka dengan sangat mudah mendapatkan uang dalam satu malam.

Menurutnya kedua sahabatnya itu sangat cantik, bahkan lebih cantik dari dirinya. Bianca itu wajahnya seperti Nia Ramadhani yang artis super cantik yang dipersunting salah satu konglomerat di Jakarta. Matanya cantik, badannya tinggi proporsional, dan kulitnya putih. Katanya Bianca dan Angel mereka hanya melayani orang kaya saja. Kebanyakan pejabat dan pengusaha sudah mengenal mereka dengan sangat baik, pada dasarnya mereka lebih sopan, tidak kurang ajar dan memberi tip besar setiap sesi permainan.

Ia sudah membayangkan bagaimana sahabatnya bekerja, katanya mereka sudah melakukan semua posisi, pijat ala soapland film porn Jepang, threesome dengan 2 perempuan ini karena atas permintaan client, doggy style di balkon hotel dan variasi lainnya. Para client tidak malu mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Jangan harap ada blow job, jika tidak diminta. Angel dan Bianca mewujudkan semua fantasi seksual client, alasan yang menggunakan jasa mereka itu simple karena ingin mencari sensasi dan service yang full. Ah sudahlah, selama sahabat-sahabatnya itu masih baik, setia, dan loyal, mereka tetap menjadi bestie.

Ia mengobservasi hotel ini, menurutnya tempat ini memiliki fasilitas yang bagus dan memiliki private pool. Mereka sudah meminta ijin pada pihak hotel untuk berenang pada malam hari. Sementara teman-temannya patungan untuk membeli beberapa wine, kue ulang tahun dan menu dinner utama dari hotel. Semua itu sudah mereka persiapkan jauh-jauh hari.

Kolam renang di sini menjadi daya tarik utama di hotel ini karena bertema forest hill. Ia melihat ada beberapa pengujung yang lewat depan pool memperhatikan mereka. Mungkin mereka berlima mengenakan bikini layaknya seperti di pantai. Ini di kolam renang, memang sudah sepantasnya mengenakan bikini seperti ini.

Happy birthday to you

Happy birthday to you

Happy birthday dear Clara

Happy birthday to you.

Ucap sahabat-sahabatnya sambil membawa kue ulang tahun. Clara tersenyum bahagia karena sekarang ia masih diberi kesempatan untuk merayakan ulang tahun ke 26 bersama sahabat-sahabatnya, namun tetap masih sendiri. Ia lalu meniup lilin, di susul dengan tepuk tangan meriah. Mereka semua saling berpelukan mengucapkan selamat kepadanya.

“Make a wish dulu dong,” ucap Bianca.

Clara memejamkan, ia berdoa dalam hati ia hanya minta menikah dengan orang kaya raya. Ia juga pengen punya minimarket paling tidak seperti Alfamart atau Indomaret sendiri. Atau punya bisnis shopee yang yang ramenya bukan main, jumlah pesanan hingga ribuan perhari. Itu saja doa sederhana yang ia panjatkan, syukur-syukur dikabulkan oleh Tuhan.

Clara membuka matanya, dan meniup lilin itu. Mereka melangkah menuju gazebo, di sana makan utama mereka sudah tersedia. Mereka duduk di sana dengan bikini basah, mereka berlima memang tahu bagaimana caranya bersenang-senang. Tidak peduli dengan orang-orang menganggap mereka wanita nakal, atau apa, toh mereka tidak merugikan siapapun di sini.

“Lo tau nggak sih?” Ucap Bianca memulai membuka obrolan.

“Apa-apa!” Tanya Angel dengan cekikikan.

“Mantan gue yang mokondo itu mau balikan sama gue!”

“Si Michael itu?”

“Iya, kemarin tau sendiri deh, mau ketemu gue. Ketemuan deh sama dia di mall Kokas. Eh, taunya dia mau balikan sama gue, dia minta maaf gue karena dulu mainin gue.”

“Terus lo gimana?” Tanya Clara, ia memasukan steak ke dalam mulutnya.

“Ya gue ogah, gue tinggalin aja dia.”

“Jangan mau lah, inget nggak sih? Dia bawa lo terus di dalamnya ada selingkuhannya,” dengus Lovita, karena mengingat itu ia menjadi gerah sendiri, kok ada laki-laki tidak tahu diri seperti itu.

“Tau tuh, ganteng kagak, mokondo iya.”

“Udah ah, jangan dibahas lagi, gue kalau inget dia, sakit hati.”

Mereka tertawa, ia tahu betul siapa mantannya Bianca, dia bernama Michael yang bekerja di salah satu bank swasta. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja, berhubung si Bianca ini bucinnya kebangetan, apa-apa untuk sang pacar. Padahal mereka sudah memperingatkan berkali-kali, hanya saja Bianca itu batu, nggak bisa dikasih tau. Michael juga tidak tahu diri, pinjam uang dengan Bianca yang katanya untuk keperluan ini itu, tau-tau tidak pernah dibayar.

“Kayaknya ada yang kurang deh,” ucap Iren melupakan sejenak tentang Michael.

“Kurang apa?”

Iren mengambil botol wine di meja, “Kurang music sama wine,” ucap Iren tertawa, ia menuangkan wine itu di gelas bertangkai tinggi di gelas mereka.

“Ingat ya lo pada, jangan sampe mabok,” ucap Clara memperingati.

“Palingan lo yang mabok,” timpal Bianca diselingi tawa. Obrolan mereka semakin panas dan seru, sambil menyantap makan malam di tepi kolam.

Clara menatap para sahabatnya, ia senang bisa berbagi dengan mereka di acara ulang tahun ini harusnya menjadi sesuatu yang manis berkumpul dengan keluarga. Namun sayangnya tidak ia rasakan, hanya sahabatnya lah mereka bisa berbagi. Sophia saudaranya itu memiliki kehidupan pribadi dan tidak mau tahu urusannya, karena mereka sama-sama dewasa dan tidak serumah.

Sejujurnya ia ingin mendapat bouquet bunga yang besar di acara ulang tahunnya. Tapi apalah daya, ia sendiri tidak punya pasangan. KataSophia kalau dirinya jangan buru-buru menikah. Kejar karir dan senang-senang dulu, nikmati masa muda. Kalau sudah menikah maka akan terkurung dalam sangkar, tidak sebebas single. Belajar dari pengalaman orang tua yang bercerai, dunia pernikahan itu tidaklah seromantis film dan novel romance. Semua itu ia benarkan.

***

Ben duduk di kursi bar, sambil meneguk beer. Ia mendengar dentuman music dari segala sisi. Ia melirik sahabatnya di sampingnya, ada Felix dan Tobias yang sedang duduk. Malam ini mereka mereka memang sengaja bertemu di bar ini. Melupakan sejenak tentang pekerjanyaan, agar pikiran rileks.. Mereka bertiga sama-sama tidak memiliki pasangan, bukan tidak laku karena memang belum mendapatkan pasangan yang pas.

Mereka sudah kehabisan topik pembahasan, awalnya mereka membahas topik bisnis namun terlalu membosankan membahas itu-itu saja. Sementara Ben menatap fokus makanan yang ada di piring, keramik putih serta sendok garpu berwarna emas, ini hanya porsi kecil berisi chiken wings yang digoreng sedemikian rupa, lalu di tata. Jika dihitung ini hanya 2% dari harga yang di jual. Secuil makanan yang tidak mengenyangkan dibandrol dengan harga yang tidak masuk akal.

Ben tahu kalau ini bukan soal makan melainkan seni. Salah satunya bersosialisasi, kumpul bersama teman, service bak raja, bukan sekedar menyajikan makanan. Intinya di dalam ilmu marketing ada namanya core product, tangible product dan intangible product. Membahas marketing seperti ini, ia teringat dengan Clara karyawannya, dia sangat komunikatif, pantas saja dia bisa menjadi manager diusia muda.

“Bosen?” Tanya Felix ia menatap Tobias dan Ben, mereka adalah pria-pria dewasa yang memerlukan koneksi seksual terkadang diperlukan untuk hidup menjadi lebih rileks. Gairah seks ini dipicu oleh pikiran dirinya yang tiba-tiba. Baginya seks itu seperti rasa lapar, keinginan untuk melakukan, seolah ingin menyemil cokelat yang lezat.

“Kenapa?”

“I thought, gue mau making love malam ini,” ucap Felix to the point, ia menatap layar ponselnya ia membuka aplikasi berwarna hijau, otomatis radar tersambung di segala sisi. Ia melihat ke arah layar ponsel di sana ia menemukan beberapa wanita terdekat yang tersambung di dalamnya hanya ada beberapa jarak sekitar 100 meter darinya. Ia melihat ada beberapa wanita cantik di aplikasi itu. Tatapannya tertuju pada salah satu wanita bernama Bianca, dia berfoto menggunakan bikini berwarna merah, wajahnya sangat cantik seperti artis ternama, rambutnya bergelombang berwarna coklat terang. Ditambah dengan hidungnya mancung dan matanya bulat.

“Are you kidding?” Ucap Ben menatap Felix, sambil meneguk beer nya.

“Come on, ini hotel bintang lima men. Pasti nggak sembaranganlah. Cantik nggak?” Tanya Felix memperlihatkan foto seorang wanita yang mengenakan bikini berwarna merah, dengan status ready, cleavage payudaranya terlihat jelas.

“Cantik,” ucap Tobias ia ikut melihat wanita yang ada di dalam layar ponsel dan ia mengakui kalau memang cantik.

“Lo mau?” Tanya Tobias.

“Kalau ini real, oke. Gue bayar mahal,” ucap Felix.

Ben menatap Tobias, “Lo?”

Tobias menarik nafas, ia akui kalau wanita yang diperlihatkan Felix itu sangat cantik. Ia tahu bahwa wanita itu pasti termasuk katagori level high class dalam bisnis prositusi.

“Gue nggak. Lo berdua aja kalau mau,” tolak Tobias, ia memang sedikit anti dengan namanya prositusi, ia lebih baik melakukannya dengan wanita-wanita yang ia kenal, apa salahnya sedikit menggoda dan menyapa. Lagian masih banyak wanita yang ia kenal ingin berkencan dengannya.

“Ada nih juga namanya Angel,” ucap Felix memperlihatkan kepada Ben.

Ben memandang seorang wanita berambut coklat terang, mengenakan bikini berwarna putih. Tidak kalah cantiknya dengan wanita bernama Bianca itu. Ia mereka seperti foto di tempat yang sama, ia yakin mereka berdua masuk dalam satu circle yang sering open di sini. Mereka terlihat sangat mahal, bulu mata lenting, alis terukir indah, dan hidung mancung.

“Come on, let's have fun tonight,” ucap Felix.

“Itu berdua artis?” Tanya Ben penasaran, karena ia mengakui kalau wajahnya memang mirip artis, mungkin karena treatmen mereka yang sangat mahal.

“Bukan sih kayaknya.”

“Buka tarif berapa?” Tanya Ben penasaran.

Felix menatap layar ponsel, ia menanyakan berapa tarif di room chat. Tidak berapa lama kemudian, mendapat balasan cepat dari wanita bernama Bianca,

“15 juta sekali kencan,” ucap Felix.

Alis Ben terangkat ia tertawa, “Lo mau?”

“Kalau gue oke sih,” menyeringai nakal.

“Tanya dia ada di mana?”

Felix bertanya, posisi wanita itu di mana untuk melakukan transaksi malam ini, ia mendapat balasan dari wanita itu, “Posisi nya sekarang ada di pool.”

“Kita sekarang ke sana?” ucap Felix menepuk bahu kedua sahabatnya.

“Come on men. Kalau lo berdua nggak oke, setidaknya temenin gue ke sana.”

Tobias dan Ben mengangguk, “Okey, kita ke sana.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel