Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Tatapanmu

Bab 7 Tatapanmu

Alice menyusuri koridor kelas dengan hati yang begitu sumringah, entah kenapa perasaan Alice begitu bahagia hari ini. Sehingga siapa pun yang menyapanya pagi itu, dengan senang hati, Alice menyapa balik dengan perasaan bahagia.

Sesampainya di kelas, Alice semakin bahagia tatkala melihat Aldan sudah duduk di kursinya. Alice yang melihat itu pun, langsung berjalan dengan sedikit melompat riang melihat Aldan yang sedang memejamkan matanya, sembari mendengarkan sesuatu dari earphonenya.

Alice kemudian duduk di samping Aldan, sementara Aldan yang menyadari kedatangan Alice, malah berpura-pura tidak tahu kedatangan Alice. Membuat Alice terus menatap Aldan yang kini berposisi kepalanya yang disandarkan pada bagian belakang kursinya. Alice memperhatikan wajah Aldan yang begitu mulus dan tampan itu, sehingga membuat Alice melebarkan senyuman di bibirnya.

Aldan yang sebenarnya tahu jika Alice sedang memperhatikannya pun, langsung berakting mengerjapkan matanya, sehingga meyakinkan Alice jika dirinya benar-benar sedang tidur.

Alice yang melihat Aldan mengerjapkan matanya, langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena ia malu jika Aldan mengetahui dirinya sedang memperhatikannya sejak tadi.

Sementara Aldan yang sudah membuka mata sepenuhnya, langsung menoleh ke arah Alice. Alice yang salah tingkah, tidak berani menatap wajah Aldan yang balik memperhatikannya.

“Sepertinya sebentar lagi, guru akan segera masuk ke kelas,” ucap Alice dengan ekspresi yang terlihat salah tingkah, dan menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

“Sepertinya masih terlalu pagi,” Aldan membalas ucapan Alice, tanpa melihat ke arah Alice.

Alice yang mendengar itu pun langsung menoleh pada Aldan yang memasang wajah datar, seperti tidak terjadi apa-apa.

Alice yang malu dengan Aldan, hanya bisa terdiam tanpa menjawab balasan Aldan. Bahkan Alice tidak menyadari jika Aldan sudah mau berbicara dengannya.

Beruntung, tidak lama dari kejadian itu, guru yang akan mengisi pelajaran saat itu masuk ke kelas dan membuat Alice terselamatkan dari rasa malunya kepada Aldan.

Setelah jam pelajaran habis, tiba saatnya jam istirahat. Alice yang sudah melupakan kejadian tadi, terus menatap Aldan dengan tatapan yang begitu mengagumi sosok Aldan.

Aldan yang merasa tidak nyaman dengan sikap Alice yang terus menatapnya, membuatnya pergi meninggalkan Alice yang sedang memperhatikan Aldan tanpa berkedip pun, langsung mengerjapkan matanya, saat Aldan beranjak dari tempat duduknya.

“Aldan … mau kemana kamu?” tanya Alice dengan suara yang terdengar lantang di setiap sudut kelas.

Membuat beberapa murid yang masih tersisa, memperhatikan Aldan dan Alice, tidak terkecuali dengan Meysha yang sejak tadi memperhatikan semua yang Alice lakukan saat sedang bersama Aldan.

Sementara Aldan yang dipanggil oleh Alice tidak menghiraukannya sama sekali, sehingga membuat Alice terus mengikuti kemana langkah kaki Aldan pergi.

“Aldan … jangan tinggalkan aku!” teriak Alice kepada Aldan yang berjalan dengan begitu cepat, sehingga membuat Alice tertinggal cukup jauh dari Aldan.

Namun, Aldan yang tidak menghiraukan Alice yang terus mengejarnya pun, mempercepat langkahnya, kemudian sengaja masuk ke toilet laki-laki, agar Alice berhenti mengikutinya.

Alice yang berhasil lebih mendekat dengan Aldan pun, terdengar berjalan dengan napas yang terengah-engah. Tanpa Alice sadari, jika dirinya mengikuti Aldan ke toilet khusus laki-laki.

Namun, seketika langkah kaki Alice terhenti di ambang pintu toilet, karena Aldan berhenti tepat di sana, sehingga membuat wajah Alice menabrak dada bidang milik Aldan, dan saat itu juga, Alice langsung menghentikan langkahnya, dan mendongakkan wajahnya menatap wajah Aldan yang kini juga menatapnya.

Sepersekian detik, Alice dan Aldan saling beradu pandang, sampai saat salah satu murid datang untuk ke toilet, dan menyadarkan Alice dan Aldan yang sedang saling bertatapan.

Aldan mengerjapkan matanya, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, untuk menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu karena tatapan Alice.

“A--aku … akan ke toilet, jadi kamu tidak boleh ikut masuk, karena ini toilet khusus laki-laki,” jelas Aldan, dengan suara yang sedikit terbata-bata.

Alice yang juga masih canggung untuk menatap wajah Aldan pun, hanya menunggu di luar toilet, sementara Aldan masuk ke toilet.

Alice menunggu Aldan dengan berdiri di dekat pintu toilet, sehingga membuatnya diperhatikan oleh beberapa murid yang tidak sengaja lewat di depan toilet itu.

Setelah beberapa menit, Aldan keluar dari toilet, sehingga membuat Alice yang masih tertegun menunggu Aldan sedari tadi pun, langsung terkesiap dan memperhatikan Aldan.

Aldan yang melihat Alice masih menunggunya pun, langsung berjalan meninggalkan Alice tanpa mengatakan apapun kepada Alice.

Alice yang ditinggal begitu saja oleh Aldan pun, langsung mengikuti Aldan.

“Aldan … kenapa kamu terus meninggalkan aku?” tanya Alice, sambil mengejar Aldan yang berjalan lebih dulu di depannya.

“Aku tidak pernah memerintahkanmu untuk mengikutiku,” jawab Aldan dengan suara lantangnya.

Namun, Alice tidak gentar karena ucapan Aldan kepadanya, ia masih terus mengikuti Aldan.

Sampai Aldan menghentikan kakinya di taman belakang sekolah, tepatnya di pohon rindang yang nan hijau dan begitu sejuk, sehingga membuat siapa saja yang berada di sana akan merasakan kenyamanan, tidak terkecuali Alice yang baru pertama kali datang ke tempat itu.

Alice terdiam dan menikmati suasana sejuk yang diberikan oleh pohon rindang yang tumbuh di taman belakang sekolanya.

Sementara Aldan yang menyadari Alice yang mengejarnya sudah tidak memanggil-manggilnya lagi, langsung menoleh ke belakang, dan menemukan Alice sedang memejamkan matanya, terlihat sangat menikmati suasana di sana, dengan menghirup udara segar yang dihasilkan oleh pohon rindang itu.

“Apa kamu menyukainya?” tanya Aldan kepada Alice yang masih memejamkan matanya.

Seketika mata Alice terbuka dengan lebar, saat mendengar pertanyaan Aldan.

“Hah … maksudmu?” tanya Alice, yang merasa ambigu dengan pertanyaan Aldan.

Aldan menghela napasnya. “Apakah kamu menyukai tempat ini?” tanya Aldan, mengulang pertanyaannya, agar tidak terdengar ambigu lagi.

“Ah … ternyata itu maksudmu,” jawab Alice, sembari menganggukkan kepalanya paham.

“Ya … tentu, bahkan aku sangat menyukai tempat ini, aku baru pertama kali kemari, dan tempat ini sangat nyaman dan sejuk, sehingga membuatku merasa nyaman,” tambah Alice, memberikan penilaiannya pada tempat itu.

Aldan yang mendengar penilaian Alice pun, menganggukkan kepalanya paham, kemudian ia berjalan menuju kursi yang ada di bawah pohon rindang itu, dan Aldan duduk dengan nyaman di kursi itu.

Kemudian Alice menyusul duduk di kursi panjang yang juga ditempati oleh Aldan. Kini Alice dan Aldan duduk di kursi itu dengan perasaan yang begitu tenang, karena suasana yang begitu nyaman.

Tidak banyak yang mereka lakukan di sana, mereka benar-benar hanya menikmati suasana yang begitu sejuk.

Mereka tidak menyadari jika ada seseorang yang diam-diam sedang memperhatikan mereka dari kejauhan.

“Lihat saja kamu, Alice … tidak akan aku biarkan kamu merebut Aldan dariku,” ucap seseorang yang sejak tadi membuntuti Alice dan Aldan.

Kemudian suara lonceng pertanda masuk, membuat Alice dan Aldan harus segera kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Saat di perjalanan menuju kelas, Alice terus menatap Aldan, tanpa memperhatikan jalan.

“Saat berjalan, perhatikan jalannya, bukan orang lain, karena kamu bisa terjatuh,” ucap Aldan, tanpa menoleh sedikit pun kepada Alice.

Sementara Alice yang merasa Aldan sedang memperhatikannya, membuat hatinya bahagia, dan tersenyum dengan lebarnya.

“Terima kasih,” ucap Alice, sembari melontarkan senyuman manisnya kepada Aldan.

Meskipun Aldan tidak membalas senyuman Alice, tidak membuat Alice kecewa, karena menurut Alice, hari ini terjadi perkembangan yang cukup signifikan hubungan antara dirinya dan Aldan.

Aldan terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan Alice. Sesampainya di kelas, Alice terus tersenyum menatap Aldan.

Sementara Aldan yang merasa risih karena Alice terus menatapnya, membuatnya harus berpura-pura membaca buku pelajaran, sehingga membuat wajahnya tertutup oleh buku tersebut.

Namun, Alice yang tidak menyerah begitu saja, mencari cara lain agar bisa mencuri perhatian Aldan, dengan terus bertanya hal apa saja kepada Aldan. Meskipun Aldan tidak menjawab pertanyaan Alice, namun Alice terus melontarkan pertanyaan demi pertanyaan kepada Aldan tanpa henti.

Sehingga membuat Aldan meletakkan buku yang ia pegang, ke atas meja, sehingga membuat wajahnya dapat dilihat kembali oleh Alice. Alice yang berhasil membuat wajah Aldan dapat kembali dilihat olehnya pun, tersenyum bahagia.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel