Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 16 Drama Kotak Hadiah

Bab 16 Drama Kotak Hadiah

“Bagaimana kamu tahu aku ada di sini?” tanya Alice, dengan wajah yang masih menampilkan ekspresi terkejut.

Meysha yang melihat wajah Alice begitu terkejut melihat kedatangannya pun, langsung mengerutkan keningnya bingung, dan bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa Alice begitu terkejut karena kedatangannya.

“Apakah aku mengganggumu?” tanya Meysha.

“Ah … tidak, Meysha … aku hanya terkejut karena kedatanganmu,” jawab Alice, dengan pandangan mata yang ia tujukan pada kotak hadiah yang telah ia masukkan ke dalam tas Aldan, namun tas Aldan belum sempat ia tutup lagi, sehingga membuat Alice merasa was-was jika Meysha akan menanyakannya.

Meysha yang melihat pandangan Alice sejak tadi tertuju pada tas Aldan pun, langsung mengalihkan pandangannya menuju tas Aldan, dan dilihatnya kotak hadiah berwarna merah jambu ada di dalam tas Aldan.

“Apakah kamu memberi hadiah kepada Aldan secara diam-diam?” tanya Meysha, dengan rasa penasarannya.

Alice yang tidak bisa lagi menyembunyikan rasa gugupnya, langsung memejamkan matanya dan menghela napas pasrah, ketika Meysha benar-benar bertanya mengenai kotak hadiah tersebut.

Alice menganggukkan kepalanya pasrah kepada Meysha yang sudah menyadari jika hadiah itu adalah pemberian darinya.

“Kenapa kamu tidak berikan secara langsung?” tanya Meysha, dengan senyuman di bibirnya.

Alice yang mendengar saran Meysha pun, langsung menoleh ke arah Meysha, dan menatap Meysha dengan tatapan ragu.

“Jika kamu mau berikan ini, sebaiknya secara langsung, agar dia tahu jika kamulah yang memberikannya,” ucap Meysha menyampaikan sarannya kepada Alice.

Alice yang mendengar saran Meysha pun, sejenak berpikir. Sebenarnya Alice memang ingin memberikan hadiah itu secara langsung, namun ia juga ingat, jika Lady juga memerintahkannya untuk tidak mendekati Aldan, jika Lady tahu bahwa ia memberi hadiah untuk Aldan, apakah Lady tidak akan melakukan apapun kepadanya.

Hati dan pikiran Alice yang memiliki pendapat berbeda, membuatnya diam dengan pandangan kosong, sehingga Meysha melambaikan tangannya di depan wajah Meysha.

“Alice … apa kamu baik-baik saja?” tanya Meysha, sembari melambaikan tangannya di depan wajah Alice.

Alice langsung tersadar dari lamunannya saat itu juga.

“Sungguh, aku boleh memberikannya secara langsung?” tanya Alice, dengan wajahnya yang begitu polos.

Kemudian Meysha menjawab pertanyaan Alice, dengan anggukkan kepala.

Alice yang kini merasa yakin jika ia harus memberikan hadiah secara langsung kepada Aldan, membuat dirinya kembali mengambil kotak hadiah yang sebelumnya sudah ia masukkan ke dalam tas Aldan, ia langsung menggenggam kotak hadiah tersebut, dan berdiri dari tempat duduknya, untuk pergi mencari Aldan.

Meysha yang melihat itu pun, hanya tertegun, lalu beberapa detik kemudian, Meysha tersadar, dan membuatnya mengikuti kemana Alice pergi.

Alice yang berjalan dengan begitu antusias dan percaya diri, membuat siswa lain yang melihatnya, langsung berbisik membicarakan Alice, tidak sedikit siswa laki-laki yang menyapa Alice, namun karena begitu bersemangat, membuat Alice tidak menghiraukannya.

Setelah berjalan ke sana dan dan kemari, Alice akhirnya menemukan Aldan sedang duduk di bawah pohon besar yang ada di belakang kelas, tempat favorit Aldan menghabiskan waktu istirahatnya.

Alice menyembunyikan kotak hadiahnya di balik punggungnya. Saat Alice sampai di hadapan Aldan yang kini sedang duduk membaca buku, dan seketika itu juga, Aldan menghentikan kegiatan membaca bukunya.

“Hai … Aldan,” sapa Lady, yang juga baru datang menghampiri Aldan.

Alice yang melihat kedatangan Lady pun, langsung meneguk salivanya, dan melihat tatapan maut yang diberikan oleh Lady, sehingga membuat Alice langsung memalingkan wajahnya dari Lady.

Aldan yang melihat pemandangan aneh itu pun, langsung mengerutkan keningnya bingung.

“Ini untukmu, Aldan,” ucap Alice dan Lady secara bersamaan, dengan menyodorkan kotak hadiah masing-masing.

Aldan yang melihat itu pun, secara bergantian melihat ke arah Alice dan Lady yang saat ini sedang tersenyum menyodorkan kotak hadiah berwarna merah muda dan merah.

“Aldan … aku harap kamu menerima hadiah dariku,” ucap Lady, memohon kepada Aldan agar mau menerima hadiah darinya, Lady memasang wajah pupy eyesnya, yang membuat Aldan merasa aneh, karena biasanya Lady selalu berpenampilan tomboy.

Tidak mau kalah dengan Lady, Alice langsung meraih tangan Aldan, kemudian memohon kepada Aldan agar menerima hadiah darinya.

“Aldan … terimalah hadiah dariku, aku akan sangat senang jika kamu mau menerimanya,” ucap Alice, dengan wajah yang begitu menggemaskan.

Aldan yang merasa terganggu dengan Alice dan Lady yang memberikan hadiah kepadanya, hanya menghela napasnya, kemudian berdiri pergi, untuk meninggalkan Alice dan Lady tanpa menerima hadiah dari keduanya.

“Aldan … mau kemana kamu?” teriak Alice, dengan wajah kecewa karena hadiahnya tidak diterima oleh Aldan.

Lady yang juga masih bersama dengan Alice pun, langsung menoleh ke arah Alice, dengan memberikan tatapan tajam.

“Kenapa kamu memberi hadiah juga kepada, Aldan?” tanya Lady, dengan suara yang seperti macan.

Alice yang ketakutan akan dihabisi oleh Lady pun, langsung berlari, dengan berpura-pura mengejar Aldan yang kini berjalan di koridor kelas.

“Aldan … tunggu aku!” teriak Alice, dengan berlari.

Kini tinggal Lady yang tertegun di bawah pohon besar itu, melihat Aldan yang pergi dan kini dikejar oleh Alice.

Aldan yang tidak menghiraukan Alice, terus berjalan, tanpa menghiraukan teriakan Alice yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Namun, saat Aldan melihat Meysha tengah berbincang dengan teman lain, di depan kelas, Aldan langsung menghentikan langkah kakinya, dan beralih memperhatikan Meysha yang cukup jauh darinya.

Alice yang melihat Aldan berhenti pun, langsung mempercepat langkah kakinya, dan berhasil membersamai Aldan.

Melihat Aldan yang hanya terdiam, dan sedang memperhatikan sesuatu, membuat Alice melambaikan tangannya ke depan wajah Aldan.

“Aldan … apakah kamu mau menerima hadiah dariku?” tanya Alice, sembari memperhatikan wajah Aldan.

Aldan yang mendengar suara Alice, langsung tersadar, kemudian menoleh ke arah Alice yang kini sudah berada di sampingnya.

“Tidak,” jawab Aldan dengan begitu dingin, kemudian langsung berjalan meninggalkan Alice, menuju ke kelas.

Alice merasa sedikit kecewa, karena ia pikir Aldan sedang menunggunya untuk menerima hadiah darinya.

Alice menundukkan wajahnya, dan melihat kotak hadiah yang saat ini ia pegang, dengan wajah yang begitu kecewa.

“Hei … Alice, apakah sudah kamu berikan?” tanya Meysha, dengan menepuk pundak Alice.

Alice langsung mendongakkan kepalanya, dan melihat Meysha sudah ada di hadapannya saat ini.

Alice menggelengkan kepalanya pasrah, dan menatap kotak hadiahnya dengan wajah kecewa.

“Tidak perlu bersedih, mungkin kamu bisa memberikannya nanti saat pulang sekolah,” ucap Meysha kembali memberi saran kepada Alice.

Alice yang mendengar saran Meysha pun, merasa kembali bersemangat, ia langsung tersenyum kepada Meysha, dan mengajak Meysha untuk masuk ke dalam kelas.

Alice merangkul pundak Meysha, membuat Meysha tersenyum bahagia, karena Alice sudah bisa menerimanya.

“Aku doakan kamu akan berhasil,” ucap Meysha, saat Alice sudah melepaskan rangkulannya, karena ia dan Meysha harus berpisah tempat duduk.

Alice hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, memberikan jawaban atas doa Meysha.

Aldan yang melihat Alice begitu akrab dengan Meysha pun, langsung memperhatikan Meysha yang tersenyum begitu manis dari tempat duduknya.

Sementara Alice yang ingin duduk di kursinya, mencoba menahan diri untuk tidak menganggu Aldan dengan pertanyaan-pertanyaan yang biasa ia lontarkan kepada Aldan, karena mungkin dengan begitu Aldan akan menerima hadiah pemberiannya.

Jam pelajaran dimulai, Alice benar-benar tidak bertanya hal-hal aneh kepada Aldan, sehingga membuat Aldan merasa ada yang aneh dengan Alice, namun Aldan tidak begitu memikirkannya, karena ia tidak mau Alice kembali menganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan anehnya.

Saat jam pelajaran, sesekali Alice dan Meysha saling melemparkan kode, dan tersenyum satu sama lain, Aldan yang menyadari itu pun, hanya berpura-pura tidal tahu, meskipun hatinya begitu penasaran dan bertanya-tanya, ada apa antara Alice dan Meysha.

Saat jam pelajaran selesai, Alice masih saja diam dan tidak sama sekali menganggu Aldan, sampai saat Aldan akan beranjak dari tempat duduknya, barulah Alice memanggil Aldan yang hendak meninggalkan kelas untuk pulang ke rumahnya.

“Aldan….” panggil Alice, yang masih duduk di kursinya, sedangkan Aldan yang sudah berdiri dari kursinya, menoleh ke belakang, melihat Alice.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel