Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Terpaksa Berbohong

Bab 12 Terpaksa Berbohong

Keesokan harinya, setelah kejadian Alice pingsan saat pelajaran olahraga, kini Alice yang masih merasa lemas setelah kejadian kemarin, hanya duduk diam di kursinya saat jam istirahat, tidak seperti biasanya, Alice akan mengikuti kemana pun Aldan pergi.

Kini Alice duduk ditemani oleh Aldan yang sengaja tidak keluar kelas, di kelas yang tidak ada siswa lain selain Alice dan Aldan. Karena merasa bosan, Alice hanya mencoret-coret bukunya dengan tulisan-tulisan tidak jelas, dengan posisi kepala yang berada di atas lengan kirinya sebagai bantal, Alice menunggu jam istirahat usai.

Sementara Aldan hanya memasang earphone di telinganya sembari memejamkan matanya, sebenarnya Aldan merasa tidak tega jika meninggalkan Alice sendirian di kelas, sementara kondisinya yang masih terlihat lemas karena kejadian kemarin.

Namun tiba-tiba….

Brakkk!!!

Suara gebrakan meja terdengar begitu keras di gendang telinga Alice, sehingga membuat Alice kaget dan langsung terkesiap, dan saat itu juga dilihatnya Lady sudah berada di hadapannya dengan tatapan tidak suka.

Sementara Aldan hanya melihat Lady yang tiba-tiba menggebrak meja Alice, kemudian Aldan sengaja mengecilkan volume lagu yang saat ini ia dengarkan melalui earphone.

Alice yang bingung kenapa Lady menatapnya seperti itu, hanya menoleh ke samping kanan dan kirinya, kalau-kalau ada orang lain yang ada di dalam kelasnya, namun tidak ada siapapun di dalam kelas kecuali dirinya dan Lady, sehingga membuat Alice mengerutkan keningnya.

“Kenapa kamu menggebrak mejaku?” tanya Alice dengan polosnya

Lady menyeringai saat Alice memberikan pertanyaan yang begitu polosnya. Kemudian Lady mendekat kepada Alice yang terlihat memasang wajah ketakutan.

Bahkan Alice meneguk salivanya, karena ia takut dengan Lady yang berpenampilan seperti laki-laki itu.

“Siapa yang menyuruhmu menyukai Aldan?” sentak Lady kepada Alice yang terlihat sangat ketakutan.

Alice yang mendengar pertanyaan itu pun, langsung terdiam dan memikirkan harus menjawab Lady dengan jujur atau berbohong, karena Lady begitu terlihat ingin memakan Alice.

Lady seperti macan yang sedang mengincar mangsanya, yang kapanpun bisa saja ia memangsanya. Sehingga membuat Alice merasa takut jika mengakui bila dirinya menyukai Aldan.

“Cepat jawab!” bentak Lady, tidak ketinggalan gebrakan meja agar Alice segera menjawab pertanyaannya.

Karena malu dengan Aldan yang saat ini ada di sampingnya, membuat Alice berniat untuk memberi jawaban yang bukan sebenarnya kepada Lady.

“Asal kamu tahu, aku menyukai Aldan lebih dulu, jadi jangan berani-berani untuk menyukai Aldan juga,” ucap Lady dengan nada mengancam.

Karena malu dan takut jika Lady akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh Alice, membuat Alice harus memberikan jawaban yang tidak benar kepada Lady, meskipun saat itu ada Aldan di sebelah Alice.

“A--aku … aku….” ucap Alice dengan terbata-bata, mencoba menjawab pertanyaan Lady.

Namun, belum selesai Alice mengatakan jawabannya, Aldan berdiri dengan mendorong kursinya sampai ke dinding kelasnya.

Sehingga sejenak Alice dan Lady pun memperhatikan Aldan yang terlihat memasang wajah tidak suka dengan kehadiran mereka berdua, terlebih lagi karena topik pembicaraan mereka sedang membicarakan Aldan, sehingga membuat Aldan jengah, dan memilih untuk pergi meninggalkan kelas.

“Al--aldan … mau kemana kamu?” tanya Alice yang menatap Aldan dengan perasaan takut dan bingung.

Alice mencoba beranjak dari tempat duduknya untuk mengikuti kemana perginya Aldan, namun saat itu juga, Lady langsung menggebrak meja sebelum Alice beranjak dari tempat duduknya.

“Mau kemana kamu!?” bentak Lady, dengan wajah yang begitu menakutkan.

Alice yang merasa takut dengan Lady yang terus mencoba mengancamnya itu pun, hanya dapat berusaha memperkecil kemungkinan Lady akan membuatnya celaka.

“Ti--tidak … aku tidak akan pergi kemana-mana,” jawab Alice, tidak berani menatap wajah Lady.

Lady pun menyeringai penuh kemenangan, karena merasa bisa membuat Alice ketakutan karena ancamannya.

“Kalau begitu, cepat jawab!” Lady kembali membentak Alice.

Alice yang sudah tidak tahan lagi dengan perbuatan Lady itu pun, berniat untuk mengakhiri semuanya dengan menjawab pertanyaan Lady tadi.

“Aku tidak menyukai Aldan, aku hanya ingin berteman dengannya,” jawab Alice, dengan menatap wajah Lady.

Lady yang mendengar jawaban Alice pun, dapat tersenyum penuh kemenangan, karena jawaban Alice sesuai dengan keinginannya.

“Baguslah kalau begitu … aku ingatkan sekali lagi, jangan coba-coba menyukai Aldan, jika kamu tidak mendengarkan perkataanku, kamu akan tahu akibatnya,” Lady kembali mengancam Alice.

Sementara Alice yang sudah tidak tahan dengan kondisi ini pun, hanya menganggukkan kepalanya, agar Lady segera mengakhiri semua ini.

Setelah Alice menganggukkan kepalanya, Lady benar-benar merasa puas, dan dapat tersenyum dengan lebar.

“Ingat kata-kataku tadi!” sentak Lady, yang lagi-lagi mengingatkan Alice.

Setelah mengatakan itu semua, akhirnya Lady berjalan meninggalkan Alice di tempat duduknya, namun kemudian jalannya terhenti, kemudian menoleh ke belakang, dan kembali berjalan menghampiri Alice.

Alice yang baru mengembuskan napasnya lega, kembali menarik napas panjang, karena Lady kembali menghampirinya.

Lady meletakkan ponselnya di meja Alice, sementara Alice hanya terdiam dan memperhatikan Lady.

“Tuliskan nomormu, jadi aku bisa menghubungimu kapan saja,” ucap Lady, sembari menyodorkan ponselnya kepada Alice.

Karena tidak mau memperpanjang urusannya dengan Lady, membuat Alice langsung mengetikkan nomornya di ponsel Lady.

Setelah itu, Lady benar-benar meninggalkan Alice sendiri di dalam kelas, namun Alice sedikit merasa lega karena Lady sudah pergi menjauh darinya.

Alice mengembuskan napasnya lega. “Kenapa dia begitu menakutkan,” ucap Alice, sembari memegangi dadanya.

Tidak lama berselang, ponsel Alice berdering, sehingga membuat Alice langsung bergerak memeriksa ponselnya.

Dan ternyata itu adalah nomor Lady, yang meminta Alice untuk menyimpan nomornya.

“Kenapa dia begitu frontal untuk mengatakan jika dirinya menyukai Aldan,” monolog Alice, sembari memperhatikan layar ponselnya.

Karena merasa bosan, Alice keluar kelas untuk berjalan-jalan di sekitar kelasnya untuk melihat isi sekolahnya.

Saat dirinya berjalan di koridor kelas, ia bertemu dengan Aldan, sontak membuat Alice merasa senang karena bisa bertemu dengan Aldan meskipun sebenarnya ia tidak sedang mencarinya.

“Aldan….” teriak Alice, memanggil Aldan yang berjalan di depannya.

Sementara Aldan yang tidak menoleh sedikit pun kepada Alice, membuat Alice mempercepat langkahnya untuk menyamakan jalannya dengan Aldan.

“Aldan … ingin kemana kamu?” tanya Alice, sembari memperhatikan wajah Aldan yang begitu datar itu.

Karena tidak dijawab oleh Aldan, membuat Alice pasrah dan mengikuti kemana perginya Aldan, namun di tengah perjalanan, Alice dan Aldan bertemu dengan Meysha yang datang menyapa mereka.

“Hai … Alice, Aldan,” sapa Meysha, dengan senyuman manis di bibirnya.

Sontak membuat Alice yang sebenarnya tidak menyukai Meysha karena kejadian pembullyan kemarin, membuat Alice hanya menampilkan senyum terpaksanya, karena ia tidak mau dianggap sombong oleh Aldan.

“Hai….” Alice terpaksa menyapa balik Meysha yang berada di hadapannya itu.

“Alice … apakah kamu mau berteman denganku?” tanya Meysha, memasang wajah puppy eyes, yang membuat siapapun akan iba jika melihatnya, namun karena Alice sudah mengetahui Meysha seperti apa, ia hanya tersenyum tipis melihatnya.

Karena tidak mau dianggap sombong oleh Aldan, Alice terpaksa menerima permintaan pertemanan dari Meysha.

Dengan penuh keterpaksaan, Alice menganggukkan kepalanya, sembari memperhatikan wajah Aldan yang sesekali mencuri pandang kepada Meysha.

“Bernahkah? Sungguh kamu mau berteman denganku?” tanya Meysha yang terlihat begitu senang karena Alice menerimanya sebagai temannya.

Alice kembali menganggukkan kepalanya, kemudian tersenyum.

“Kalau begitu, aku harus membelikanmu makanan hari ini, sebagai tanda jika kamu sudah menerima permintaan pertemananku,” ucap Meysha, sembari menggenggam tangan Alice.

“Ayo! Kita harus ke kantin sekarang, sebelum jam istirahat berakhir,” ucap Meysha yang menarik tangan Alice.

Alice yang sebenarnya ingin mengikuti kemana Aldan pergi, harus mengurungkan niatnya karena Meysha yang terus memaksanya.

Akhirnya, Alice dan Aldan harus terpisah di koridor kelas itu, dengan Alice yang dibawa oleh Meysha menuju kantin.

Setelah berjalan cukup jauh dari Aldan, Alice melepaskan genggaman tangan Meysha, kemudian tersenyum secara terpaksa mengikuti langkah kaki Meysha yang akan membawanya ke kantin.

Sementara Aldan, memutuskan untuk kembali ke kelas, dan merasa sedikit tenang karena Alice tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sering ia berikan kepada Aldan jika dirinya ada di samping Aldan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel