Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10

Selama penerbangan pikiran Lyora masih pada Chaldera, tatapan matanya yang memelas, namun ia tersentak saat tangannya digenggam Nayaka.

Lalu Nayaka merengkuh kepala Lyora dan menciuminya.

"Terima kasih kau pulang Ly, aku menunggumu dengan kawatir, kawatir kau benar-benar hilang, kita akan segera menikah Ly, menikah, mau kan?"

"Yah, kita segera menikah Ka," Lyora menyandarkan kepalanya pada bahu Nayaka.

Keduanya larut dalam rasa rindu yang teramat dalam

****

"Kakak baik-baik saja?" suara Cas terdengar hati-hati saat melihat kakankya yang duduk menyendiri di kamar Ly.

"Aku ditinggal lagi Cas," sahut Chal pelan.

"Tapi kakak kan belum cinta banget sama Ly kan?" tanya Cas lagi.

"Dia berbeda Cas, dia masih sangat lugu dalam hubungan laki-laki dan perempuan, aku menyukai kecerdasannya juga keluguannya saat kami sangat dekat, meski baru mengenal dan cinta yang tak terlalu dalam, rasanya tetap sakit saat ia memilih pergi," sahut Chaldera menghela napas berat.

****

Sesampainya di rumah, Ly memasuki kamarnya. Melihat semuanya tetap pada tempatnya.

"Terima kasih kau mau pulang nak, lihatlah keponakanmu, ada di kamar kami," ujar papa Lyora yang melihat anaknya masih saja melamun.

"Yah, aku masih kaget papa dengan semua kejadian yang seolah mempermainkan nasibku, aku hanya berpikir mengapa papa dan mama tak menghubungiku, langsung menikahkan kak Lyona dengan Nayaka," ujar Ly berusaha tahu alasan orang tuanya.

"Kami kawatir kau takkan mau, dan kami juga yakin Nayaka takkan mampu menolak, ia iba melihat kakakmu yang terlihat putus asa, setelah menikah mereka tak pernah bertemu Ly, Nayaka yang bingung mencarimu, dan kakakmu yang merasa bersalah karena kamu menghilang, ah sudahlah, lihatlah sana Nefertiti di kamar kami,"

****

Ly menggendong keponakannya yang cantik, terlelap dengan wajah damai.

Ia menciumi keponakannya yang tidak terlihat sama sekali wajah kakaknya di sana, apa mungkin karena masih bayi hingga bisa berubah seiring berjalannya usia .

****

Setelah menidurkan keponakannya, Ly melangkah masuk ke kamarnya lagi, menatap komputer di kamarnya yang tetap terawat baik.

Entah mengapa ia terpikir untuk menghidupkan pc itu. Melihat email yang masuk dan tersentak saat melihat beberapa email dari Anya.

Selama menghilang dari keluarganya Lyora memang membuat akun email baru.

Ia membaca satu persatu dan tersenyum. Dari email Anya, ia tahu bawah Anya berusaha menghubunginya, mengabarkan semua perkembangan yang terjadi dalam keluarganya.

"Kau sahabat setiaku Nya," bisik Lyora dengan mata berkaca-kaca.

****

"Mau ke mana Ly?" tanya mamanya yang melihat Lyora telah berganti baju.

"Ly kangen Anya ma, aku ingin ke sana sebentar, pinjam mobil papa, boleh?" tanya Ly.

"Oh ya itu kuncinya tergantung seperti biasa, hati-hati Ly, kok pake jaket sih, di sini panas loh,"

"Iya mama gak papa, kebiasaan kali,"

****

Saat Lyora menepikan mobil di depan rumah Anya, ia kaget melihat Nayaka yang juga baru saja turun dari mobilnya. Bagaimana mungkin Nayaka tahu jika ia akan ke rumah Anya.

"Nayakaaa," Lyora berteriak dan Nayaka kaget, ia tak mengira Lyora juga hendak menemui Anya, sore ini Anya akan memeriksakan kandungannya dan Nayaka berjanji akan mengantarkan meski Anya tetap tak mau diantar.

Ly bergegas mendekati Nayaka yang terlihat gugup.

"Kok tahu aku mau ke sini?" tanya Nayaka.

"Nggak sengaja, aku nggak mau ke Anya kok, ada yang mau aku beli ke cafe depan," ujar Nayaka sekenanya.

"Kamu koki, pinter masak punya banyak cafe, ngapain ke sana?" tanya Ly agak heran juga.

"Nyoba aja, siapa tahu ada hal menarik di sana buat ide masak," ujar Nayaka.

"Ayo ikut aku?"

"Nggak, aku mau ketemu Anya, aku kangen, ia sahabat terbaikku, dia selalu ada saat aku susah dan senang, eh iya, ikut aku dululah Ka, nanti aku ikut kamu ke cafe itu, ayolah Kaaa,"

Dan Nayaka tak bisa menolak.

****

"LY?"

"ANYAAAA,"

Keduanya berpelukan lama, Lyora menangis haru, sedang Anya gugup, menatap Nayaka dengan tatapan bingung.

Setelah melepas pelukan, Lyora menangkup pipi Anya.

"Lo kurusan Nya, sakit?" tanya Lyora.

"Ah nggak Ly, kurang makan aja kali, ayuk ah duduk,"

Anya menarik Lyora duduk di sofa ruang tamu. Lyora melihat Anya dari atas ke bawah.

"Lo mau pergi?" ujar Lyora sambil melepas kacamatanya dan meletakkan di meja.

"Ah nggak Ly, hanya mau beli sesuatu aja ke depan," sahut Anya pelan.

"Lo kok beda sih Nya, lebih diem aja, kagak biasanya kalo ma gue, eh tadi kaget gue liat Nayaka di depan pagar rumah lo, gue pikir ngapain ke rumah lo eh ternyata mau nyoba cafe depan dia," ujar Lyora sambil tersenyum dan Nayaka berusaha tertawa meski terlihat gugup.

"Ayo kita bertiga ngemil di cafe depan yuk, yuk Nya,"

****

Saat mereka bertiga telah duduk, datang waiter membawa menu. Nayaka memilihkan untuk mereka bertiga.

"Eh kak, maaf ya yang kapan hari saya gak sengaja kena mobil kakak, pas kalian baru ke luar dari mobil, kena spionnya sih, dan makasih kakak dah nggak minta ganti," ujar waiter itu pada Nayaka.

Lyona bingung dan menatap waiter yang masih berdiri.

"Kamu bilang sama siapa?" tanya Lyora.

"Sama kakak ini berdua, kan mereka baru turun dari mobil saya gak hati-hati jadinya...,"

"Ini pesanan kami, kami tunggu," Nayaka memberikan pesanannnya dan waiter itu terlihat bingung saat Nayaka menyuruhnya pergi.

"Kalian ke luar berdua? Ngapain?" tanya Lyora heran.

"Dia salah orang, ngapain juga aku bareng Anya, gak penting kan?" ujar Nayaka dan Lyora mengangguk. Sedang Anya sekuat tenaga berusaha menahan gemuruh dadanya.

Yah gue emang gak penting buat lo ka..

"Eh Iya, Nya, kami akan segera menikah, lo sahabat terbaik gue, pokok lo harus ada disetiap persiapan pernikahan gue dan Nayaka ya Nya?"

"Iya Ly, pasti gue akan selalu ada untuk lo," Anya berusaha tersenyum.

Akhirnya pesanan mereka datang.

Gue akan besarkan anak ini sendiri ka,tanpa lo..

****

"Ok, gue pulang ya Nya, makasih mau gabung sama gue dan Nayaka,"

Anya mengangguk dan masuk ke dalam rumahnya.

"Tumben Anya pendiam ya Ka?" ujar Lyora menatap punggung sahabatnya yang menghilang di balik pagar rumahnya.

"Ok aku pulang ya Ka, kamu mau ke mana?" tanya Lyora.

"Mau pulang juga, yaudah ayo barengan," ajak Nayaka.

Mobil mereka melaju beriringan. Sampai diperempatan mereka berpisah.

Tak lama Lyora sadar jika kacamatanya tertingal di rumah Anya, dia memutar balik mobilnya menuju rumah Anya lagi.

Namuan dari jauh ia melihat mobil Nayaka lagi di depan rumah Anya, Lyora merasakan dadanya bergemuruh.

Ia hentikan agak jauh dan terhalang mobil lain di depannya.

Tak lama Nayaka ke luar, terlihat menarik paksa Anya dan sedikit mendorong ke dalam mobilnya.

Wajah keduanya sama-sama terlihat marah.

Ada apaaa diantara mereka..pikir Lyora.

****

Mobil Nayaka melaju dengan kecepatan sedang dan mobil Lyora mengikuti dari jarak yang benar-benar ia jaga.

Hingga akhirnya sampai di tempat tujuan dan badan Lyora bergetar, tangannya serasa tak bertulang namun ia berusaha kuat.

Di pintu depan tertulis besar dr. Heru Alamsyah, Sp. Og.

Apa yang terjadi diantara kalian, Anya, Nayaka, apakah ini mimpi ya Tuhaaan

****

Lyora menguatkan langkahnya mencoba menemukan sendiri kenyataan dibalik teka-teki yang membingungkan. Dia berusaha bersembunyi diantara pasien yang lain. Dia beruntung membawa jaket dengan cappucon sebagai penutup kepalanya.

****

"Ibu Anyaaa, silakan...,"

Anya dan Nayaka masuk beriringan. Saat mereka baru saja duduk tiba-tiba pintu terbuka dan..

"Saya sudah melarang dok, tapi dia maksa masuk," ujar perawat yang bertugas dibagian pendaftaran.

Wajah Anya dan Nayaka memucat.

"Maaf ibu, ibu bisa mendaftar dulu dan tunggu di luar," ujar dr. Heru dengan sabar.

"Saya hanya ingin bertanya dok, teman saya ini hamil?" tanya Lyora dengan suara bergetar dan dokter Heru mengangguk.

"Iya dan ini suaminya," sahut dr. Heru lagi.

"Lyoraaaaa tungguuuuu," teriakan Nayaka tak mampu menghentikan langkah Lyora yang berlari sekuat yang ia mampu.

Chaaaal...Chalderaaaa..di mana kamu Chaaaal...

Lyora berlari dengan air mata yang terus mengalir. Hingga akhirnya ia kelelahan dan jatuh, Lyora menangis, Nayaka mendekat dan akan menyentuh bahunya.

"MENJAUH DARIKU, JANGAN SENTUH AKU," teriakan histeris Lyora berbalut tangis.

"Lyora dengarkan aku,"

"ANAKMU KAN? ITU ANAKMU?

"YAAA ITU ANAKKU, tapi dengarkan aku, dengarkan aku Ly, aku mohon,"

Keduanya menangis tergugu.

"Pergilah Ka, pergilah, selesai sudah, tak ada yang perlu kita perjuangkan,"

Nayaka bangkit, mengusap air matanya. Sebelum melanjutkan langkahnya ia masih bergumam.

"Akulah korban yang sesungguhnya Ly, seandainya tak menikah dengan kakakmu, kau takkan menghilang, dan aku takkan depresi hingga Anya menjadi pelampiasan saat aku sedang mabuk,"

"Pergilah, ada nyawa baru yang menantimu,"

Tangis Lyora semakin menjadi, ia pukul dadanya berkali-kali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel