Bab 2 Tukar Tempat
"Dapat panggilan Nad?" tanya Tika saat melihat Nadia sudah rapi dengan seragamnya pagi itu.
"Yup, DC" jawabnya
"Hahaha....Nad...mungkin kamu harus membawakan oleh-oleh untuk mereka supaya jadwalmu tidak sepadat ini"
"Sudah resiko, karena bulan depan aku mengajukan cuti seminggu, aku harus pulang ke Bandung, eh...Della besok baru kembali jadi nanti sebelum kamu berangkat mampir ke kantor manajemen untuk membayar iuran bulanan, uangnya sudah disiapkan di laci biasa, daripada nanti saat kita pulang kartu akses kita semua diblokir"
"Oh iya...untung kamu ingatkan, nanti siang aku mampir kesana"
Mereka bertiga mengurus apartement itu secara bersama-sama, saling mengingatkan karena kesibukan mereka yang kadang tidak melihat waktu dan mereka juga lebih banyak beraktifitas diluar.
Nadia berjalan menuju ruangan tempat mereka akan berkumpul untuk mendapatkan pengarahan dan pembagian tugas sebelum terbang. "Nad...nadia"
Dia menoleh saat mendengar namanya dipanggil dan dia melihat Gary berjalan cepat menyusulnya, "Terbang lagi Nad? Bukannya kamu barusan kembali kemarin?" Gary adalah seorang pilot junior, dan Nadia mengetahui jika Gary menaruh hati padanya, tetapi sejak kandasnya hubungannya dengan kekasihnya yang seorang pilot, Nadia sudah bertekad tidak ingin memiliki suami dengan profesi itu, sehingga dia lebih suka menghindari daripada memberi harapan palsu pada Gary.
"Iya, maaf aku tidak bisa ngobrol lama, aku duluan ya, sudah terlambat soalnya" Nadia langsung meninggalkan Gary sebelum lelaki itu berkomentar lebih banyak lagi dan masuk kedalam ruangan pertemuan.
Seperti biasa setelah pengarahan mereka biasanya menunggu panggilan penerbangan diruang tunggu sambil mengobrol, sudah hampir seminggu ini topik obrolan mereka tetap sama, yaitu soal pengambil alihan maskapai mereka oleh Andritz Corp. seperti sebelum-sebelumnya dia hanya duduk dan mendengarkan, sekarang beritanya bahkan sudah menyebar dan berkembang menjadi adanya pengurangan dan pergantian personil jika pengambilaihan selesai dilakukan, bagi Nadia yang penting bekerja dengan benar daripada memikirkan informasi yang tidak jelas sehingga menganggu pekerjaan dan mengakibatkan kinerja menurun. Bukankah jika kinerja menurun pihak Andritz dengan mudah bisa memecat mereka? oleh karena itu dia tidak ingin berita itu mempengaruhinya dan dia tidak terlalu menyukai tema obrolan itu, sehingga dia lebih memilih menyibukan diri membaca buku yang selalu dibawanya.
Mereka tiba di DC dan mendapat istirahat dua hari sebelum mereka harus terbang kembali lagi, "Kamu kenapa Sya?" Nadia melihat Tasya salah satu rekannya yang terluhat pucat saat mereka bertemu di lobby hotel tempat mereka menginap."Perutku sakit, Nad, seperti biasa bulanan yang datangnya tidak melihat situasi dan kondisi" jawab Tasya "Kamu sudah makan obat? Apakah kamu yakin bisa ikut terbang?"
"Sudah, ini sudah lumayan enakkan dibanding tadi pagi, biasanya sehari saja sakitnya"
"Begini saja, kita tukar posisi saja, di kelas utama penumpang tidak terlalu banyak dan biasanya tidak rewel, jadi kamu bisa istirahat. Aku gantikan tempatmu" kata Nadia, dia tidak tega melihat temannya itu dalam kondisi sakit seperti itu harus melayani banyak penumpang, selain itu dia berpikir jika Tasya memaksakan dirinya hasil kerjanya juga tidak akan maksimal dan jika ada penumpang yang kecewa dan mengajukan komplain maka penilaian terhadap maskapai mereka juga akan terpengaruh.
"Bener Nad?, kamu tidak keberatan?" Tasya memandang Nadia dengan tidak percaya, karena siapapun yang bertugas di kelasa utama pasti lebih enak dan santai, jarang ada yang mau bertukar tempat, jika tidak terpaksa atau diperintahkan.
"Iya, aku tidak keberatan, lagian ini bukan penerbangan singkat dan kalau kamu sakit diatas nanti akan lebih susah"
"Baiklah, kapan kalau ada kesempatan kugantiin ya" jawab Tasya
"Tidak perlu, Sya...cukup kamu lakukan pada rekan kita yang lain jika mereka membutuhkan, lagian namanya sakit mana bisa kita duga tingkat keparahannya, apakah ekonomi penuh penerbangan kali ini?"
"Lumayan Nad, baiklah aku akan menuruti permintanmu untuk membantu rekan kita lainnya jika mereka membutuhkannya"
"Ayo, itu bus angkutan kita sudah datang" Nadia berjalan bersama Tasya menuju pintu keluar dimana minibus yang akan membawa mereka sudah terpakir disana untuk membawa mereka ke bandara.
"Tuan, anda yakin bertukar tempat denganku?" Tanya Scott pada atasannya. Aldrich jarang menggunakan pesawat komersil, jika tidak terpaksa tetapi penerbangan kali ini dia meminta dipesankan tiket satu kelas bisnis dan satu kelas ekonomi, dan baru saja dia mengatakan pada asistennya itu jika dia yang akan duduk dikelas ekonomi.
"Mengapa? Aku bukan tidak pernah duduk di kelas ekonomi, mengapa kamu merasa aneh?, kamu duduklah ditempatku, nanti jika aku tidak nyaman kita bertukar tempat kembali" kata Aldrich
"Apakah perlu kita melapor pergantian tempat duduk kita ini pada maskapai?" tanya Scott dengan rasa penasaran, karena dia tidak yakin bosnya ini bisa duduk ditengah kebisingan kelas ekonomi terlalu lama, dan ini perjalanan yang cukup jauh dan lama.
"Tidak perlu, aku ingin melihat contoh kinerja mereka secara langsung, jika dikelas utama apalagi mereka mengetahui aku disana, aku yakin mereka tidak akan terlihat sejujur aslinya"
"Maksud tuan selain bertukar tempat kita juga bertukar peran?"
"Jika diperlukan, kita lihat saja nanti"
Sesuai pembicaraan dengan daddynya, Aldrich memang berniat melihat dan meninjau sebelum memutuskan mengakusisi maskapai penerbangan yang berpusat di Indonesia itu, secara laporan diatas kertas sebenarnya sudah tidak ada masalah, maskapai itu memiliki catatan yang sangat baik, tetapi pemengang saham terbesar di maskapai itu ingin menjual semua sahamnya karena alasan tertentu. Andritz yang memang sedang menjajaki bidang usaha penerbangan, mengingat mereka sudah memiliki jaringan hotel terkenal dan tersebar hampir diseluruh dunia yang jika bisa digabungkan pasti akan meningkatkan keuntungan mereka, oleh sebab itu Andritz ingin mengakusisi maskapai itu.
Aldrich sebagai penanggung jawab perusahaan untuk pengembangan bisnis, memiliki tanggung jawab untuk mengakusisi maskapai itu, dan dia dengan sengaja menggunakan maskapai itu dalam penerbangannya kali ini daripada menggunakan pesawat pribadinya untuk melihat bagaimana kinerja mereka diudara selama perjalanan yang cukup panjang dan lama itu.
Saat memasuki pesawat seperti biasa mereka disambut oleh barisan pramugari dan diarahkan ke kursi mereka masing-masing sejauh yang Al lihat cukup standart sampai saat penerbangan saat mereka mengudara, dia mulai melihat beberapa kekacauan yang disebabkan oleh beberapa. Salah seorang pramugari menumpahkan minuman pada seorang penumpang secara tidak sengaja, dan sipenumpang langsung memarahi si pramugari yang kelihatannya juga tidak terima disalahkan dan sempat terjadi pertengkaran mulut diantara mereka, Al merasa si pramugari tidak seharusnya emosi, bagaimanapun saat ini penumpang adalah raja. Tiba-tiba Al melihat ada seorang pramugari yang mendekati mereka dan langsung bertanya ada masalah apa, kelihatannya dia seorang pramugari senior karena kelihatan sekali bagaimana dia menangani masalah itu, dengan nada merendah dan suara lembut, dia meminta maaf dan menawarkan untuk mengganti selimut yang basah itu, dan menawarakan jika sipenumpang perlu menganti bajunya, pramugari ini cukup sopan, ramah dan menyenangkan sehingga si penumpang yang awalnya emosi entah bagaimana bisa menerima permintaan maaf mereka. Entah mengapa Al penasaran dengan wajah si pramugari yang berdiri membelakanginya, dari awal dia hanya melihat dari samping dan belakang dia ingin melihat wajah si pramugari ini.
Setelah kejadian itu Al berharap bisa memiliki kesempatan untuk melihat si pramugari yang membuatnya penasaran tadi, dia mencoba menyibukan dirinya dengan melakukan pekerjaannya, tiba-tiba ada seorang anak kecil jatuh disampingnya dan menangis dengan sangat kencang, si ibu langsung mencoba mengangkat putranya itu, tetapi si anak bersikeras tidak ingin bangkit karena dia merasa kakinya patah, si ibu masih mencoba mendiamkan putranya dan meminta maaf pada penumpang lain karena tangisan dan teriakan putranya membangunkan mereka. Al hanya melihat kejadian itu dan kembali menengelamkan dirinya dalam tumpukan berkas yang dibawanya, dia bersyukur kursi disampingnya kosong sehingga dia bisa tetap nyaman duduk tanpa diganggu, sampai dia mendengar kembali suara lembut yang sedang ditunggunya dari tadi merayu anak kecil itu, suara itu bukan hanya lembut tetapi sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Al langsung menoleh dan melihat pramugari yang dari tadi ditunggunya sedang berjongkok dan merayu anak kecil tadi.
"Hai...bagaimana jika aku membawakanmu ice cream sambil kita menyembuhkan patah kakimu, dan aku juga akan memberikan buku berwarna untukmu, aku jamin kamu pasti menyukainya. Ice cream rasa apa yang kamu sukai?, aku akan menggendongmu dan mengantarkanmu kembali ketempat duduk setelah itu aku akan mengambilkan apa yang kujanjikan tadi, bagaimana?" si anak yang mendengar kata ice cream langsung menghentikan jeritan tangisnya dan mengulurkan kedua tangannya untuk digendong oleh si pramugari. Saat itulah Al bisa melihat wajah si pramugari yang sedari tadi dicarinya, "cantik" katanya dalam hati. Al melihat papan nama yang tersemat pada dada pramugari itu 'Nadia', saat Nadia kembali akan melewatinya setelah mendudukan anak kecil yang menangis tadi, Al langsung menghentikannya, "Ada yang bisa saya bantu, tuan" kata Nadia, sebenarnya Al terdiam dan melihat Nadia dengan tatapan yang tidak terbaca, "Tuan? Apakah tuan sakit?" tanya Nadia kembali dengan nada kuatir. Al tersadar dari lamuannya, "Oh...maaf...tidak...saya tidak sakit, saya hanya ingin secangkir kopi hitam" kata Al saat dia tersadar
"Oh...baiklah, saya akan menyediakannya segera, ada yang lain tuan?" kata Nadia
"Tidak ada" jawab Al
Al melihat si pramugari menangguk dan tersenyum sebelum berbalik untuk menyiapkan pesananya, dia menunggu kedatangan si pramugari kembali, selama ini dia belum pernah merasakan rasa yang dirasakannya saat dia mendengar suara dan melihat wajah wanita ini bahkan pada mantan tunangannya dulu. Wanita ini adalah wanita pertama yang bisa membuatnya terpana hanya karena mendengar suaranya dan menatap matanya, apakah dia adalah wanita yang ditunggunya selama ini?
"Silahkan tuan, ini kopinya. Jika ada yang diperlukan lagi silahkan tuan memanggil kami."
"Terima kasih" Al hanya bisa menjawab dengan singkat tanpa melepaskan pandangannya dari Nadia.
Nadia menganggukkan kepalanya sebelum melanjutkan memberikan ice cream dan buku berwarna pada anak kecil yang tadi terjatuh. Sebenarnya dia cukup lelah hari ini, penerbangannya kali ini sungguh menguras banyak tenaga dan pikiran, entah mengapa dia merasa rekan-rekannya mulat terlihat tidak bersemangat, dan sibuk mencari kesempatan menuju kelas bisnis karena dari informasi yang mereka terima di kelas bisnis saat ini ada seorang yang sangat berpengaruh di Andritz yang menuju ke Indonesia dalam rangka pengakusisian maskapai mereka. Akibat dari berita itu mereka tidak fokus bekerja di bagian mereka dan mengabaikan para penumpang, bahkan mereka terlihat emosi jika kesempatan mereka untuk ke kabin utama gagal karena permintaan salah satu penumpang, dan Nadia terpaksa harus mengantikan mereka membereskan kekacauan itu karena itu dia harus kesana kemari bukan hanya di area tugasnya, seperti saat anak kecil itu jatuh dan membuat keributan, tidak ada satupun awak kabin yang ada disana, dan diduga Nadia mereka berada di kabin atas tempat kelas utama berada atau sedang dalam giliran istirahat.
Al sekilas melihat kelelahan terpancar dari sorot mata Nadia saat wanita itu mengantakan kopi untuknya, dan dia baru menyadari sedari tadi tidak ada awak kabin lain, sejak anak kecil itu menangis dia tidak melihat awak kabin yang harusnya berugas di areanya, melainkan Nadia yang datang, karena dari pengamatannya Nadia bertugas di kabin bagian belakangnya. Saat dia menyadari itu, dia melihat beberapa awak kabin berjalan dari depan menuju kebelakang sambil berbicara dengan bahasa Indonesia, Al tidak begitu memahaminya tetapi sekilas dia mendengar nama Andritz disebut dan dia menduga mereka semua dari kabin utama untuk melihat Scott yang menduduki tempatnya.
Dia memberikan beberapa catatan pada laporannya, untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kinerja karayawan maskapai ini, terutama untuk wanita yang telah mencuri perhatiannya, dia memerlukan data wanita itu untuk memutuskan perasaannya ini.
Mereka tiba sesuai jadwal yang ditentukan, Nadia berdiri didepan pintu untuk mengantarkan para penumpang turun, dia menyapa anak kecil yang tadi membuat kehebohan dan anak itu dengan polosnya meminta Nadia menunduk dan mencium kedua pipinya. Nadia tersenyum bahagia, hal-hal seperti inilah yang membuat kelelahannya seperti menguap, kepuasan para penumpang pada perjalanan mereka, karena jika mereka puas maka mereka pasti akan menggunakan maskapai mereka kembali.
Al yang mengamati interaksi anak kecil itu dengan Nadia tiba-tiba ikut tersenyum, dia bisa melihat senyum yang diberikan Nadia kepada para penumpangnya adalah senyum yang tulus, bukan terpaksa. Dan anak kecil itu juga menyadarinya sehingga dia memberikan ciuman sayangnya pada Nadia.
Dia berjalan melewati Nadia, dia mengucapkan terima kasih dan memberikan senyum mahalnya pada Nadia dan sesuai harapannya dia mendapat ucapan terima kasih juga dan senyum yang sangat manis yang membuat hatinya berbunga-bunga, dia berharap bisa segera menemukan data tentang wanita ini dan mengenalnya lebih dekat.
Al disambut oleh Scott digerbang kedatangan dan mereka langsung melangkah bersama menuju ke mobil yang sudah disiapkan, mereka akan menginap di hotel Andritz Jakarta.
"Soctt, segera kamu periksa laporan kinerja semua karyawan maskapai ini, dan satu lagi aku memerlukan segera semua data awak kabin yang ada dalam penerbangan tadi"
"Baik, tuan. Apakah ada sesuatu yang terjadi di kabin tuan tadi?" tanya Scott pada bosnya itu, karena dia yakin telah terjadi sesuatu sehingga bosnya langsung meminta data awak kabin yang ada dalam penerbangan itu.
"Aku yang ingin bertanya apa yang terjadi dikabin utama, karena kulihat para awak kabin mondar mandir ke atas" balas Al pada Scott.
Scott yang mendapat pertanyaan balik langsung tersenyum, "Kelihatannya tuan sudah mengetahui apa yang terjadi, dan ternyata menjadi orang penting itu tidak enak, saya tidak bisa beristirahat karena mereka berberapa kali bertanya apakah saya perlu sesuatu" jawan Scott.
"Sesuai dugaan saya, kelihatannya ada berita yang sudah menyebar, coba kamu selidiki, aku mengkuatirkan sesuatu akan terjadi dan itu akan mengakibatkan kekacauan"
"Baik tuan, akan segera saya selidiki"
