Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Salah Kirim

Bab 13 Salah Kirim

Matahari semakin meninggi. Panasnya lebih dari beberapa jam sebelumnya. Udara pun semakin pengap di dalam ruangan. Gerah dan tubuh mulai berkeringat pun tak dapat dihindari.

Waktu menunjukan pukul sebelas siang. Jam hampir mendekati waktu makan siang. Biasanya pada jam-jam seperti ini Flora masih di jalan dan baru sampai di toko setengah jam sebelum jam makan siang. Beberapa hari ini sejak ada Troy, pekerjannya jauh lebih terbantu dari biasanya. Flora dapat menyelesaikan pesanan lebih banyak dari sebelumnya. Dan selagi Troy membantunya mengirim pesanan pelanggan, Flora dapat menjaga toko. Melayani pembeli yang datang dan memenuhi keinginan mereka akan buket-buket bunga segar yang selalu ia rangkai.

Flora dan kemampuannya merangkai bunga tak pernah lepas dari andil mendiang ibunya. Ibu Flora yang memang sangat menyukai bunga dan menggeluti dunia merangkai bunga sejak ia muda pun menurunkan bakatnya pada Flora. Gadis itu tidak pernah belajar secara resmi. Ia hanya mengikuti kelas merangkai bunga sekali dan setelahnya ia mencoba belajar model baru melalui tayangan video yang ia tonton secara online.

Toko bunga bernama “Flora Florist” itu adalah satu-satunya peninggalan kedua orang tua Flora yang tersisa. Peninggalan lainnya tentu sudah habis. Terjual untuk melunasi hutang-hutang yang terlampau banyak jumlahnya. Toko bunga itu adalah impian ibunya sejak lama. Ia baru mengelola usaha itu beberapa tahun lamanya kemudian ia meninggal. Dan setelahnya usaha itu menjadi milik Flora dan ia kelola hingga saat ini.

Tidak seperti toko bunga lainnya, toko bunga milik Flora itu memiliki keterbatasan. Ia hanya dapat mengerjakan pesanan-pesanan buket kecil. atau buket-buket khusus dalam jumlah terbatas. Biasanya buket buatan Flora dipesan untuk dijadikan hadian atau kiriman untuk rekan kerja. Atau terkadang pengusaha-pengusaha rias pengantin memerlukan dirinya untuk membuat buket bunga tangan yang biasa dibawa oleh mempelai wanita. Meskipun begitu jumlahnya tentu saja tidak banyak.

Flora memiliki keterbatasan modal. Dan ia memiliki keterbatasan tenaga juga akomodasi. Biasanya toko bunga lain dapat menerima pesanan bunga ucapan besar yang biasa dikirim untuk ucapan duka cita atau ucapan selamat atas sebuah pencapaian. Atau bunga-bunga tanda penghormatan yang biasa di kirim ke pemakaman. Toko bunga lain dapat memuatnya kemudian memberikan layanan pengiriman ke lokasi. Namun, Flora tidak bisa melakukannya. Tidak ada tenaga bantuan, dan jikalau ada pun tidak ada kendaraan untuk mengirimkan pesanan itu. Padahal apabila dihitung, keuntungannya lumayan besar dan biasanya karangan bunga seperti itu cukup banyak dibutuhkan.

Mengingat semua kendala yang ia hadapi tidak lantas membuat Flora menyerah begitu saja. Dengan segala keterbatasan itu, ia tidak lantas menyerah. Justru dengan seperti itu, ia dapat memaksimalkan dirinya untuk membuat buket-buket bunga indah yang selalu dipesan pelanggannya untuk menghias rumah atau ruang kerja mereka. Flora merasa puas sekaligus bangga. Setidaknya sedikit usaha yang dapat ia kerjakan mampu membuatnya menghasilkan cukup uang.

Selesai dengan kegiatannya membersihkan bekas bunga-bunga yang selesai ia rangkai sambil menunggu jam makan siang tadi, Flora menyapu lantai toko. Ia merapikan meja lantas menyimpan kembali alat-alat yang ia gunakan untuk merangkai. Flora mengambil buket bunga yang barus selesai ia kerjakan lantas menyimpannya di rak seperti biasa. Gadis itu kemudian berjalan ke meja dan duduk di kursi yang tadi ia duduki. Tangannya menarik laci yang ada di bawah meja dan mengeluarkan kotak makan siang yang tadi diantar oleh Bibi Mira. Ia tersenyum sambil meletakkan kotak makanan di atas meja. Membuka penutupnya kemudian berdoa. Ia baru akan menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya ketika suara dering ponsel menganggu kegiatan makan siangnya.

“Siapa yang menelepon di jam seperti ini?” gumamnya. “Aku sedang ingin makan dan terganggu pula.”

Air muka Flora sedikit berubah. Kesal dan merasa terganggu tentu saja. Bagaimana tidak? Ia sedang sangat lapar dan dering telepon itu benar-benar menganggu. Jika tidak segera diangkat, tentu Flora makin terganggu nantinya. Akhirnya dengan terpaksa, ia pun mengangkat telepon itu.

“Nomor siapa ini?” gumam Flora mendapati deretan nomor tak dikenal yang muncul di layar ponselnya. “Apakah ini nomor salah satu pelanggan yang baru? Atau nomor pelanggan lama yang mengganti nomornya?”

Flora terus menebak-nebak. Ia belum dapat memastikan siapa si penelpon dan akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya saja.

“Selamat siang. Dengan Flora Florist ada yang bisa saya bantu?” suara Flora berubah ramah dan sopan seperti biasanya. Ia terus tersenyum sekalipun lawan bicaranya tak dapat melihat senyumannya. Semacam sebuah kebiasaan baginya.

“Selamat siang, saya Indira yang tadi memesan buket bunga di toko anda,” balas si pemesan yang ternyata adalah seorang perempuan. Jika didengar dari suaranya. Kemungkinan Indira ini bukanlah wanita muda. Sebab seiring bertambahnya usia maka suara perempuan pun semakin berubah.

“Iya, Bu Indira. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Flora berusaha mempertahankan sikap ramahnya. Ia belum mengetahui apa alasan perempuan bernama Bu Indira itu menelpon. Jadi Flora harus tetap memberikan kesan baik pada perempuan itu.

“Begini, Mbak Flora. Saya tadi memesan buket bunga lili putih. Saya memesan sejumlah dua puluh batang dengan kartu ucapan untuk sahabat saya yang bernama Nana. Kebetulan tadi pagi anak saya yang menerima kiriman bunganya karena saya memang sedang tidak di rumah. Anak saya tidak mengetahui bahwa pesanan saya adalah bunga lili sehingga ia menerima saja kiriman buket bunga tanpa melihat isinya. Saya baru tiba beberapa menit yang lalu dan mendapati ternyata bunga dari Mbak Flora salah. Yang dikirim bukanlah lili putih melainkan buket bunga mawar putih. Saya cukup kecewa dengan kesalahan ini meskipun bunga ini juga cantik. Tapi saya ingin sahabat saya terkesan dengan apa yang saya berikan. Jadi saya menelpon karena ingin meminta pertanggungjawaban Mbak Flora. Kiranya hal seperti ini bagaimana cara mengatasinya?”

Suara wanita di telepon itu terdengar lembut dan anggun. Ucapannya sama sekali tidak menyakiti atau terkesan menekan Flora. Ia mengutarakan maksudnya dengan jelas dan Flora pun tak dapat mendebatnya sebab ia berkata dengan sopan.

“Buket bunga lili, ya? Sebentar saya periksa catatan saya dahulu,” ucap Flora.

Gadis itu pun mengambil buku catatannya. Melihat daftar pesanan yang sudah dikirim pagi tadi. Semuanya lengkap sebab hari itu memang ada sekitar sepuluh pesanan buket bunga. Dan yang memesan buket lili tidak hanya penelpon bernama Indira itu. Ada orang lain yang juga memesan yang sama. Dan mengenai buket bunga mawar putih yang dikirim ke rumah Bu Indira itu pun memang ia mendapat pesanan buket bunga mawar putih hari itu. Dilihat dari situasinya, Flora tidak mungkin salah membuat karangan bunga. Ia sudah mencatat semuanya dengan rinci dan ia yakin bahwa tidak ada satu bunga pun yang terlewat apalagi sampai salah. Jika pun kesalahan ini ada pada Troy, kemungkinan bunga itu tertukar dengan milik pelanggan lain. Dan apabila memang itu yang terjadi, kemungkinan pelanggan yang merasa pesanannya tertukar itu pasti akan segera menghubunginya. Namun, masalahnya sekarang bukan itu. Tapi, menyelesaikan masalah Bu Indira lebih dahulu.

“Maaf, Bu Indira. Mungkin ada sedikit kesalahan di sini. Tapi tenang saja. saya akan bertanggungjawab. Bagaimana kalau saya buatkan satu buket bunga lili untuk Bu Indira?”

“Buket bunga pengganti? Begitu maksudnya?” tanya Bu Indira memastikan.

“Iya,” balas Flora.

“Apakah saya harus membayar lagi untuk bunganya?” tanya Bu Indira lagi.

“Tentu saja tidak,” balas Flora. “Saya berikan secara gratis karena memang ini bentuk tanggung jawab saya. Tapi maaf, mungkin saya tidak dapat mengantarkannya pada anda. Bisakah Bu Indira yang mengambilnya sendiri ke toko saya?”

“Baiklah. Begitu juga tak apa. Kebetulan setengah jam lagi saya baru akan pergi. Bisa selesaikan buket itu dalam setengah jam?”

“Bisa,” jawab Flora dengan yakin. “Saya tunggu kedatangan Bu Indira di toko saya.”

“Baiklah. Terima kasih, Mbak Flora. Sampai jumpa nanti.”

[]

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel