Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Demi Keluarga

“Diamlah dan nikmati! Kau harus belajar dulu sekarang agar kau mahir melakukan pekerjaanmu.” Livia melepaskan genggaman tengan Kai. Ia bersandar di bahu Kai dan tangannya beralih mengusap dada bidang Kai dengan lembut.

“Hemmm,” dehem Kai untuk menetralkan rasa tidak nyamannya. “Memangnya pekerjaan apa yang harus saya lakukan? Kenapa harus seperti ini?”

Livia dengan perlahan menjauh dari Kai dan mengambil ponsel pintarnya yang ia simpan di meja. Kai menghela nafas lega. Akhirnya Livia mejauh juga darinya. Namun, Livia kembali duduk di samping Kai, tapi sekarang Livia tidak memeluk Kai.

“Kamu biar aku poto dulu, ya?”

“Kenapa harus di poto?”

Kai menyerengit heran, masa untuk bekerja di tempat seperti ini saja harus di foto.

“Biar pelanggan kamu banyak.”

“Udah diam aja nikmati! Ini pekerjaan enak.”

“Gitu, ya?”

“Iya.”

Akhirnya Kai menurut dan mau di foto.

“Fotonya di sana, ya.” Livia menunjuk ke arah ranjang yang tidak jauh terletak di dari sofa yang mereka duduki. Walaupun kebingungan, Kai tetap berjalan ke arah ranjang itu sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

“Duduk!”

Kai masih menuruti setiap sesuatu yang di perintahkan Livia, bahkan berpose di depan kamera ponsel Livia.

“Sekarang buka bajunya.”

“Hah.” Kai sampai melongo di suruh buka baju. ‘Ni cewek mau ngerusak gue apa?’ batin Kai.

“Udah buka aja ngak papa. Disini ngak ada orang kok selain aku.”

“Bener ngak apa-apa.”

“nggak apa-apa.”

Dengan ragu akhirnya Kai membuka pakaiannya. “Ini pakainnya minjem, masa harus dibuka-buka,” kesal Kai bergumam.

“Kenapa?” Livia masih mendengar gumaman Kai, tapi ia tetap pura-pura bertanya. ‘Ni orang polos apa gimana?’ batinnya bertanya-tanya.

“Nggak apa-apa hehe.”

Livia menggeleng-gelengkan kepalaya. “Lucu,” gumam Livia sembari mengarahkan kamerany ke arah Kai.

Livia membuka aplikasi chat oline dan memposting foto Kai di sana hingga langsung ada yang membalas postingannya itu. Namun, Livia tidak langsung membalas dan malah menyimpan ponselnya. Lantas Livia mendekat ke arah Kai dan duduk di samping Kai.

“Sebelum bekerja, sepertinya kamu harus belajar dulu,” ucap Livia sambil memegang tangan Kai.

Tubuh polos Kai membuatnya tidak bisa menahan diri, tidak di sangka simiskin ini memiliki tubuh yang luar biasa sempurna. Livia pikir, sebelum menyerahkan Kai pada wanita-wanita kelaparan itu lebih baik ia menikmatinya dulu, sangat di sayangkan berlian di jual begitu saja sebelum dinikmati.

Melihat Livia, Kai jadi teringat kejadian tadi pagi. Kai memejamkan matanya, menggigit bibir bawah dan memalingkan muka. ‘Mampus gue … belum juga ngejelasih gue harus kerja apa. Itu tangannya udah gak bisa ngontrol.’

Kai sadar jika Livia ini bukan wanita polos, bahkan mungkin saja livia lebih liar dari wanita-wanita tadi yang menghadang Kai. Pasalnya Livia ini pemilik rumah bordil ini. Kai juga sudah mempersiapkan diri untuk itu, tapi Kai tidak menyangka akan secepat ini. Kai pikir Livia akan membiarkannya bekerja dulu melayani para tamu yang datang dengan menghidangkan minuman atau apalah, tapi ini.

Tangan Livia semakin nakal memegang dada polos Kai karena Kai masih belum mengenakan baju.

“Nona Livia,” desis Kai tidak tahan karena Livia menjilati telinganya bahkan menggigit dengan pelan.

Yang di lakukan Livia berhasil membuat Kai tak berdaya. Livia bahkan berani membuka kancing celananya.

“Kenapa ka-kau melakukan ini? Aaaah!”

Livia terus saja membuat Kai bergairah hingga Kai tidak bisa menahan gejolak hasratnya sendiri.

“Karena ini pekerjaanmu, Kai. Kau harus melayani banyak wanita agar kau punya uang banyak, kau menginginkan uang banyak, ‘kan?”

Dengan polosnya Kai menganggukan kepala. Livia sepertinya sangat tahu kelemahan Kai. Ia tersenyum puas melihat Kai menganggukan kepalanya.

‘Masa keperjakaan gue ilang hanya karena gue butuh duit, tapi kalau nggak gini hidup keluarga gue bakalan terus-menerus menenerima hinaan orang, mas depan adik gue di pertaruhkan. Jangan sampai yang gue rasakan di rasakannya.’

Kai terus saja memikirkan Ibu dan adiknya sampai tidak menyadari Livia sudah membuka baju atasannya dan sekarang Livia berada di atas Kai.

“Harusnya kau bisa lebih mendominasi, Kai! Bukan malah diam seperti itu, tapi aku memakluminya karena ini untuk pertama kalinya kau melakukan ini,” ucap Livia sembari mengecup dada bidang Kai.

Mendengar kata ‘harus mendominasi’ dari Livia, Kai langsung melihat Livia. Dengan ragu dan juga kepalang sudah terlanjur Kai memegang Bahu Livia dan membalikan keadaan hingga Livia berbaring di bawahnya.

“Baiklah, aku akan lakukan ini demi keluargaku,” ucap Kai sebelum memulai aksinya.

Kai memulai dengan mengusap ujung kaki Livia hingga area sensitifnya, Livia benar-benar di buat tak tahan dengan pemanasan yang Kai lakukan, benar-benar memuaskan. Kai bukan laki-laki polos yang tidak mengerti melakukan itu, ini mungkin pertama kalinya juga Kai melakukannya, tapi Kai pernah melihat dengan jelas adegan-adegan seperti ini. Ibunya di perkosa di depan Kai hingga ibunya melahirkan Raihan.

Saat itu Kai di ikat hingga tidak bisa menolong ibunya, ia hanya bisa menyaksikan ibunya di perlakukan dengan kasar, ibunya merintih kesakitan, tapi Kai tak bisa berbuat apa-apa selain menangis.

Setelah orang-orang jahat itu pergi, barulah Ibu Ruminah melepaskan ikatan tangan Kai dengat tertatih-tatih sembari merintih kesakitan dan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

Dan ingat! Sepolos apapun kucing jika menemukan ikan di depan wajahnya pasti langsung dimakan, bahkan langsung buas dengan menggeram sok ganas.

“Kau ternyaata lihai sekali, Kai. Aaah!” Kai memainkan jarinya di pusat inti Livia.

“Tentu saja,” jawab Kai sebari melepaskan Jarinya.

Lantas, Kai menyusutkan jarinya ke seprai karena basah oleh cairan Livia. Kai rasa sudah cukup ia bermain-main. Livia sampai menaik turunkan dadanya karena nafas yang tidak teratur.

Namun, belum selesai Livia mengatur nafasnya, Kai mendekat dan memagut dagu Livia lembut sebelum akhirnya bibirnya dan bibir Livia bertemu dan saling memagut satu sama lain.

Kai dengan lihai memainkan lidahnya ke segala sisi rahang Livia, membuat Wanita itu bergetar kegelian seraya memunculkan suara rintihan yang semakin membangkitkan Hasrat Kai.

Setelah dirasa cukup membuka pergumulan mereka berdua, Kai langsung membuka celananya hingga menunjukan sesuatu yang keras dari balik celana itu. Livia tersentak melihat milik Kai yang besarnya tak pernah ia temukan di lelaki manapun, bahkan Fathan sendiri.

Ia lantas menggapai milik Kai dengan lembut dan memainkannya, sementara Kai hanya bisa memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan Livia.

Setelah puas, Livia langsung berdiri dan bersandar di sofa seraya membuka lebar-lebar kedua pahanya.

“Kai … lakukan sekarang! Cepat! Aku sudah tidak tahan!”

Melihat Livia sudah memasrahkan seluruh tubuhnya itu, Kai hanya tersenyum melihat Wanita di depannya ini. Lalu, dengan Kasar, ia memasukkan miliknya ke mahkota kenikmatan yang dimiliki Livia.

“Kaii! Pelan-pel …”

Belum sempat bersuara, bibir Livia sudah dihujam oleh bibir Kai, sementara seluruh milik Kai sudah terbenam di mahkota Livia seutuhnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel