Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

13

"Kamu ragu Sofia?" tanya Lexi lagi. Sofia menatap mata Lexi mencari kesungguhan dan ketulusan laki-laki yang ada di depannya. Lexi menggenggam tangan Sofia.

"Dengarkan aku, aku tidak akan pernah meningalkanmu, jadi ikuti aku dan dampingi aku selama kita menempuh kehidupan rumah tangga,jangan pernah berpikir aku main-main, jika suatu saat ada kejadian sulit dalam rumah tangga kita jangan pernah berpikir untuk mengakhirinya tetap bertahan disisiku, tarik aku jika aku mulai hilang kendali," Lexi menarik pinggang Sofia dan menatap wajah Sofia yang terlihat cemas.

"Aku akan selalu di sisimu, selama kamu juga tak pernah berpikir akan meninggalkanku,"Sofia memeluk Lexi.

"Aku mencintaimu Lex, jangan pernah tinggalkan aku, aku tidak tau akan ke mana jika suatu saat kamu pergi meninggalkanku," Lexi mengelus punggung Sofia perlahan, melepaskan pelukannya dan mencium kening Sofia. Sekali lagi Lexi memandang Sofia dari jarak sangat dekat menyentuhkan hidungnya pada hidung Sofia.

"I love you, Sofia," ujar Lexi perlahan dan Sofia hanya memejamkan matanya berusaha menyakinkan dirinya bahwa itu benar-benar suara Lexi. Saat ia membuka matanya, Lexi menatapnya dengan mesra dan mencium bibirnya sekilas.

"Kita berangkat," Lexi menggandeng tangan Sofia menuju pintu apartemen.

***

Sore hari setelah meeting yang melelahkan Sofia melihat Lexi berjalan ke arahnya.

"Kita menemui papa di ruangannya sayang, di dalam ternyata ada papa dan mamamu, juga mamaku," ujar Lexi yang menatap wajah Sofia yang menegang.

Berdua mereka berjalan menuju ruangan Roi. Saat mereka masuk, di sana terlihat kedua orang tua mereka masing-masing terlihat tertawa bersama dalam suasana hangat.

Lexi menggandeng tangan Sofia dan menariknya duduk di sampingnya. Mama Lexi dan mama Sofia terlihat saling pandang.

"Begini Lexi dan Sofia, kami tadi sudah berbicara banyak dan menetapkan bahwa dua bulan lagi kalian akan menikah, kalian siap kan?" tanya Roi pada keduanya.

"Yah kami siap papa," ujar Lexi tegas dan tangannya reflek menggenggam tangan Sofia namun Sofia menariknya perlahan.

Para mama kembali saling pandang dan menahan tawa.

"Gimana Sofia sayang, kamu juga siapkan?" tanya Zee dengan lembut.

Sofia mengangguk pelan tanpa bersuara.

"Baiklah, selanjutnya kami pasrahkan pada para mama, untuk menyiapkan segala sesuatunya," ujar Roi melihat pada istrinya dan istri sahabatnya.

"Roi apa kita tidak perlu konferesi pers?" tanya om Gilbert.

"Nggak perlu Gil, kita bukan artis, jika media tahu, biarlah mereka tahu sendiri," ujar Roi dengan santai.

"Bukan begitu Roi, ini akan jadi pernikahan megah dan biasanya media akan memburunya,"ujar om Gilbert lagi.

"Biarlah mereka berburu Gil, kita tidak usah mengikuti tata cara artis yang konferensi pers nanti kita dikira umbar kekayaaan dan kemewahan, karena media pasti tanya WO nya siapa, ini nya gimana dan lain-lain yang nggak penting, yang lucu nanti malah tanya, dimana ketemunya, lah kalo jawaban Lexi nanti "dijodohin" haduh tambah nggak lucu Gil," Roi tertawa dan akhirnya semuanya setuju dengan saran Roi.

***

"Dua bulan lagi, kamu akan jadi nyonya Abinaya Alexi Permana," Lexi menggenggam jari Sofia dan mencium jari Sofia dengan penuh perasaan. Sofia menarik jarinya perlahan dan ingat ia belum minum obat siang tadi, cepat ia mengambil dan masukkan ke mulutnya dan minum air di meja Lexi.

"Kamu lupa lagi minum obat?" tanya Lexi.

"Aku terlalu tegang memikirkan harus mengalami ini terlalu cepat, aku memang sangat ingin jadi istrimu, tapi tidak secepat ini Lex," ujar Sofia kembali meneguk air dari gelas Lexi sampai habis.

"Lalu apa bedanya, nikah dua bulan lagi dan setahun lagi?" tanya Lexi. Sofia hanya menggeleng dan menatap Lexi dengan pandangan lelah.

***

"Kamu kok ngikut, sana pulang," ujar Sofia saat Lexi mengikutinya menuju apartemennya, saat malam mulai turun.

"Nggak aku mau masuk dulu, mau meluk kamu," ujar Lexi melangkah masuk ke dalam apartemen Sofia.

"Ih sana pulang, katanya aku nggak boleh nyentuh-nyentuh, nah kamunya malah mau meluk aku," Sofia meletakkan tasnya, masuk ke kamar dan mengambil bathrobe hendak mandi.

"Sofi aku pinjam handukmu lagi ya," Lexi berteriak menuju kamar satunya lagi.

Sofia mengerutkan keningnya, lah kok malah mau mandi tuh orang, kok nggak pulang saja.

Selesai mandi Sofia mengganti bajunya dengan baju rumah, ingin sekali ia pakai tanktop dan hotpans tapi apa daya, karena ada Lexi, Sofia memakai kaos selutut dengan gambar lucu.

Sofia mulai merebahkan badannya ke kasur dan memeluk guling dengan tidur menyamping dan mulai memejamkan matanya.

Sofia membuka matanya lagi saat disadari ada lengan besar melingkar dipinggangnya, dan ciuman berkali-kali di kepalanya.

"Lex, kamu nggak mau pulang, nanti dicariin ibu Azalea loh, ini masih jam berapakan belum malam banget pulanglah, aku capek banget, lapar sih sebenarnya, tapi lebih baik tidur dulu," Sofia semakin mengeratkan pelukannya pada guling dan Lexi semakin mengeratkan pelukannya pada Sofia.

"Leeeex," Sofia memanggil lagi dengan pelan.

"Hmmmmm," Lexi hanya menyahut dengan malas.

"Kamu mau nginep di sini lagi?" tanya Sofia.

"Hmmmmm," Lexi masih tetap bersuara sekadarnya. Sofia berbalik dengan kesal menatap wajah Lexi yang memejamkan mata.

"Aku suka kamu di sini, tapi kalo tiap malam aku nggak enak sama ortu kamu," Sofia menatap wajah Lexi dengan kesal.

"Tidurlah, kamu kan ngantuk, aku juga ngantuk, mau tidur aja, tidur, tidur," Lexi menutup mata Sofia dengan tangannya sambil tersenyum.

Sofia memukul dada Lexi dan Lexi menangkap tangan Sofia. Lalu memeluknya, membawa kepala Sofia ke dadanya. Akhirnya Sofia menurut, ia menyurukkan kepalanya ke dada Lexi dan keduanya tertidur tak lama kemudian.

***

Lexi terbangun saat merasakan bibirnya ada yang menyentuh dan napas yang menerpa wajahnya, ia membuka mata dan mendapati wajah cantik Sofia sedang memandangnya dengan tatapan sayu, namun sedetik kemudian jadi tatapan takut saat Lexi memegang jarinya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Sofia.

"Hayo gangguin orang tidur, kalo mau diganggu balik nggak mau," Lexi mendekatkan bibirnya pada bibir Sofia dan menciumnya dengan lembut, namun semenit kemudian berubah jadi lumatan panas yang berakhir dengan dorongam kuat dari Sofia saat tangan Lexi mulai memegang dadanya dengan gerakan yang membuat Sofia semakin kehilangan akal sehatnya.

"Jangan Lex, aku takut kita jadi lupa diri," napas Sofia masih belum normal dan ia menyurukkan kepalanya ke dada Lexi yang kancing baju tidurnya sudah terbuka semua, Sofia jadi malu, seliar inikah dirinya?

Lexi terkekeh pelan.

"Kamu yang memulainya, kamu juga sampe buka kancing bajuku, aku lanjutkan kamu malah takut, aaahhh kamu nggak kasian sama aku Sofia, kamu membangunkan yang lain, ngerti nggak," Lexi masih memejamkan matanya dan berusaha menetralkan napasnya, diliriknya jam, masih belum jam 12 malam. Lexi bangun saat dirasakan perutnya lapar.

"Mau ke mana Lex?" tanya Sofia.

"Lapar dan haus," Lexi bangun menuju dapur dan diikuti Sofia dari belakang.

"Bentar ya akan aku buatkan makan dulu, aku juga lapar, bentar kok Lex," Sofia menuju kulkas dan mulai cekatan.

Lexi mengambil air minum dan meneguknya perlahan.

"Ih kancingin baju tidur kamu Lex, nakutin," ujar Sofia sambil melirik Lexi. Lexi tertawa sambil mengusap bibir dengan punggung tangannya.

"Lah kamu yang buka tadi, belagak lupa lagi," Lexi duduk di ruang makan dan memperhatikan gerakan cekatan Sofia.

"Kalo ada aku di sini pakailah semua dalamanmu dengan benar Sofia, kebiasaan kamu nggak pake bra," ujar Lexi masih asik menatap gerakan Sofia. Sofia menoleh sebentar dan terlihat wajahnya merona merah.

"Lah ya kalo mau tidur gitu Lexi, salah kamu juga ngapain ikut tidur di sini, sudah ngasi kabar ke orang rumah kalo kamu di sini?" tanya Sofia mulai mengambil piring untuk menyajikan masakannya.

"Sudah, aku kirim via pesan singkat ke mama, tau nggak balesan mama?" tanya Lexi sambil tertawa. Dan Sofia mengangkat wajahnya penasaran.

"Ingat, kamu orang timur meski hidup di sini, jangan diapa-apakan anak gadis orang, ah mamaaa mama, hampir deh tadi, mama nggak tau kalo anak gadis orang yang mulai duluan," Lexi tertawa saat melihat wajah Sofia yang memerah.

"Nggak usah ngeledekin aku, ayo makan, aku bikin chicken teriyaki sama yakiniku , maaf aku nggak biasa sama nasi Lexi, nih aku gorengin kentang, gak papa ya?" tanya Sofia sambil meletakkan piring yang telah berisi makanan ke meja.

"Sembarang, semua aku mau," ujar Lexi mulai mengambil kentang dan memasukkan ke mulutnya.

"Ngeri juga nih ntar setelah kita nikah kalo kamu masak terus, harus rajin ngegym bener nih," ujar Lexi mendekatkan piring teriyaki.

"Di rumah kamu alat lengkap gitu tinggal nyamperin aja yang penting jangan malas," ujar Sofia yang terlihat malah enggan makan.

"Loh ayo makan, kebiasaan kamu, mesti males makan, ayo aku suapi, ntar sakit lagi," Lexi duduk di dekat Sofia, ia mulai makan dan menyuapi Sofia setelahnya.

"Aku nggak mau tau, pokoknya ini harus dihabiskan berdua," Lexi mengamati Sofia mengunyah sambil sesekali terlihat minum.

Selesai makan Sofia membersihkan piring kotor dan kembali ke kamarnya. Ia melihat Lexi yang memandang dengan serius ponselnya dan terlihat gugup saat ada Sofia.

"Ada apa Lexi?" tanya Sofia hati-hati.

"Ah nggak hanya pesan singkat dari papa, bahwa setelah aku nikah, langsung di suru megang resort yang dulu itu kerja sama dengan sahabat papa, yang aku nganter dokumen sama kamu," jawab Lexi. Sofia hanya menanggapinya dengan kata oh, namun entah mengapa ia merasa bahwa Lexi berbohong padanya.

Sementara Lexi memilih merebahkan badannya dan berusaha memejamkan matanya, namun ia penasaran siapa yang mengirim pesan singkat padanya yang berisi...

Kamu penasaran pada keberadaan Nefertiti kan, atau yang sering kamu panggil Bianca, temui aku..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel