Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

11

Lexi masih menatap papanya dengan tatapan kaget saat makanan yang mereka pesan datang.

"Makanlah, papa harap cerita pembuka papa tadi tidak membuatmu kehilangan selera makan," Roi menikmati makanannya dan melirik Lexi dan Sofia yang masih saling berpandangan dengan tatapan bingung.

"Makanlah Sofia, habiskan, jangan sakit lagi, yang kamu pesan malah hanya cemilan kayak gitu, yang om ini benar-benar kenyang, blackened tuna with lemon sauce, kapan-kapan kamu ke sini lagi cobalah yang om pesan ini, enak, nggak gitu kenyang tapi sehat," Roi menghabiskan makanannya dengan sekejab.

“Sofi memang agak sulit makan pak, makanya Sofi pesan yang kira-kira nggak berat kayak pattie tuna ini," Sofia makan dengan pelan dan sedikit demi sedikit.

Lexi terlihat tak sabar, mengambil makanan di piring Sofia dengan garpu dan menyuapi Sofia, mau tidak mau Sofia membuka mulutnya dan terlihat malu saat papa Lexi menatap keduanya menahan senyum.

***

Setelah selesai makan dan minum, Roi menghela napas pelan dan melanjutkan ceritanya.

"Hidup mamamu sejak kecil penuh derita Lexi, makanya papa berjanji pada diri papa, akan selalu membahagiakan mamamu, tidak akan membuatnya menangis karena sejak ia lahir mamamu sudah kenyang dengan derita, hidup disia-siakan, terbuang dan kembali terjatuh saat ia memutuskan untuk melabuhkan cintanya pada laki-laki itu, hal yang sejak awal ia jauhi namun ia jatuh cinta juga dan kandas dengan kisah mengenaskan," dan papa Lexi menceritakan dengan detil semua kisah mamanya, sejak kecil, bertemu papanya kembali setelah sekian lama dipisahkan, melarikan diri dengan papanya ke Paris, bertemu Andre dan jatuh cinta, kisah menyakitkan saat mengetahui bahwa laki-laki yang dicintai malah menghamili wanita lain sampai kisah pertemuan tak sengaja dengan papa Lexi.

"Nah wanita yang kau kejar membabi buta itulah anak yang memang tidak diharapkan sejak lahir dan sekaligus yang hampir menghancurkan mamamu, karena dengan adanya anak itu mamamu dan laki-laki yang bernama Andre akhirnya terpisah dan tak pernah bersatu, mamamu yang kesakitan bertemu dengan papa yang juga punya kisah kelam dalam percintaan, kami saling menyembuhkan, merawat luka kami bersama dan selalu saling menjaga sampai saat ini, karena kami tahu tidak mudah menyembuhkan luka lama karena kisah cinta yang mengerikan, makanya papa sangat marah saat kamu menyakiti mamamu, sejak kecil dia sudah akrab dengan derita, dan kamu seolah membuka luka lama yang sudah sembuh," Roi menatap Lexi dengan tajam dan terlihat mata Lexi yang berkaca-kaca.

"Aku tidak tahu jika hidup mama seberat itu, aku pikir mama sejak kecil bahagia, karena aku lihat grandpha dan grandma di Lourmarin sangat harmonis, dan mama yang bekerja sebagai perancang utama di rumah mode terkenal selalu berwajah ceria, aku betul-betul tak tau apa-apa tentang mama, pa," Lexi menunduk menangkupkan tangannya menjadi satu.

"Om bercerita di depanmu, karena kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami Sofia, om ingin kalian belajar saling mengertilah dulu, om yakin kamu bisa menjadi pendamping yang baik bagi Lexi," Roi menatap Sofia sambil tersenyum.

"Papamu tahu kok jika saat ini kamu makan sama om dan Lexi," ujar Roi lagi. Sofia tersenyum dan Lexi yang tiba-tiba menggenggam tangan Sofia. Sofia terlihat berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Lexi.

"Lexi janji papa, akan berusaha memastikan perasaan Lexi pada Sofia, aku yakin akan mudah bagiku mencintai wanita secantik dan sebaik Sofia," ujar Lexi sambil memandamg Sofia yang wajah putihnya jadi memerah.

"Papa pegang janjimu, dan berjanjilah pada mamamu juga untuk tidak membuatnya menangis lagi, nanti datangi mamamu, peluk dia, penderitaan mamamu jugalah yang selalu membuat papa memperlakukan mamamu dengan manis dan mesra, papa ingin membuatnya bahagia, sampai salah satu dari kami dipanggil oleh Yang Maha Kuasa," ujar papa Lexi mengakhiri perbicaraan dan mengajak keduanya untuk pulang.

***

Lexi mengantar Sofia ke apartemennya dan melanjutkan perjalanan ke rumah dengan papanya.

***

Sesampainya di rumah, Lexi mendahului papanya, melangkah lebar dan mencari mamanya.

"Mamaaa, manaaa," Lexi mencari mamanya ke ruang keluarga tak ada,di ruang makan juga tak ditemukannya, Roi hanya melihat punggung anaknya dari jauh, ia tahu Zee pasti ada di taman belakang, selalu begitu jika ada yang dipikirkannya.

"Papa, mama ke mana ya?" tanya Lexi dan papanya menunjuk ke arah belakang. Lexi setengah berlari dan menemukan mamanya duduk menghadap kolam menyilangkan kakinya dan bersedekap.

Lexi melihat mamanya dari belakang, tubuh mamanya yang kecil mungil, seolah duduk meringkuk, tenggelam di dalam kursi taman.

Lexi berjongkok di depan mamanya, dan Zee terperanjat melihat Lexi yang tiba-tiba memeluknya.

"Ada apa sayaaang," Zee mencium kepala anaknya dengan mata terpejam.

"Maafkan Lexi mama, maafkan Lexi, Lexi berjanji tidak akan membuat mama sedih, Lexi baru tahu begitu berat dan menyedihkan hidup mama, dan Lexi menambahnya lagi dengan rasa yang lebih pedih, maafkan Lexi," terdengar suara Lexi yang tersendat.

Zee menoleh ke belakang dan mendapati wajah suaminya yang tersenyum memandanganya. Lalu melangkah kembali ke dalam rumah.

"Hidup mama memang tidak mudah, sejak kecil mama terbiasa bertahan sendiri, mama memang tidak kurang secara materi, tapi apa arti materi jika cinta tidak pernah mama rasakan dari orang tua, makanya mama memperlakukanmu dan Alexa adikmu dengan segenap cinta mama, anak harus dekat dengan mamanya agar bisa menggunakan perasaannya dengan benar dan dekat dengan papanya agar logikanya juga dipakai pada tempatnya, jangan berjanji pada mama, berjanjilah pada dirimu sendiri, karena jika berjanji pada mama, kamu akan memenuhi janji kamu jika ada mama saja, tapi jika berjanji pada dirimu sendiri, setiap saat, setiap langkah akan senantiasa kamu ingat bahwa kamu tidak akan mencelakakan hidupmu sendiri," Zee menangkup pipi Lexi, membelainya dan mencium keningnya.

"Masuklah, ganti baju dulu, baru peluk mama lagi," Zee melihat Lexi berdiri dan menatap wajahnya sekali lagi, lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

***

Lexi masuk ke kamarnya, membuka jas dan menarik dasinya perlahan, lalu merebahkan badannya, ada penyesalan telah membuat mamanya sedih, tapi sekali lagi, Lexi ingin membuat orang-orang percaya bahwa ia hanya ingin menyelamatkan Bianca dari kejamnya jalan hidup yang ia lalui, tidak lebih, ingin memastikan hidupnya baik-baik saja, dan menjalani hidup normal sebagai manusia, itu saja.

***

Lexi baru ke luar dari kamar mandi saat dia mendengar ponsel yang berada di sisi tempat tidurnya berbunyi, ah Sofia ada apa...

Halooo Sofiaaa

Lexi.. Lexii perutkuu..

Lalu hilang suara Sofia, Lexi berteriak-teriak memanggil nama Sofia, namun suara Sofia hilang begitu saja..

***

Lexi terburu-buru turun dari kamarnya, pamit pada mamanya yang sudah duduk di ruang keluarga bersama papanya.

"Mau kemana Lexi?" tanya Zee.

"Sofia mama, tadi dia nelpon, suaranya lemah dan hilang setelah memanggil namaku, aku ke apartemennya dulu ma, pa," Lexi berlari menuju garasi.

"Lexiii jangan ngebut, hati-hati," teriak Zee dan menatap wajah suaminya yang tenang-tenang saja.

***

Sesampainya di apartemen Sofia, Lexi segera membuka pintu dengan tergesa dan masuk, ia tidak melihat Sofia di ruang tamu, lalu menuju ke kamar, ia menemukan Sofia yang tergeletak di bawah, di samping kasurnya. Lexi mengangkat Sofia ke kasur membaringkannya dan terlihat wajah Sofia yang pucat.

Lexi segera menelpon makanan lewat delivery order, ia memesan chicken soup dan cream soup ayam jamur, Lexi memesan makanan yang mudah ditelan mengingat Sofia akan sulit menelan apapun.

Tak lama mata Sofia perlahan terbuka dan menemukan wajah Lexi yang kawatir.

"Sofi kamu belum sempat mengganti bajumu, badanmu dingin gini, kamu lapar ya, aku pesankan, bentar lagi datang, ganti baju dulu ya," Lexi mencari-cari di lemari Sofia dan menemukan baju tidur dengan gambar lucu.

"Buka dulu baju atasanmu, lalu pakai baju rumah ini, setelah itu baru kamu buka perlahan rokmu, aku nggak akan ngapa-ngapain kamu," Lexi membantu Sofia membuka kancing bajunya, Sofia masih terlihat lemas. Sofia merasa malu saat perlahan Lexi membuka bajunya, dilihatnya mata Lexi yang memandangnya dengan tatapan aneh, Lexi menahan napas saat yang tersisa di tubuh putih Sofia hanya bra berwarna hitam. Lalu ia memakaikan baju tidur Sofia. Dan membuka rok Sofia, menariknya perlahan.

"Tiduran saja dulu, bentar lagi pasti datang makanan yang aku pesan," Lexi menyelimuti Sofia hingga batas pinggang. Mengelus rambut Sofia dan mencium keningnya perlahan.

Bel di pintu apartemen berbunyi, bergegas Lexi ke pintu, membayar pesanannya dan menutup pintu kembali, meletakkan makanannya di meja makan.

Mengambil cream soup dan membawanya ke dalam kamar Sofia.

"Duduk dulu yuk Sof, makan ya, masih hangat ini," Lexi duduk di samping Sofia, Sofia perlahan bangun dan duduk bersandar pada bantal. Perlahan Lexi menyuapi Sofia.

"Udah Lex," Sofia merengek sambil menggeleng.

"Nggak, pokoknya harus habis, kamu nggak kasian sama badan kamu," Lexi terus menyuapi Sofia sampai cream soup di tangannya habis, lalu memberi air minum dan Sofia kembali merebahkan badannya.

Saat Lexi kembali ke kamar Sofia dilihatnya Sofia memejamkan matanya. Lexi duduk di samping Sofia lalu merebahkan badannya di sisi Sofia yang mulai bernapas teratur.

Dipandanginya wajah cantik yang hanya berjarak beberapa centi dihadapannya. Dielusnya perlahan pipi Sofia yang halus. Sofia bergerak perlahan dan memiringkan badannya menghadap Lexi, memeluk guling dan tidur meringkuk.

Lexi kembali mengelus pipi Sofia, menggesekkan hidungnya pada hidung Sofia perlahan. Sofia membuka matanya, tersenyum dan menatap Lexi yang menurutnya terlihat aneh.

Lexi mendekatkan bibirnya pada bibir Sofia, lalu mengecup bibir Sofia dengan lembut, Lexi merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, badannya meremang,dadanya berdebar, ia lepas ciumannya dan menatap wajah Sofia, mengambil guling yang dipeluk Sofia lalu melemparnya ke belakang, dipeluknya Sofia dengan erat merasakan debaran yang semakin keras di dadanya saat Sofia membalas pelukannya.

Ada apa dengan diriku, mengapa baru kali ini, ada keinginan kuat untuk mencium Sofia, mengapa aku berdebar dengan keras saat menyentuh bibirnya dan memeluknya? Apakah aku mulai mencintai Sofia?

Lexi menggeleng perlahan lalu mencium kepala Sofia berkali-kali. Sofia menatap Lexi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel