Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Pengalaman Pertama

Bab 8 Pengalaman Pertama

Saat semua murid fokus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan, lain halnya dengan Alice yang malah tertidur di mejanya, Alice tertidur dengan begitu pulas, tanpa menghiraukan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan. Untung saja, Alice duduk di barisan paling belakang sehingga guru tidak menyadari jika dirinya sedang tertidur dengan pulasnya.

Aldan yang melihat wajah Alice saat tertidur pun, hanya menggelengkan kepalanya sembari tanpa sadar menyunggingkan senyuman tipisnya.

Alice yang tidak sadar jika sedang diperhatikan oleh Aldan, masih memejamkan matanya, dengan posisi wajah menghadap kepada Aldan.

Aldan tidak membangunkan Alice, karena jika ia membangunkannya, itu akan merepotkan untuknya, karena Alice akan terus bertanya kepadanya sepanjang pelajaran berlangsung, dan itu membuat Aldan merasa risih, jadi Aldan memilih untuk membiarkan Alice tertidur pulas.

Tidak terasa, jam pelajaran telah selesai, karena tadi adalah jam pelajaran yang terakhir, maka saat ini adalah jam pulang sekolah, namun Alice masih tertidur sangat nyaman, meski teman-teman sekelasnya sangat riuh saat jam pelajaran, namun tidak membuat Alice terbangun dari tidurnya.

Aldan yang masih duduk di tempatnya pun, kembali memperhatikan Alice yang tidur dengan wajah yang cantik.

Setelah semua murid di kelas itu keluar dari kelas, kini tinggal Alice dan Aldan yang tersisa di dalam kelas tersebut.

Sebenarnya Aldan ingin membangunkan Alice sebelum dirinya pulang, namun ia teringat jika ia membangunkan Alice, maka ia akan diikuti lagi oleh Alice, sehingga membuat Aldan mengurungkan niatnya untuk membangunkan Alice.

Aldan berjalan mengendap-endap seperti pencuri, agar Alice tidak terbangun karena suara langkah kakinya.

Dengan perlahan dan selangkah demi selangkah, Aldan meninggalkan Alice yang masih tertidur di mejanya.

Namun saat Aldan telah sampai pintu kelasnya, tiba-tiba Alice terbangun dari tidurnya, dan melihat sekelilingnya sudah tidak ada orang lagi, namun saat Alice melihat ke arah pintu, ia melihat Aldan yang berdiri seperti pencuri yang ketahuan.

Alice yang melihat Aldan pun, langsung terkesiap dan berniat untuk menghampiri Aldan. Namun saat itu juga, Aldan berlari dari Alice, agar Alice tidak mengikutinya.

Alice yang melihat Aldan berlari meninggalkannya pun, langsung berlari dengan keadaannya yang belum sepenuhnya sadar, karena baru saja bangun dari tidurnya.

“Aldan … tunggu aku! Kenapa kamu berlari?” teriak Alice, dengan suasana sekolah yang sudah sangat sepi, bahkan hanya tersisa dirinya dan Aldan, membuat suara Alice menggema di seluruh penjuru sekolah.

Alice berlari mengejar Aldan yang larinya lebih cepat dibanding Alice. Alice terus mengikuti Aldan. Aldan berlari menuju taman belakang sekolah, Alice yang melihat Aldan menuju taman belakang pun semakin mempercepat langkahnya.

“Aldan … kenapa kamu terus meninggalkan aku?” teriak Alice dengan nada kesal.

Namun Aldan tidak menghiraukannya, ia terus berlari agar terlepas dari Alice yang terus mengikutinya.

Sampai pada saat Aldan melihat pohon rindang, tempat biasanya ia menikmati kesendiriannya. Ia kemudian bersembunyi di balik pohon besar itu.

Karena tidak lagi mendengar suara Alice yang terus memanggilnya, membuat Aldan berpikir jika Alice sudah pergi dari sana, Aldan mengintip dengan penuh hati-hati dari balik pohon besar itu.

Aldan tidak melihat Alice di pandangannya, namun tiba-tiba.

“Dorrr!!!” Alice mengagetkan Aldan dari belakang, sembari menepuk punggung Aldan.

Membuat Aldan yang mengira Alice sudah pergi pun, kaget bukan main.

“Astaga!” teriak Aldan dengan begitu keras, sembari memegangi dadanya, dan berbalik ke belakang.

Dilihatnya, Alice sedang tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menemukan dirinya. Sementara Aldan hanya mengembuskan napas pasrah, karena ia ditemukan oleh Alice.

“Aldan … kenapa kamu terus meninggalkan aku?” tanya Alice dengan nada memelas.

Aldan yang melihat ekspresi Alice yang terlihat bersedih pun, membuat dirinya tidak tega jika setelah ini kembali meninggalkan Alice.

Aldan lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Alice, ia hanya diam dan memperhatikan wajah Alice.

“Aldan … maukah pulang bersamaku?” tanya Alice, kini bukan dengan wajah yang memelas, namun dengan wajah yang terlihat antusias.

Aldan yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena sudah tertangkap basah oleh Alice pun, hanya bisa pasrah dengan keadaannya kini.

“Aku pulang naik bis,” ucap Aldan, memberitahu Alice, yang biasanya diantar dengan mobil mewah.

Alice yang tidak pernah naik angkutan umum pun, nampak berpikir sejenak, kemudian beberapa detik setelahnya menjawab ucapan Aldan.

“Tidak apa-apa, asal aku bersamamu,” jawab Alice, dengan senyuman manis di bibirnya.

Tadinya, Alice masih ragu untuk naik angkutan umum, tetapi ia berpikir jika dirinya bersama Aldan, ia pasti akan aman dan tidak akan terjadi hal buruk kepadanya, sehingga ia memutuskan untuk tetep ikut pulang bersama Aldan.

Aldan berjalan dengan santai, meninggalkan Alice yang masih tertegun dan belum menyudahi senyuman manisnya tadi.

Melihat dirinya yang ditinggal oleh Aldan, membuat Alice langsung menyadarkan dirinya dan berlari kecil menyusul Aldan yang berjalan lebih dulu darinya.

“Aldan … tunggu aku!” ucap Alice, sembari menyetarakan langkah kaki Aldan yang lebih besar dari dirinya.

“Apa kamu benar-benar tidak bisa menungguku?” tanya Alice, yang kesulitan menyamakan langkah kakinya dengan Aldan.

“Tidak,” jawab Aldan dengan begitu dingin.

Membuat Alice mengerucutkan bibirnya, namun kemudian kembali antusias mengikuti Aldan pergi.

Sesampainya di halte depan sekolah, mereka duduk di halte untuk menunggu bis datang.

“Apakah kamu setiap hari naik angkutan umum?” tanya Alice dengan wajah yang begitu penasaran.

Namun Aldan tidak menjawab pertanyaan Alice, ia hanya terus memperhatikan ke arah datangnya bis.

“Apa rumahmu jauh?” tanya Alice lagi, namun lagi-lagi Aldan tidak menjawabnya.

“Rumah kita tidak searah, jadi aku akan mengantarmu terlebih dulu,” bukannya menjawab pertanyaan Alice, Aldan malah mengatakan hal lain kepada Alice.

Alice yang mendengar penjelasan Aldan pun, hanya mengangguk paham.

“Apakah rumahmu jauh dari sekolah?” tanya Alice, yang masih penasaran karena pertanyaannya belum dijawab oleh Aldan.

“Hmm….” Aldan hanya berdehem, membalas pertanyaan Alice yang sebenarnya malas untuk Aldan jawab.

Alice yang ditanggapi oleh Aldan meskipun hanya dengan berdehem, sudah cukup senang, karena setidaknya Aldan masih mendengarkannya.

Bukannya menyudahi pertanyaannya, Alice semakin antusias memberikan pertanyaannya kepada Aldan karena Aldan sudah menanggapi satu pertanyaannya, meskipun dengan terpaksa.

“Apakah kamu tidak punya teman?” tanya Alice.

Saat mendengar pertanyaan Alice kali ini, Aldan terlihat berpikir sejenak, namun kemudian kembali tidak menjawab pertanyaan Alice. Karena merasa ada sesuatu yang aneh dengan Aldan, Alice menjadi semakin penasaran dengannya.

“Apa--”

Belum selesai Alice mengatakan pertanyaannya kepada Aldan, bis tiba di halte tempat mereka menunggu, sehingga membuat Aldan langsung berdiri dari bangku halte.

“Naik,” ucap Aldan, memerintahkan Alice agar cepat naik ke bis yang baru saja datang.

Alice yang belum selesai menyampaikan pertanyaannya pun, terpaksa harus menuruti perintah Aldan dengan wajah kecewanya.

Kemudian Alice naik ke bis, disusul Aldan yang juga ikut naik setelah Alice.

Alice yang baru pertama kali naik angkutan umum pun menjadi bingung ia harus duduk di sebelah mana, karena saat itu banyak kursi yang kosong. Alice terdiam dan melihat semua kursi yang kosong. Aldan yang melihat Alice nampak bingung pun, langsung melewati Alice, dan berjalan menuju kursi paling belakang, tempat kesukaan Aldan.

Alice yang melihat itu pun, langsung mengikuti Aldan, dengan posisi duduk, Aldan berada di dekat jendela, dan Alice duduk di samping Aldan.

Alice duduk dan beberapa detik masih terdiam untuk beradaptasi di sana. Sehingga membuat Aldan terlihat tersenyum tipis, melihat tingkah aneh Alice.

Alice yang tidak menyadari jika dirinya berhasil membuat Aldan diam-diam tersenyum pun, hanya terdiam memperhatikan sekelilingnya, ia benar-benar baru pertama kali menaiki angkutan umum, bahkan saat di Kanada, ia tidak pernah naik angkutan umum karena ia selalu dijemput oleh sopir pribadinya.

Sungguh pengalaman pertama yang berarti untuk Alice karena bisa naik angkutan umum, ditambah bersama dengan orang yang ia sukai.

Kemudian bis berjalan, melaju menuju arah rumah Alice yang berlawanan dengan arah rumah Aldan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel