Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14

Alfa tampak sedang membaca beberapa berkas di hadapannya dan ia tersenyum sinis. Tak adakah hakim lain yang harus menangani kasus Abraham? Kenapa harus dirinya. Alfa hanya mampu tersenyum kecut seraya memijit pangkal hidungnya.

Sangat jelas sekali kini keluarga itu hancur dan dalam ambang kemiskinan. Semua asset yang tersisa telah di sita pihak bank. Dan itu tak juga menutupi hutang dan penggelapan uang yang di lakukan oleh Abraham. Sekarangpun semua tabungan dirinya,  pun dengan anak-anaknya di blokir bank. Alfa membayangkan bagaimana mirisnya Amanda,  wanita penggila harta yang begitu angkuh.

Di satu sisi Alfa merasa sangat senang melihat kehancuran mereka,  tetapi di sisi lain,  ia pun memikirkan nasib kedua adiknya.

Para pengacara dan jaksa kini tengah berlomba mengumpulkan semua bukti untuk persidangan pertama Abraham yang akan di lakukan esok hari. Alfa benar-benar harus menyiapkan dirinya untuk menghadapi esok.

Alfa mengeluarkan liontin milik Zara dan menatapnya. "Kamu selalu mendukung keputusan Kakak,  bukan? Semoga jalan yang Kakak ambil ini tidaklah salah, " gumam Alfa.

Alfa memutuskan menutup mata dan tak melihat hubungan di antara dirinya dan Abraham,  ia tidak akan mempertimbangkan atau mendengarkan ucapan Rival beberapa hari lalu. Ia hanya ingin tetap bekerja dengan jujur dan menegakkan keadilan. Ia akan memberikan keputusan yang adil untuk Abraham nanti.

***

"Kamu yakin besok akan datang?" tanya Ali saat ia mendengar keputusan dari Zara.

"Besok adalah sidang pertama Dad,  emm maksudku Mr. Abraham, " seru Zara sedikit berdehem.

"Lalu apa yang mau kamu lakukan di sana,  Zara? Di sana sangatlah berbahaya dan aku takut Rival atau tangan kanan Abraham menyadari kehadiranmu. Kamu bisa dalam bahaya, " ucap Ali.

"Aku yakin aku akan baik-baik saja,  Kak. Aku hanya ingin melihat secara langsung sidang itu berlangsung." Zara tetap pada pendiriannya.

"Kalau begitu aku akan menemanimu, " ucap Ali dengan tegas.

"Tidak perlu,  kalau kamu ikut denganku maka mereka akan lebih curiga dan lagi bukankah kau ada pekerjaan penting?" tanya Zara.

"Aku lebih mengkhawatirkan dirimu,  Zara."

"Aku akan baik-baik saja,  Kak. Kak Ali tenang saja, " ucap Zara berusaha menenangkan Ali.

Akhirnya Ali memilih mengalah, Zara memang begitu keras kepala,  hingga Ali lebih memilih mengalah daripada harus berdebat tanpa ujung dengannya.

***

Esok pagi menjelang dan matahari mulai memperlihatkan sosoknya,  menandakan kalau musim akan berganti.

Zara sudah siap dengan pakaian dan juga mantelnya yang berwarna merah hitam. Kerudung hitam dan juga cadar hitam tampak cantik menempel di kepalanya.

Zara sudah mengumpulkan tekadnya dan dia akan pergi ke sidang perdana Abraham. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Bismillah..."

Zara berangkat sendirian menggunakan taxi menuju pengadilan dimana sidang tersebut akan di gelar.

Tak butuh waktu lama,  ia sampai di depan gerbang pengadilan besar itu. Tampak area halaman depan penuh dengan kendaraan dan juga orang-orang terutama media. Ia turun dari taxi dan berjalan perlahan melewati orang-orang itu dan berusaha tak terusik.

Saat hendak masuk ke dalam persidangan ternyata di jaga ketat dan tidak sembarang orang bisa masuk. Akhirnya Zara terpaksa mengeluarkan kartu identitasnya yang asli dimana terdapat nama Abraham disana.

"Aku salah satu keluarga, " ucap Zara membuat kedua polisi penjaga itu saling beradu pandang lalu tak lama meminta Zara menuliskan identitasnya di buku tamu dan di persilahkan masuk.

Zara masuk dan melihat sudah banyak orang di dalam ruang sidang,  hingga tatapannya tertuju pada sosok yang membuatnya sakit hati dan ketakutan.

Amanda....

Dia ada di barisan paling depan bersama Rival dan Meysa. Sebenarnya melihat mereka dari belakang cukup membuat tubuh Zara bergetar dan merasakan rasa sakit yang tak bisa ia detailkan. Zara mengambil duduk di barisan paling belakang dengan berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel