11
"Lyoraaa ada apa naaak, ada apaaa, mau ke mana?" mama Lyora menatap kebingungan anaknya yang memasukkan beberapa baju dalam tas kecil, hanya tas jinjing yang ia bawa. Karena sebagian besar bajunya masih di rumah Cassandra.
Lyora tak menyahut, setelah semua siap, ia peluk mamanya dengan tangisan memilukan, lalu papanya masuk menatap wajah Lyora dengan penuh kawatir.
"Ada apa Lyora? Mau ke mana, kami baru saja menikmati kebersamaan denganmu,"
"Mama, papa...Ly mau kembali ke Singapura, tak ada yang bisa aku perjuangkan di sini," suara Lyora berbaur dengan tangisannya.
"Nayaka, bukankah kalian merencanakan segera menikah? Papa tahu kalian saling mencintai, lalu ada apa?" papa Lyora semakin kebingungan.
"Papa dan mama tanya sendiri, aku tak sanggup menceritakannya, biarkan aku pergi," tangis Lyora semakin jadi.
"Lalu Nefertiti, kakakmu mengamanatkan padamu, agar kamu mengasuhnya," ujar mama Lyora dengan wajah sedih.
"Biarkan aku tenang dulu mama, aku pasti akan mengambil Nefertiti, akan aku asuh dia sesuai kemauan kakak, Ly pergi ma, paaa,"
Lyora menyeret langkahnya menuju pintu, tak lama datang dengan tergesa Nayaka dan berlutut di hadapan Lyora, sementara papa dan mama Lyora memandang keduanya dengan bingung.
"Jangan pergi Ly, jangan pergi, aku mencintaimu, aku menderita saat kau menghilang, hanya kau wanita yang aku cintai Ly," tangisan Nayaka tak mampu menghentikan langkah Lyora, ia tepis tangan Nayaka yang memegang kakinya.
"Ada kehidupan baru menantimu, kau jangan jadi pria brengsek, itu anakmu dan kau harus bertanggung jawab," ujar Lyora dengan tangis terisak.
Papa dan mama Lyora terperangah.
"Ada apa ini? Siapa yang punya anak? Katakan dengan jelas Ly, Nayaka? Ada apa?" teriak papa Lyora.
Muncul Anya dengan wajah sedih, berjalan perlahan dari balik pintu besar itu.
"Ly, lo jangan pergi, dia cuman cinta ke lo, gue juga gak cinta ke dia, dia ngelakuin ini ke gue pas dia mabok, dia manggil nama lo, aku juga gak mau dinikahin dia, jangan pergi Ly," ujar Anya dengan suara bergetar. Meski bertentangan dengan hatinya ia harus meyakinkan Lyora.
"Ya Allah anakkuuu," mama Lyora menangis memeluk Lyora.
Papa Lyora nampak memerah wajahnya.
"Pergi kau Nayaka, pergi kataku, kau juga, pergi dari sini, teganya kalian pada anakku, kau bahkan aku anggap seperti anakku sendiri Anya, PERGIIIII," suara papa Lyora terdengar menggelegar.
Nayaka berdiri dengan mata basah.
"Om lupa? Siapa yang membuat masalah ini ada? Seandainya om tak menyuruh saya menikahi Lyona yang terlanjur hamil dengan pacarnya, maka Lyora takkan menghilang, saya takkan depresi karena merasa kehilangan Lyora, dan takkan lari pada pada minuman keras, hingga tanpa sadar saya melakukannya pada Anya, lalu siapa yang salah dalam hal ini?"
"Lalu kau mau menyalahkan kami? Bukankah kami berjanji akan mengembalikan Lyora padamu? Kau lari pada minuman keras karena ulahmu sendiri, bukan kami yang menyodorkan itu ke mulutmu, kamu yang tidak bersabar" teriak papa Lyora.
"Cukuuup cukuuuup, pergi kalian, dalam sisa hidupku aku tak ingin melihat kalian, pergiiii, pergiiii," teriak Lyora.
Papa Lyora berusaha mendorong Nayaka dan Anya ke luar, mama Lyora mengikuti suaminya dari belakang sambil menangis.
Sementara Lyora merogoh ponsel dari saku celananya. Lalu mencari nomor seseorang dan menelepon.
Yaaa Halooo
Chaaal di mana kamu Chaaal
Lyo, ada apa? Mengapa menangis?
Kau di mana? Kau di mana? Katakan
Akuuu aku di bandara, bersiap kembali ke Brisbanne..
Tunggu aku, tunggu aku, aku ikut kamu, bawa aku Chal, ke mana pun..
****
Chaldera menggenggam ponselnya dengan mata terpejam, lalu membuka matanya menatap sekali lagi ponselnya.
Terima kasih Tuhan, aku tak tahu apa yang terjadi...tapi terima kasih kau membawanya kembali ke sisi ku...
****
Perjalanan yang menyesakkan dada bagi Lyora, karena sepanjang perjalanan ia menangis di pesawat.
Sampai wanita yang duduk di sebelahnya menoleh dan mengusap bahunya.
"Anda baik-baik saja?" tanyanya kawatir.
"Yah saya berusaha baik-baik saja," sahut Lyora.
****
"Kok kakak kembali? Ada apa?" tanya Cassandra.
"Besok aku akan nyusul karena ini masih ada yang akan aku selesaikan, kenapa kembali kak?" Cassandra penasaran karena melihat wajah kakaknya kembali bersinar setelah semalam hanya diam membisu.
"Menunggu bungaku kembali?" sahut Chal dan Cassandra penasaran.
Chal masuk kembali ke kamarnya meletakkan travel bagnya dan merebahkan dirinya di kasur.
Ia memejamkan matanya dan membukanya kembali saat kasur bergerak dan adiknya memukul perutnya.
"Duh apaan sih Cas?" tanya Chal kesal.
"Kakak ngomong gak jelas," ujar Cassandra.
"Ntar lagi semuanya jelas, sana ke luar, aku mau ganti baju," ujar Chal.
****
Dini hari Lyora baru menginjakkan kakinya di rumah nan nyaman itu lagi, rumah yang selalu terbuka saat hatinya perlu penyembuhan.
Perlahan ia buka pintu dan melihat Chaldera yang duduk menyesap kopi, lalu meletakkan kopinya di meja, berdiri dan melangkah pelan menuju Lyora yang masih memandangnya dengan tatapan sendu setelah tak henti tangis, saat mereka telah dekat, Chal dapat melihat mata Ly yang sembab.
Ly melepaskan tas jinjingnya dari genggamannya. Mata mereka saling beradu pandang, sebelum bibir Ly terbuka, Chal merengkuh kepala Ly ke dadanya, Lyora terisak di sana.
"Welcome home Ly, rumahmu di sini, di dadaku, di hatiku," Chaldera memejamkan matanya mengeratkan pelukannya. Ia berjanji tak akan pernah membiarkan Ly pergi lagi.
"Chaaaal bawa aku pergi ke manapun, aku akan ikut ke mana kamu pergi," bisik Ly parau di sela-sela tangisnya.
"Yah, kita akan selalu bersama Ly, my Lily," Chal menghirup aroma rambut Ly sambil memejamkan matanya.
Cassandra kaget saat melihat keduanya berpelukan, ia antara sadar dan tidak karena baru saja bangun tidur, ia terbangun karena mendengar pintu depan terbuka tadi.
"Ly... kamuu..," ujar Cassandra.
Lyora melepas pelukan Chaldera dan bergegas memeluk Cassandra.
"Nayaka Cas..Nayakaaaa...," tangisan Ly kembali menjadi. Cassandra mengusap rambut sahabatnya.
"Kenapa dia Ly, kenapaaa..?" tanya Cassandra.
"Aku harus rela lepasin dia, dia harus bertanggung jawab pada sahabatku, ada calon bayi yang harus mereka pertanggung jawabkan," sahut Lyora lirih sambil terus terisak.
"Ya Allah Ly, sabar Ly, aku sama kakak di sisimu, kamu harus sabar ya, bawak sholat ya, cobaan kamu gini amat, kamu ikut kami besok ke Brisbanne mau? ketemu mama papa di sana, tapi kamu ijin dulu sama prof. Lee, kayaknya dia masih di Surabaya, iya kan kak? kita bareng aja bertiga gimana?" tanya Cassandra.
"Yah gak papa, sekalian aku ngenalin Ly ke papa dan mama sebagai calon istriku," sahut Chal.
Lyora dan Cassandra terbelalak kaget.
