BAB 2 - JIWA IBLIS
Riana sedari tadi tersenyum bahagia, dia bahagia atas tunangannya yang ingin mengajaknya berkencan nanti malam di Restoran ternama. Katakan saja dia seperti itu karna Brian tunangannya memang sangat jarang bertemu dengannya, akibat bisnisnya yang selalu membuatnya sibuk.
Meski begitu, Brian tetap selalu menelponnya dan memberinya kabar, dan mau tidak mau Riana harus begadang malam demi bercerita banyak hal pada tunangannya. Yah, Riana memang sangat mencintai tunangannya sejak mereka kecil dulu.
Bagaimana Riana dan Brian bisa bertemu, dan keduanya berujung perjodohan? Itu semua karna ibu Riana punya persahaban sejak kecil bersama Ibu Brian Smith. Bahkan Brian lahir di rumah sakit milik keluarga Riana Maxlou.
"Kau gila yah, kau senyum-senyum sendiri sedari tadi di saat selesai menelpon dengan kekasihmu itu. Kemana wajah masammu tadi," kata Sasa yang berjalan dengan Riana di sepanjang koridor kelas lain.
"Ih... apaan, sih, ganggu aja. Hmm..." Riana membuang wajahnya kesamping.
Sasa menggelengkan kepalanya. "Sangat susah menasehati kawan gila yang di landa asmara," sindir Sasa.
Riana memukul-mukul punggung Sasa karna kesal. "Kau bicara apa tadi?!" Sasa berlari, Vanya mengejarnya. "Sini kau laknat!" teriak nyaring Riana mengejarnya.
Sasa menjulurkan lidahnya mengejek Riana yang mengejarnya di belakangnya.
Murid-murid disana menjadikan mereka sebagai objek tontonan. Ada yang berbisik dan berkata, bahwa mereka sangat iri pada Riana yang selalu bahagia. Tidak perna merasakan apa itu kekurangan dalam materi, dia terlahir sempurna dan menjadi anak satu-satunya yang sangat beruntung di lahirkan.
Riana tidak perlu lagi mencari pacar seperti remaja pada umumnya bila sudah pubertas menyerang, karna Riana sudah memilikinya pacar sejak dulu. Bahkan pacarnya sudah menjadi tunangannya. Dan sempat heboh di waktu itu, karna siaran TV menyiar-kan acara perjodohannya sampai terkenal di Manca Negara.
Disaat Riana sudah lulus sekolah, dia akan segerah menikah dengan pria Konglomerat nomor 2 di Britania,
"Riana memang sangatlah beruntung," puji semua orang siswi lain padanya.
"Ibu! Aku pulang..." teriak Riana memasuki rumahnya.
Puspa datang untuk berikan pelukan padanya. "Eh, anak Ibu sudah pulang sekolah. Sini, peluk ibumu!" Riana memeluk ibunya, dan ibunya membawanya duduk di sofa. "Bagaimana hari ini sekolahnya sayang?"
Riana cemberut. "Ibu aku bukan lagi anak kecil, dan tolong berhenti menanyakanku setiap harinya." Cemberutnya.
Puspa hanya tertawa sebagai tanggapan. "Ok, ok, sayang. Kau istrihat dulu! Aku dengar nanti malam Brian akan datang menjemputmu kan?"
Riana menepuk jidat. "Brian kan, yang memberitahu ibu," tebaknya langsung.
"Yah haruslah! Apapun itu, dia harus lapor dulu dengan ibu sebelum dia membawamu pergi," rajuk Puspa padanya.
Riana menghela napas. "Terserah lah, ibu memang kelewatan memanjakan ku." Riana meninggalkan ibunya lalu menaiki tangan menuju kamarnya.
Pukul 7 malam, semua pelayan sibuk membantu Riana berhias wajah di depan cermin. Dia sangat begitu cantik dan terlihat dewasa memakai gaun merah panjang dan ada belahan dipahanya, sampai memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus putih dan bersih.
Riana terus menatap cermin memandangi dirinya, tiba-tiba saja Brian datang memeluk pinggangnya dari belakang, bahkan mencium pundaknya. "Kau sangat cantik Baby. Ayo kita berangkat sekarang!" Brian tidak sabar lagi.
Riana memutar tubuhnya berhadapan dengan Brian. "Aku tidak tau kau bisa datang secepat ini menjemputku." Senyumnya menatap mata Brian penuh cinta. Riana merangkul siku tangan cintanya dan berjalan bersama menuju mobil mewah depan rumahnya.
Riana dan Brian yang menuruni tangga bagaikan sepasang Pangeran dan Putri, tiba-tiba Ayah Riana yang baru pulang kerjanya bertanya, "Brian, apa kau tidak membawa beberapa pengawalmu?"
"Tidak Pah," sahutnya langsung.
Sandi yang paham akan anak muda di jaman sekarang, dia hanya menganggukkan kepala saja.. "Yah sudah, kalian hati-hati di jalan."
"Baik, Pa, dada..." kata Riana yang melambaikan tangan.
*
*
*
Casino tempat perjudian terbesar di Kota Metropolitan Landon, di sana terlihat semua orang tengah berjudi, berpesta, dan mabuk-mabukan, para wanita menari-nari erotis di tiang memperlihatkan gerakan tubuhnya yang sangat binal. Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian semua orang disana, mereka hanya fokus melihat seorang pria Dewasa memakai kemeja hitam, menggulung lengan bajunya sampai siku, sampai tattonya terlihat jelas dan mengerikan di pandang oleh sebagian orang.
Pria itu memakai perhiasan putih berkilau di tubuhnya. Duja wajahnya terlihat tegas, dan aksen giginya menjadikan dirinya sangat menawan, tapi senyumannya mengandung arti makna lain. Dia adalah penjahat nomor satu yang mengerikan. Sampai saat ini belum ada yang tau siapa dia sebenarnya? Dia PAVLO DIRGANTARA.
"Kau sudah kalah tuan," kata Pavlo yang suaranya terdengar serak basah.
Pria lawannya itu, tetap tidak mau memberikan semua miliknya yang tadinya menjadikan bahan taruhannya. "Lalu kau mau apa jika aku kalah?!" tanyanya seperti orang bodoh.
Pavlo mengetuk-ngetuk meja pokernya. "Aku tidak bisa menunggu, Leave all yours, to me."
Pria itu menertawakan Pavlo. "Kalau kau merasa Kaya Raya datang kemari, kenapa kau harus mengemis meminta uang padaku Tuan," hinanya langsung, mempermalukan Pavlo. Semua orang yang hadir di sana, ikut menertawakan Pavlo, dan ikut-ikutan menambahkan hinaan lagi padanya.
Door!
Pavlo menembak kepala Pria itu, Pria itu terperangah terjatuh di lantai, bahkan darah di kepalanya mengalir deras di lantai.
Semua orang di sana menjadi panik dan berlarian untuk keluar melarikan diri dari tempat terkutuk itu. Tapi mereka terlambat, karna sebagian orang yang hadir di sana ternyata adalah anak buah Pavlo yang menyamar seperti pengunjung. Mereka dihadang menggunakan senjata laras panjang amunisi oleh anak buah Pavlo.
Semua orang yang tadinya adalah Preman dan Mafia, kini ciut nyali karna tidak bisa melawan. Bagi mereka, Pavlo bukanlah lawan mereka saat ini.
Bagaimana tidak, Pavlo ternyata membawa pasukannya ketempat Casino, dan membiarkan pasukannya menyamar menjadi pelayan di sana. Bukankah itu berarti Pavlo adalah pemilik Casino yang terbesar di Kota Metropolitan. Dan mereka baru mengatahui itu sekarang.
Door!
Pavlo menembak atap langit, dia masih marah karna sudah direndahkan oleh semua tamu yang tadinya bermain serius disana.
Wanita cantik yang tadinya menjadi pendamping Pria yang mati itu, kini harus merangkak memohon padanya. "Tuan, tolong lepaskan aku yang tidak bersalah ini." Wanita itu menangis ketakutan. Dia tau jika dia tidak bisa keluar dari sana. Maka dia akan ikut mati bersama yang lainnya.
Pavlo tanpa perasaan menginjak tangan wanita yang merangkak di hadapan kakinya. Wanita itu terus menjerit kesakitan, dia merasa tulang tangannya retak dan patah.
"Siapa kau yang datang memohon padaku?! Hai kalian! Perkosa wanita ini! Dan bunuh mereka semua!" kata Pavlo berjiwa iblis, dia tidak terima kata ampun lagi.
Semua orang berhetar ketakutan karna ajal mereka sudah di depan mata, mereka mau lari tidak bisa. Hingga terjadilah insiden pembunuhan massal di tempat itu, karna 1 orang yang telah berani menyinggunya.
