Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12

"Lexi, ini sudah malam, pulanglah, istirahatlah, besok kita kan ngantor lagi, aku mau minum obat, lalu tidur," ujar Sofia setelah melepaskan pelukan Lexi.

"Sofi, kamu mengalihkan pertanyaannku, kenapa aku kayak gini, apa aku mulai jatuh cinta sama kamu kali Sofi?" Lexi menatap Sofia dan menahan senyum saat wajah Sofia mulai memerah.

"Aku nggak perlu jawab, aku yakin kamu dah beberapa kali jatuh cinta dan tahu rasanya kayak apa, jika kamu nanya , apa kamu mulai mencintaiku, aku sangat berharap seperti itu Lexi, capek rasanya kalo cuman aku yang cinta dan sayang sama kamu, sementara kamunya malah ngejar-ngejar orang lain," Sofia mengelus pipi dan bibir Lexi. Lexi memegang tangan Sofia dan bernapas dengan berat.

"Jangan seperti ini lagi padaku Sofia, sentuhanmu membuatku merasakan hal yang lain, membangunkan yang lain," Lexi mencium Sofia, tangannya mulai menyentuh leher dan lengan Sofia, saat ciuman Lexi mulai merambah leher dan tangannya menyentuh dada Sofia, reflek Sofia memegang tangan Lexi dan mendorong dada Lexi perlahan.

"Lex, jangan," suara lirih Sofia menyadarkan Lexi, ia menghentikan ciumannya dan memeluk Sofia dengan erat.

"Maafkan aku, jangan pernah menyentuhku lagi setelah ini, aku takut, aku lepas kendali," suara parau Lexi membuat Sofia menyurukkan kepalanya ke dada Lexi, dan paha Sofia merasakan pangkal paha Lexi yang mengeras, ia menggeser pahanya perlahan. Lexi tersenyum dan melepaskan belitan pahanya pada paha Sofia.

"Kamu takut, aku janji tidak akan membuatmu takut, biarlah aku menahan nyeri," Lexi memejamkan matanya sambil tersenyum, tidur terlentang dan berusaha meredakan deru napasnya.

Terlihat Lexi menelpon seseorang, memintanya mengantarkan baju untuk besok dan baju tidur ke apartemen Sofia.

"Kamu mau menginap di sini?" tanya Sofia membulatkan matanya.

"Kamu kurang sehat, aku nggak mungkin ninggal kamu sendirian," Lexi bangun dan duduk di kasur.

"Mau makan lagi, itu ada chicken soup, aku hangatkan ya, ada microwave kan di dapurmu?" Lexi melangkah ke dapur. Sofia perlahan bangun dan mengikuti langkah Lexi.

"Ngapain ikut, sana tidurlah, biar aku yang ngangetin di microwave?" Lexi memasukkan chicken soup dan memencet tombol menit.

Sofia duduk di ruang makan dan menatap Lexi yang selalu membuat hatinya tak karuan. Sesaat kemudian terdengar bunyi penanda bahwa chicken soup sudah hangat. Lexi mengeluarkan dan menempatkan di atas piring, mangkuk yang berisi chicken soup.

"Aku suapi lagi? " tanya Lexi dan Sofia menggeleng. Ia mulai memasukkan soup hangat ke mulutnya sedikit demi sedikit.

Lexi bangkit menuju pintu saat terdengar bel berbunyi. Menyembul wajah petugas keamanan yang biasa berjaga di rumahnya dan menyerahkan baju serta makanan.

Lexi meletakkan bajunya di kamar Sofia dan membuka makanan yang dikirim mamanya.

Wah ada ayam saus madu kesukaannya, terlihat menggugah selera dengan potongan bawang bombai besar di sela-sela ayam yang terlihat melting itu.

Saat keduanya sedang asik makan, bel pintu berbunyi. Sofia dan Lexi berpandangan.

"Siapa ya Sof?" tanya Lexi. Sofia bangkit diikuti oleh Lexi.

Saat pintu di buka, Sofia terperanjat dan berteriak gembira.

"Mamaaa, papaaaa." Seketika wajah Lexi menegang dan mundur beberapa langkah. Sofia memeluk mama dan papanya bergantian.

"Lexi, ingat om kaaan, makanya kalo ada acara perusahaan datang, taunya hanya sama Sofia, tapi tak begitu mengenal om," om Gilbert dan tante Mevi menyalami Lexi.

"Ma..maaf," ujar Lexi pendek dan pelan. Mereka beriringan masuk dan duduk di ruang makan. Mama Sofia meletakkan makanan yang ia bawa dan menata di meja, lalu mengajak Lexi makan. Berempat mereka makan, Lexi agak canggung karena tidak begitu mengenal mama dan papa Sofia.

"Kebetulan besok memang ada meeting di kantor pusat Lexi, ya di kantor yang kamu tempati, makanya om dan tante bisa menemui Sofia, tadi om ditelpon papamu, mengatakan bahwa Sofia sakit dan Lexi yang menemani, maaf ya Lex jadi merepotkanmu," ujar papa Sofia.

"Nggak papa om, kebetulan Lexi sedang tidak sibuk jadi bisa menenin Sofia," Lexi berusaha tersenyum dengan wajar.

"Oh ya mumpung kalian berdua di sini, om ingin bertanya keseriusan kamu Lex, karena om dan tante melihat statemen kamu banyak beredar di hampir semua berita," ujar papa Sofia menatap Lexi dengan tajam.

"Saya serius om, saya akan menikahi Sofia, jika mau bertunangan dulu tidak apa-apa, atau langsung nikah, saya siap," Lexi tanpa senyum mengatakan ha ini. Papa Sofia menghela napas berat.

"Papa, mungkin lebih baik kami bertunangan dulu karena...," Sofia terlihat ragu dan menatap Lexi sekilas.

"Aku pikir lebih baik kita menikah saja Sofia," ujar Lexi sambil menatap Sofia.

"Yah, betul Lexi, om lebih setuju jika kalian menikah saja, apa lagi yang kalian tunggu, kalau om boleh tau, kalian saling mencintai kan?" tanya papa Sofia menatap wajah anaknya dan Lexi secara bergantian.

Lexi mengangguk dengan pasti,

"Saya mencintai Sofia, om," Lexi menoleh menatap wajah Sofia yang terlihat kaget. Sofia diam saja dan terlihat berkaca-kaca dengan wajah sedih, meski dadanya terasa hangat saat mendengar jika Lexi mencintainya.

"Terima kasih sudah mencintai anak kami Lexi, karena yang tante tau selama ini, Sofia yang sangat mencintaimu, tante hanya takut kamu belum punya perasaan apa-apa pada anak tante, Sofia tidak punya saudara Lexi, dia segalanya bagi kami, kami ingin memastikan dia benar-benar bahagia bersamamu," tante Mevi terlihat sedih meski selalu berusaha tersenyum.

"Yah saya akan berusaha membahagiakan Sofia, tante, saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, saya akan mendampingi Sofia dalam keadaan sedih dan bahagia," ujar Lexi tanpa sengaja memegang tangan Sofia. Dan Sofia menariknya perlahan.

"Baiklah, besok pasca meeting, om akan membicarakan masalah ini dengan papamu, sebenarnya sejak lama, kami, om dan papamu Lexi sangat ingin kalian berjodoh, tapi kami bukan orang tua yang suka memaksa, makanya kami biarkan buhungan kalian mengalir saja," ujar papa Sofia menatap keduanya sambil tersenyum.

Sofia jadi ingat kata-kata bu Caroll tentang hal ini.

"Ok mari dilanjukan makannya, dan kami akan segera kembali ke rumah," ujar papa Sofia dan diiyakan oleh istrinya.

"Om dan tante tidak menginap di sini?" tanya Lexi merasa tidak enak.

"Tidak, tidak, kami ke sini karena ditelpon oleh papamu yang mengabarkan jika Sofia sakit," kata papa Sofia menyendokkan makanan ke mulutnya dan melihat istrinya yang masih saja menatap wajah Sofia.

"Sayang, sudah kamu minum obat dan vitaminmu?" tanya mama Sofia, Sofia hanya menggeleng.

"Minumlah lalu tidur, besok kamu kan harus kerja," mama Sofia terlihat kawatir.

"Kalo masih sakit ya nggak usah masuk nggak papa kok tante," ujar Lexi menatap wajah Sofia yang juga memandangnya.

Mereka menyelesaikan makan malam dan papa mama Sofia segera pamit.

"Makasih sudah merawat dan menjaga Sofia Lex, om dan tante pamit ya, Sofia sayang, kami pulang dulu ya," papa Sofia memeluk dan mencium Sofia, begitu juga dengan mamanya, lalu melangkah ke pintu diiringi Sofia dan Lexi.

Keduanya beriringan melangkah ke kamar, Sofia merapikan baju-baju Lexi ke dalam lemarinya. Tiba-tiba Lexi memeluk Sofia dari belakang dan Sofia menoleh menatap Lexi yang dari tadi tak lepas dari wajahnya. Sofia berbalik dan menatap wajah Lexi yang terlihat kawatir.

"Ada apa?" tanya Sofia.

"Wajahmu, mengapa sedih?" Lexi balik bertanya, tiba-tiba Sofia memeluk Lexi dan menangis.

"Aku bahagia akhirnya mendengarmu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, meski aku ragu kebenaran itu dan ada ketakutan menjalani pernikahan kelak, entah kenapa dalam hati aku yakin bahwa kamu akan melanjutkan perburuanmu pada wanita itu, tapi bodohnya aku, mengapa aku tetap mencintaimu dan mau jika kita nantinya akan menikah," Sofia menangis di dada Lexi.

Ada rasa sakit yang tiba-tiba datang di dada Lexi saat mendengar kata-kata Sofia, Lexi tak berkata apapun, ia hanya mengeratkan pelukannya.

Sesaat kemudian Sofia melepaskan pelukannya dan menyusut air matanya.

"Aku akan minum obat dan segera tidur, kamarmu di sebelah Lex," ujar Sofia dan melihat Lexi masih mematung.

"Aku mau tidur di sini, denganmu," ujar Lexi pelan.

"Aku takut," sahut Sofia cepat.

"Aku janji nggak akan ngapa-ngapain kamu, kita tidur saja, paling aku hanya akan memelukmu," Lexi masih saja menatap Sofia tanpa senyum.

"Itu baju-bajumu dalam lemariku, jika kamu mau ganti baju," Sofia membuka lemarinya dan Lexi mengambil kaos atasan yang tipis serta celana berbahan kaos.

Lexi membuka bajunya dan berganti di depan Sofia, Sofia segera ke luar, ia takut ada keinginan memeluk Lexi melihat Lexi bertenjang dada. Lexi melihat perubahan wajah Sofia dan menahan senyumnya.

"Sofiaaa masuklah, aku sudah ganti baju," teriak Lexi sambil merebahkan badannya di kasur.

"Yaaa bentar, aku minum obat," jawab Sofia.

***

Tengah malam Sofia bangun dan melihat Lexi tertidur pulas di sisinya, ia dapat mendengar dengkuran halus Lexi.

Dipandangnya wajah tampan yang tidur dengan damai di sisinya, air mata Sofia mengalir perlahan entah mengapa selalu saja air matanya mengalir tanpa sebab, ada sisi lain dari hatinya yang mengatakan hidupnya akan mengalami hal menyedihkan, tapi ia tak tahu apa, cintanya yang terlalu besar pada Lexi membutakan segalanya, ia percaya laki-laki di depannya ini adalah orang baik, tapi ada sisi lain yang menariknya sangat kuat sehingga kadang ia bertindak di luar nalar.

Lexi bergerak perlahan dan tanpa sengaja menyentuh lengan Sofia, Lexi membuka matanya dan mendapati mata Sofia yang basah. Ia kaget dan menghapus air mata Sofia.

"Kamu menangisi siapa? menangisi apa?" suara Lexi masih terdengar serak, Lexi raih kepala Sofia dan ia dekap ke dadanya.

"Tidurlah, aku akan menjagamu, aku akan selalu mencintaimu," Lexi memejamkan matanya, mengelus punggung Sofia dan keduanya tertidur beberapa saat kemudian.

***

Pagi hari saat akan berangkat ke kantor, ponsel Lexi berbunyi, dilihatnya ternyata dari papanya..

Lexi nanti setelah meeting kamu dan Sofia ke ruangan papa, om Gilbert juga akan ada di sana, kita bicarakan pernikahan kalian...

Hanya itu dan papanya menutup sambungan pembicaraan mereka..

"Ada apa Lex?" tanya Sofia membenahi outfitnya.

"Nanti setelah meeting kita ke ruangan papa, ada papamu juga, mereka akan membicarakan rencana pernikahan kita," seketika terlihat wajah Sofia yang takut dan kawatir...

Lexi mendekati Sofia, digenggamnya kedua tangan Sofia. Terlihat mata Sofia yang bergerak-gerak kawatir.

"Kamu ragu?"tanya Lexi.

"Lexi, debaran dadamu sangat keras aku rasakan," ujar Sofia yang kembali melabuhkan kepalanya di dada Lexi, mendekapnya dengan erat.

"Entahlah ada apa dengan diriku, aku, aku tiba-tiba saja sangat ingin menciummu dan dadaku mengapa jadi berdebar seperti ini?" Lexi mengangkat dagu Sofia, menciumnya lagi lebih dalam dan semakin merasakan dentuman yang keras di dadanya....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel