Bab 4 Aku adalah benang takdirmu
Ketika langkah kaki Long wang tiba di sana, Wuer yang berjaga segera undur diri dengan membungkuk hormat pada Long wang.
Long wang berjalan dengan langkah kaki melambat, benang merah tipis yang mengikat jari manis kirinya terhubung dengan jari manis seseorang yang ada di dalam kolam mandi. Long wang berjalan lebih lambat lagi, ada keraguan muncul di dalam hatinya. Perasaan dan debaran tadi masih bisa dia rasakan, saat dia hendak masuk Lian sudah berdiri tepat di depannya. Long wang terkejut dan ketika dia melihat jari manisnya benang itu sudah hilang.
Apa-apaan ini? Benang merah takdir yang tadi mengikat jari manisku kenapa menghilang?
Long wang menatap wajah Lian yang kini berdiri dengan jarak sekitar satu jengkal tepat di depannya, Lian sedang sibuk memakai baju.
“Tuan Long lihatlah lukaku sudah sembuh, air di kolam ini sungguh ajaib, aku pikir aku sudah tidak perlu mengoleskan salep lagi,” ujarnya dengan senyum di bibirnya.
Lian hanya berpura-pura, dia tetap mencari cara untuk meninggalkan alam dewa karena keberadaan Long wang. Sebenarnya tadi Lian melihat Long wang datang tepat saat Wuer undur diri, Lian panik dan keluar dari dalam air. Ketika melihat di cermin dia baru menyadarinya bahwa tanda dewi di keningnya telah muncul, untungnya dia dengan cepat langsung keluar dari dalam kolam lalu memutuskan benang merah yang terhubung dengan Long wang. Menyembunyikan jati dirinya sebagai peri suci dan juga tanda dewi di keningnya.
Hari ini dia tahu kalau semua perkataan klan iblis waktu itu terdengar sedikit masuk akal. Hanya tinggal satu langkah lagi maka obat penawar racun akan sempurna, tinggal menumbuhkan perasaan cinta di dalam hatinya untuk Long wang.
Long wang tampak kecewa, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.
“Tuan Long? Apakah aku juga harus memanggilmu Yang-mulia?”
Untuk menutupi perasaannya sendiri, Long wang berpura-pura bertanya. “Panggil saja sesukamu. Apa kamu sudah lapar? Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untukmu!” Long wang berniat berbalik dan pergi memanggil pelayan.
Tidak disangkanya, Lian berlutut di belakangnya dan langsung mengucapkan permohonan padanya.
“Yang-mulia, izinkan hamba untuk kembali ke alam fana!”
Long wang tertawa getir, hatinya terasa sangat pahit. Bukan karena benang merah yang sengaja dihilangkan, juga bukan karena masalah racun di tubuhnya. Sebenarnya Long wang juga bukan tipe orang picik yang akan memanfaatkan ketulusan orang apalagi membunuhnya dan menggunakan jantungnya sebagai penawar racun monster di tubuhnya.
Long wang hanya tidak menyangka Lian akan menghindarinya seperti sekarang.
Entah kenapa dia merasa cemas dengan keadaan Lian ketika wanita itu jauh darinya, merasa ada sesuatu yang tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Dan rasanya hal itu sangat berharga, lebih berharga dari nyawanya sendiri.
“Ya, jika kamu tetap tidak ingin tinggal di sini aku tidak akan memaksa, lagi pula urusan di antara kita sudah impas! Aku menyelamatkanmu kemudian kamu juga menyelamatkanku.” ujarnya.
Long wang pun pergi meninggalkan Lian begitu saja.
Lian panik dan mengekornya. “Tuan Long, tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan padamu!”
Long wang menahan rasa kesal di dalam hatinya. “Apa lagi? Pergilah! Bukannya kamu selalu ingin pergi meninggalkanku? Aku tidak akan menahanmu lagi,” keluhnya.
“Bagaimana caranya aku bisa turun ke alam fana? Alam dewa berada di tempat yang sangat tinggi, aku tidak mungkin bisa turun begitu saja, bukan? Aku bukan seekor burung,”
Long wang berbalik dan menatapnya. “Melompat saja! Kamu pasti akan sampai ke bumi!”
Lian melotot. “Bukannya aku akan mati jika aku melompat ke bawah begitu saja?”
“Peri Lian, kamu memiliki kekuatan spiritual, apakah kamu akan langsung mati ketika melompat? Lagi pula di hutan itu ditumbuhi banyak pohon! Palingan juga akan tersangkut kalau kamu terjun ke bawah.” Sindirnya dengan sengaja.
Long wang pergi dan duduk di luar kamarnya, pelayan sudah menyiapkan makanan di sana. Ada aneka macam hidangan disediakan. Lian yang sejak tadi mengekor Long wang ragu-ragu ikut duduk di sana.
Pelayan di samping terkejut melihat itu, tidak satu pun di kerajaan alam dewa yang bisa duduk satu meja dengan Long wang. Apalagi saat ini Long wang terlihat sama sekali tidak peduli.
“Tuan Long?” panggil Lian.
Long wang masih marah dan sedikit kecewa dengan sikap Lian jadi dia bersikap tidak peduli dan memutuskan untuk tidak menahannya agar Lian tetap tinggal di istananya lagi.
“Kenapa? Bukannya kamu tidak suka makanan? Bukannya kamu ingin cepat pulang? Pergilah, jangan sampai aku kembali berubah pikiran!”
Lian mengangguk pelan lalu berdiri, sambil terus berjalan dia menoleh ke arah Long wang. Pria itu menuang teh ke dalam cangkir dan meneguknya dengan frustrasi. Long wang terlihat sama sekali tidak peduli.
***
Lian terus berjalan dan berjalan, dia keluar dari halaman istana dan masuk ke area tebing. Di sana tampak awan di bawah. Di mana hutan tempat dia berubah wujud menjadi manusia Lian juga tidak tahu.
Ada beberapa orang prajurit yang ditugaskan Guseng untuk mengawasi Lian. Jenderal alam dewa itu cemas jika Lian yang bodoh akan membuat masalah baru. Mereka melihat Lian berdiri di tepi tebing lalu mundur lagi. Empat prajurit itu mengawasi dari kejauhan.
Salah satu dari mereka bertanya pada rekannya.
“Eh lihat, kenapa dia pergi ke tebing?”
“Peri bodoh dari alam fana itu apakah sedang mencoba bunuh diri?”
“Aku sejak tadi melihatnya berdiri sambil terus berbicara sendiri, apakah dia sedang merapal mantra khusus?”
“Dia diperlakukan istimewa oleh Yang-mulia raja tapi tetap saja menolak untuk tinggal.”
“Jika yang menolak penduduk alam dewa pasti sudah dihukum, Yang-mulia memberikan pengecualian untuknya,”
“Aku rasa otaknya mungkin tidak normal,”
“Dibandingkan tinggal di hutan bukankah berada di sini lebih baik?”
Mereka semua terus mengobrol dan tidak mengawasi Lian.
Lian sudah berdiri dan hendak melompat terjun ke bawah.
“Apakah aku sungguh harus melompat dan terjun ke bawah? Bagaimana jika aku mati di tengah jalan? Aku tidak punya sayap, aku bukan seekor burung!” keluhnya sambil terus berjalan mondar-mandir.
Tanpa pikir panjang Lian langsung melompat. Para prajurit yang tadi berjaga dan mengawasi di sana langsung melotot kaget karena Lian sudah tidak ada di tepi tebing.
“Di-dia, wanita bodoh itu ke mana?”
“Dia menghilang?”
“Apakah dia bunuh diri?”
“Dia pasti menggunakan sihir lalu menghilang!”
Prajurit itu melihat dan mendekat ke tepi. Di bawah tebing alam dewa ada pohon buah persik dan baju yang Lian kenakan tersangkut di bagian punggungnya sehingga tubuh Lian masih bergelantungan di sana.
“Dia tersangkut!”
“Kamu pergilah melapor!” perintah prajurit lainnya.
Lian mendengar suara mereka di atas sana. “Hei! Prajurit, bisakah kalian membantu? Bajuku tersangkut tolong potong dahan pohon sialan ini!” perintahnya.
“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melompat? Apa kamu pikir kamu punya sayap?” tanya salah satu dari prajurit.
“Aku hanya ingin turun ke alam fana, karena itu aku terjun ke bawah.”
“Peri bodoh, apa kamu pikir begitu mudah untuk kembali ke alam fana? Bagaimana kalau tubuhmu malah jatuh di laut?”
Lian membuang napas kasar lalu kembali berteriak. “Makanya bantu aku!” teriaknya dari bawah tebing.
Guseng mendapatkan laporan itu, dan dia segera melaporkannya pada Long wang.
Long wang masih duduk di luar kamarnya, dia sejak tadi juga sedang menonton dengan membuka sebuah cermin ilusi miliknya, dia juga melihat apa yang terjadi pada Lian di luar istana.
“Hahahaha! Hahaha! Dia-dia sungguh ingin terjun ke bawah? Dasar wanita bodoh, apa dia tidak takut mati? Hah?! Hahahaha!”
“Yang-mulia!” Guseng memberikan hormat pada Long wang.
“Ya, kenapa kamu datang ke sini?” Long wang segera menutup kembali cermin ilusi.
“Ada hal penting yang ingin saya laporkan, peri Lian sepertinya ingin bunuh diri!”
“Biarkan saja,” jawab Long wang dengan santai.
Guseng terlihat sangat khawatir, bukan karena Lian yang akan mati tapi cemas dengan posisi Long wang sebagai pemimpin empat alam yang akan terancam dengan martabat buruk dan juga hinaan.
“Bagaimana kalau dia mati saat jatuh dari alam dewa? Bukankan penduduk alam dewa akan disalahkan dan kasus ini akan menyulitkan Anda, Yang-mulia!”
Long wang yang sedang menggenggam cangkir teh langsung melotot, bukan karena perkataan Guseng barusan melainkan karena cermin ilusi di benaknya menunjukkan Lian yang tubuhnya sekarang sedang terjun ke bawah. Hanya satu yang tersimpan di dalam benak Long wang sekarang, dia tidak boleh membiarkan Lian mati! Tidak akan pernah membiarkannya. Long wang yang tadi duduk meminum teh sudah pergi entah ke mana.
“Yang-mulia!” Guseng panik dan pergi untuk melihat.
Di tepi tebing Guseng melihat Long wang terjun.
Lian berteriak dan menyebutkan kata-kata aneh.
“Aaaaa! Aku tidak boleh mati! Burung merak, burung hantu, burung elang, apa pun yang terbang di sekitarku, tolong selamatkan aku! Aku akan membayar kalian dengan harga setimpal!”
Long wang pergi untuk menolong Lian, dengan secepat kilat tubuh Long wang melesat ke bawah dan menangkap pinggangnya.
Lian memejamkan matanya rapat-rapat, dan tiba-tiba merasakan pelukan di pinggangnya. Tubuhnya tidak jatuh ke bawah lagi tapi melesat ke atas.
Lian tidak berani membuka mata karena takut. Tapi gerakan yang awal mula jatuh menjadi terasa aneh, dia pikir doanya tadi sungguh terkabul.
“Tu-tunggu! Apa kamu burung elang? Atau burung hantu? Ke-kenapa aku seperti melayang ke atas? Terima kasih burung elang!”
Long wang mengukir senyum tipis di bibirnya sambil menatap wajah Lian yang kini tinggal dalam pelukannya.
Untuk mengejutkan Lian, Long wang membisikkan kata-kata di telinga Lian.
“Aku bukan burung elang, aku adalah Dewa naga Long,”
Lian membuka matanya, dia sangat terkejut karena yang memeluknya saat ini memang benar Long wang.
“Ke-kenapa kamu menyelamatkanku?” tanyanya gugup. Lian menelan ludahnya sendiri, dia memberanikan diri untuk memeluk tengkuk Long wang karena takut Long wang berubah pikiran dan tubuhnya akan terjatuh.
