12
Lyora memasukkan beberapa baju ke dalam travel bag yang akan ia bawa ke Brisbane bersama Cassandra dan Chaldera.
Tiba-tiba bahunya ada yang menyentuh. Ly menoleh dan mendapati wajah Chaldera yang menatapnya kawatir.
"Bawalah baju seminggu, aku sudah ijin pada Lee, dan dia maklum akan keadaanmu, di kantor konsultan milik Lee kan masih ada beberapa karyawan lain yang bisa menghandle pekerjaan kita," ujar Chaldera
"Seminggu? Apakah tidak terlalu lama?" tanya Ly dengan suara mengambang.
"Kita lihat saja, jika kau tak kerasan kita bisa pulang lebih awal,"
Ly hanya mengangguk, dan Chaldera meraih kepala Ly ke dadanya.
"Makasih kau mau menungguku Chal, makasih kau tak meninggalkanku," Lyora kembali menangis.
"Aku akan selalu ada untukmu, kita bisa mulai pelan-pelan, aku tak menuntutmu harus secepatnya mencintaiku, aku akan bersabar di sisimu Ly, kau dan aku berhak bahagia, kita sama-sama disakiti, kita harus saling menyembuhkan," Chaldera mengusap punggung Lyora.
****
"Lo puas lihat gue hancur sama Nya, lo tahu, gue gak bodoh, gue tahu lo suka ke gue lama, lo cuman muna aja bilang gak suka sama gue,"
Ujar Nayaka keesokan harinya, saat Nayaka mendatangi Anya lagi.
"Lo masih aja ngebacot, lo dah merkosa gue, gue dah rusak, kalo lo gak ngawinin gue gak masalah, gue gak butuh lo, tapi jangan harap ntar anak ni bisa ngenal lo kalo lo gak ngawinin gue," ujar Anya.
"Heh dikira gue gak tahu akal lo, lo busuk," teriak Nayaka.
"Sama, lo juga busuk, merkosa gue seenak selangkangan lo, pergi sana gue gak pingin liat muka lo," ujar Anya tak kalah sengit.
Nayaka ke luar dari rumah Anya, dadanya terasa sakit ia memang brengsek, tapi ia tak ingin anak itu tak punya papa, orang tuanya mengajarkan apa arti tanggung jawab.
Tapi Nayaka berpikir mampukah ia hidup dalam neraka rumah tangga? Menikahi wanita yang tak sengaja ia buat hamil?
Sementara setelah Nayaka pergi, Anya menangis, tubuhnya luruh di lantai.
"Kaaaa, gue suka loooo, gue pengen kita hidup bersama, nikahin gue Kaaaa, anak ini jangan kayak gueee jangan Kaaaa, gue tahu gimana rasanya berharap punya papa, gue gak ingin dia hanya melihat papanya dari jauh, meski semua bisa gue beli tapi cinta papa nggak pernah bisa gue dapatkan,"
"Maapin gue Ly, lo sahabat gue, selamanya lo sahabat gue, gue juga gak ingin hamil anak Nayaka, gue gak ingin ini terjadi tapi ini jalan hidup gue yang nyeret gue kek giniiii, seandainya bisa gue ingin Nayaka yang mencintai gue, bukan gue yang tergila-gila ke dia, maapin gue Ly, gue yakin lo gak akan pernah balik ke Nayaka, boleh gue ambil dia ya Ly, boleh ya Ly?"
Anya terus menangis meraung dan sesekali mengusap perutnya yang masih rata.
****
Dalam pesawat, Chaldera melihat Lyora yang masih saja menerawang, sesekali mengerjab dan menghela napas.
"Kenapa? Tidurlah, ini perjalanan panjang, kurang lebih delapan jam," ujar Chaldera.
"Yah aku tahu, aku pernah berdua dengan Nayaka ke .... ,"
"Ssttt, jika kau ingin melupakannya, jangan pernah lagi kau sebut namanya lagi Lily," tangan Chaldera menggenggam erat tangan Lyora.
"Lily?" tanya Lyora dengan bingung.
"Yah kau lembut seperti bunga Lily, mendamaikan," ujar Chal sambil menatap wajah cantik Lyora yang terlihat lelah.
"Bersinarlah lagi Ly, aku tahu kau masih sakit, aku bahkan setahun baru bisa membuka hati lagi, tapi rasanya setelah aku pikir, rugi sekali aku menangisi seseorang yang aku yakin dia pasti tertawa bahagia dengan pilihannya," ujar Chal berusaha membuat Ly bangun dari dan bangkit dari kesakitannya.
"Kau tak tahu Chal bagaimana sakitnya, mereka orang yang dekat denganku, sahabatku dan pacarku, apa bisa aku melupakan mereka, banyak kenangan yang terjadi diantara kami dan gak mungkin bikin aku lupa," sahut Ly, berusaha membalas genggaman tangan Chaldera.
"Aku akan membantumu melupakan semuanya, semuanya Ly," ujar Chaldera, lalu merasakan kepala Ly yang bersandar di bahunya.
Cassandra menoleh melihat keduanya yang sejak tadi saling menguatkan, ia memang meminta pada Chaldera agar duduk terpisah. Di satu sisi Cassandra bahagia akhirnya kakaknya bisa mencintai seseorang lagi, hanya ia kawatir Lyora yang masih sangat tersakiti belum bisa membalas apa yang kakaknya rasakan.
****
"Maa, Lyora belum menghubungimu?" tanya papa Lyora.
"Tadi pa, dia pamit ikut sahabatnya ke Brisbane, aku merasa sangat berdosa padanya, sebagai mama aku ikut menyumbangkan kesedihan dalam hidupnya, pernikahan kakaknya, lalu Nayaka yang menghamili sahabatnya membuat dia akan benar-benar menjauh dari kita, lalu kehadiran Nefertiti akan menambah luka di hatinya, kehamilan Lyona meruoakan awal kesakitannya, dia pasti berpikir bahwa Nayaka dan Lyona menghianatinya saat pertama kali tahu makanya ia menghilang, dan saat kenyataan itu terbuka, dia baru saja bahagia bahwa ternyata tak ada apa-apa antara kakaknya dan Nayaka ternyata kesakitan yang sesungguhnya muncul, Anya hamil karena Nayaka, apakah karena dosa yang pernah kita lakukan di masa lalu, hingga membuat anak kita menanggung beban seperti ini?"
Perlahan isak mama Lyora terdengar, papa Lyora menyentuh bahu istrinya.
"Maafkan aku ma, aku yang tak bisa menjaga Lyora hingga ia sakit seperti ini,"
Mereka saling memeluk dalam kesedihan. Seolah terbayang dalam pikiran keduanya, bahwa dulu, berpuluh tahun lalu mereka berdua pernah menyakiti hati seorang wanita.
****
Udara berawan Brisbane menyambut mereka di bandara, mereka menunggu jemputan mobil yang akan dikirim oleh papa Chaldera.
Chaldera selalu menggenggam tangan Lyora, berusaha membuat nyaman gadis yang Chaldera yakini akan membuatnya bahagia.
****
"Mamaaaa," teriakan Cassandra saat baru saja masuk ke dalam rumah megah mereka dan disambut oleh pelukan hangat wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik.
"Mana Chaldera, Cas? mama akan memberi kejutan padanya, kejutan yang manis," ujar mama Cassandra.
"Tuh,"
Chaldera masuk dengan menggenggam tangan Lyora. Mata mama Chaldera kaget saat Chaldera menggandeng wanita yang terlihat anggun, cantik namun berwajah sedih.
"Mama, Chal membawa calon istri, Lyora, kenalkan ini mama, aku yakin kau belum pernah mengenal mama meski lama bersahabat dengan Cassandra," ujar Chaldera.
Mama Chaldera mendekati Lyora menatap wanita yang terlihat gugup di hadapannya. Lalu memeluk dan mencium pipi Lyora.
"Selamat datang Lyo,"
"Lily mama, dia lembut kan seperti bunga Lily kan?"
Tiba-tiba dari dalam muncul wanita yang terlihat sangat muda dan berlari hendak memeluk Chaldera namun terhenti saat melihat Chaldera memeluk pinggang Lyora.
"Hai Erika, perkenalkan ini Lyora calon istriku," ujar Chaldera sambil mencium pelipis Lyora.
Mata Erika mendadak mengerjab dan mundur mendekati mama Chaldera.
"Kata tante kami akan dijodohkan kok kak Chal...,"
Suara Erika terputus saat mama Chaldera memegang tangannya.
"Tante tidak tahu jika dia sudah punya pilihan sayang," ujar mama Chaldera.
"Jika kehadiran saya membuat suasana tidak nyaman, saya bisa tinggal di hotel," sahut Lyora pelan.
"Tidak Ly," sahut Chaldera dengan cepat.
"Aku yang membawamu ke sini, kau harus selalu bersamaku, takkan pernah aku biarkan kamu sendiri, jika kau memilih hotel maka aku juga akan bersamamu," ujar Chal lagi.
"Tidak sayaaang, tinggallah di sini, kau pilihan Chaldera dan aku tak mau ia sakit lagi, aku tak menduga jika Chaldera bisa jatuh cinta lagi," ujar mama Chaldera.
"Lalu gimana saya tante? Kata tante kak Chal mau dijodohin sama sayaaa," rengek Erika dan Cassandra mendengus kesal.
"Kamu sana pulang, anak manja kayak kamu bikin males kak Chal tahu,"
"Sejak awal kamu memang gak suka aku," teriak Erika sengit.
"Aku pergi saja Chal," bisik Lyora lirih.
"Tidak, kau harus bersamaku, kau tahu, aku bisa mati kalau kau pergi meninggalkanku lagi," Chaldera mengusap rambut Lyora.
Mama Chaldera bingung, di satu sisi ia bahagia anaknya telah bangkit dari kesedihan, di sisi yang lain ia telah menyepakati perjodohan dengan sahabatnya.
