Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

05. Menumpas Bandit

Dua hari berlalu, dua pasukan elit gabungan Angkatan Udara dan Pasukan Elite Pemanah Beracun, mengadakan patroli udara bersama di atas wilayah kekuasaan Kerajaan Adegdaha, dengan menunggangi dua burung rajawali raksasa.

Tampak dengan jelas keadaan dibawahnya. Bila terjadi suatu gangguan keamanan, dua burung rajawali yang membawa pasukan elit gabungan itu, akan segera menukik menyergap kelompok bandit atau pengacau keamanan.

Pasukan khusus patroli udara, dua hari sekali bergantian, agar fisik dan stamina mereka tetap stabil.

Panglima Kerajaan dan jenderal Hanggara turut berpatroli bergiliran. Hari ini giliran Hanggara yang berpatroli bersama pasukan khususnya, yang terus menerus memantau situasi keamanan di wilayah kerajaan.

Semenjak adanya patroli udara, rakyat Kerajaan Adegdaha sekarang merasa aman dan nyaman. Tidak khawatir adanya gangguan dari para perampok atau bandit, karena siang dan malam, selalu dipantau dari udara.

Baik oleh pasukan khusus udara, yang dikendalikan oleh Hanggara, ataupun pasukan dibawah Panglima Kerajaan. Karena dua grup pasukan itu bergantian silih berganti, untuk mengamankan wilayah kerajaan.

Di atas wilayah kekuasaan Kerajaan, tampak dua burung rajawali raksasa yang membawa pasukan khusus pemantau udara, melesat ke arah selatan dengan kecepatan sedang. Mereka terus menerus mengawasi tempat-tempat yang dianggap mencurigakan.

"Baiklah, kita terus bergerak kearah selatan," ucap Jenderal Hanggara pada pasukannya, melesat kearah selatan.

"Jendral, sepertinya didepan kita ada sesuatu," kata Komandan Telik Sandi Angkatan Udara.

"Ayo kita lihat, aku juga merasakan adanya sesuatu yang mencurigakan," balas Jenderal Hanggara.

"Baiklah, ayo seluruh pasukan kita kearah sana," ucap komandan Telik Sandi sambil menunjuk kearah yang mencurigakan.

Jenderal Hanggara bersama pasukannya, terus melesat kearah selatan. Tiba ditempat yang dimaksud, tampak ada dua kekuatan yang tengah bertempur. Saling bertarung dan saling serang.

"Sepertinya, mereka itu kelompok bandit bertarung dengan para pengawal keluarga bangsawan," ucap Komandan Telik Sandi.

"Ohh, rupanya mereka, Ayo kita sergap kelompok bandit itu!" Seru Jenderal Hanggara, langsung melesat diikuti yang lainnya.

Duar..... Duar.... Boom....

Hanggara langsung melepaskan pukulan jarak jauh, kearah para bandit. Tentu saja mereka semua terkejut, karena secara tiba-tiba, ada serangan menerjang mereka.

Tampak puluhan bandit tergeletak tak bergerak, ketuanya geram melihat anggotanya tidak bergerak lagi. Namun ketika melihat Hanggara memakai seragam jenderal kerajaan, ketua bandit itu langsung gemetar.

"Jen..... Jenderal, ampunilah kami," ucap ketua bandit dan dua anak buahnya yang masih hidup.

"Hmm.... Apakah kalian juga mengampuni musuh-musuhmu?" Tanya Jenderal Hanggara.

"Ti.... tidak, jenderal," sahut ketua bandit.

Duar....

Terdengar pukulan keras menghantam basis kultivasi pemimpin bandit, hingga menjerit merasakan kesakitan dibawah perutnya.

Melihat pimpinannya sudah tidak memiliki ranah kekuatan kultivasi, kedua anak buahnya langsung bersujud memohon ampunan pada Jenderal Hanggara.

"Tu.... tuan jenderal, ampunilah ka... kami," harap keduanya gugup ketakutan.

"Baiklah, kali ini aku memberi kesempatan untuk Kalian. Tapi kalian harus berhenti jadi bandit. Carilah pekerjaan yang baik, jangan menyusahkan orang lain," ucap Jenderal Hanggara.

"Ba.... baik, terimakasih Tuan Jendral," ucap keduanya.

"Bakarlah mayat-mayat temanmu yang sebagian tubuhnya hancur, agar tidak menimbulkan wabah penyakit," kata Hanggara lagi, sambil menunjuk mayat-mayat gerombolan bandit yang sebagian tubuh dan kepalanya hancur.

kedua anggota kelompok bandit, yang sudah diberi kesempatan untuk hidup, segera melaksanakan perintah dari Hanggara untuk membakar mayat teman-temannya.

Kepala pengawal Dan pimpinan keluarga bangsawan, menghampiri Jenderal Hanggara. "Terimakasih Tuan Jendral, atas bantuannya," ucap pimpinan keluarga bangsawan.

Jenderal Hanggara menganggukkan kepalanya tersenyum ramah. "Hendak kemanakah rombongan tuan ini?" Tanyanya.

"Kami hendak ke kota Raja, ada sesuatu yang hendak kami urus," balas pimpinan bangsawan tersebut.

"Ohh, kalau begitu, silahkan perjalanan tuan dilanjutkan," ucap Jenderal Hanggara.

"Terimakasih, Tuan Jendral," balasnya.

Lalu Arya bersama pasukannya kembali berpatroli di udara.

"Hahaha.... Tuan Jenderal ini luar biasa," ucap Komandan Telik Sandi senang. "Tuan Jenderal, apakah kita perlu menyerang ke markas mereka?"

"Tidak perlu! Kita tidak perlu menyerang sekarang. Kita pancing dia biar keluar dari sarangnya."

Lalu Jenderal Hanggara mengirimkan pesan kepada Panglima lewat telepati jarak jauh, supaya Panglima mengirimkan bantuan sejumlah pasukannya dengan menyamar sebagai saudagar kaya, yang melintasi hutan perbatasan Kota Raja dan Kota Talaga, untuk memancing para bandit keluar dari sarangnya.

Panglima respect terhadap situasi keamanan. Lalu dia memerintahkan jenderal bawahannya, untuk menyiapkan sejumlah pasukan pilihan.

"Jenderal Bayu, kamu bersama sejumlah pasukan khusus, berangkat ke hutan perbatasan," ucap Panglima, sambil memberi arahan kepada Jenderal Bayu, untuk mengatur strategi penyamarannya.

Beberapa waktu kemudian, dari atas langit Jenderal Hanggara dan pasukannya, mengawasi rombongan saudagar kaya yang melintasi hutan perbatasan. Rombongan saudagar itu adalah Jenderal Bayu, bersama pasukannya yang sedang menyamar.

Tidak jauh dari rombongan saudagar, ratusan gerombolan bandit berloncatan dari pohon ke pohon, persis seperti manusia kera.

Pasukan elit dari balik awan, terus mengawasi mereka. "Kita jangan sampai lengah. Tetap awasi terus," ucap Jenderal Hanggara.

Dijalanan hutan perbatasan, rombongan saudagar kaya melintasi kawasan operasi para bandit.

"Para prajurit, kita sudah memasuki hutan perbatasan. Tingkatkan kewaspadaan kalian."

"Siap Jenderal," balas prajurit serempak.

Tidak jauh dari rombongan saudagar kaya, terdengar suara pertarungan.

"Para prajurit waspada, ada pertarungan dari dalam hutan," ucap Jenderal Bayu, sambil menunjuk kearah pertarungan.

"Mari kita lihat." Jenderal Bayu dan sebagian pasukannya melesat masuk kedalam hutan. Sebagian pasukannya lagi berjaga-jaga di sekitar kereta kuda.

Komandan Telik Sandi dan pasukannya tengah bertarung keras melawan gerombolan bandit. Jumlahnya sangat banyak, sehingga mereka kewalahan.

Jenderal Hanggara masih mengawasi pertarungan. Dia belum berniat untuk membantu, karena ingin melihat kemampuan bertempur pasukannya.

Beberapa waktu berjalan, bantuan dari pasukan Jenderal Bayu tiba diarena pertarungan.

"Salam Jenderal Hanggara!" Seru Jenderal Bayu.

Mereka berdua mengawasi jalannya pertarungan. Namun karena gerombolan bandit semakin banyak berdatangan. Akhirnya mau tidak mau, kedua jenderal pun terjun ke arena pertempuran.

Duar.... Duar.... Boom....

Pukulan jarak jauh yang dilancarkan oleh Hanggara, menghancurkan puluhan bandit, dan melemparkan ratusan bandit beberapa meter, hingga menabrak pepohonan dibelakang mereka.

Duar.... Duar.... Boom....

Ledakan dari pukulan Cakar Rajawali Sakti, yang disarangkan oleh Hanggara, membuat gerombolan bandit kocar-kacir melarikan diri.

"Mau lari kemana kalian," sergah Hanggara terus memburu mereka.

Empat jam berlalu, para bandit itupun menyerah takluk kepada Hanggara.

"Sungguh luar biasa jenderal, kita mampu menaklukkan para bandit," ucap para prajurit senang.

Sebagian wilayah hutan tempat bertarung, rusak oleh serangan dahsyat dari Hanggara.

"Para prajurit, kumpulkan mereka yang sudah menyerah, lalu data satu persatu. Bagi mereka yang berniat ingin merubah hidupnya, ajak mereka bergabung dengan pasukan kita, tapi bagi mereka yang menolak, hancurkan basis kultivasinya," ucap Hanggara memberi perintah kepada pasukannya.

Setelah mendata para anggota bandit satu persatu, hanya ada dua orang yang ingin bergabung dengan pasukan kerajaan, selebihnya mereka menolak.

"Alasan apa kalian menolak untuk bergabung dengan pasukan kerajaan?" Tanya komandan pasukan.

"Kami masih ingin bebas," jawab mereka hampir bersamaan.

"Oh begitu, jadi masih ingin bebas untuk merampok," balas komandan pasukan sambil menyarangkan pukulannya kearah dantian anggota para bandit, yang langsung diikuti oleh bahawannya.

Duarr.... Duarr....

Pukulan dari komandan pasukan dan bawahannya, menghancurkan basis kultivasi mereka, hingga mereka meringis kesakitan.

"Nah itulah jika kalian masih ingin bebas. Bebas berkeliaran untuk merampok, dan sekarang kalian sudah tidak berguna lagi, sudah menjadi sampah," kata Komandan Pasukan sambil berlalu meninggalkan tempat itu, dan menghampiri Hanggara.

"Baiklah, kita lanjutkan lagi perjalanannya," ucap Jenderal Bayu.

"Baik Jenderal Bayu, aku mengikuti dari atas," balas Hanggara.

Setelah cukup lama berjalan, Jenderal Bayu tiba-tiba dikejutkan oleh suara pertarungan dari arah depan.

Suara pertarungan itu, tidak lain dari para anggota pasukan khusus udara, yang menggempur gerombolan bandit lainnya. Karena sepanjang hutan perbatasan kedua kota, dihuni oleh para gerombolan bandit.

Sehingga pasukan khusus udara, terus menerus menggempur gerombolan bandit sampai ke akar-akarnya. Satupun tidak ada yang diberi selamat, karena akan menjadi kendala di masa depan.

Setelah menghancurkan semua gerombolan bandit, dan membantai semuanya, pasukan pun kembali ke Kota Raja untuk pergantian tugas.

Raja beserta jajarannya sangat senang atas keberhasilan Hanggara dan pasukannya, membasmi gerombolan bandit. Sehingga kekuatan pasukan khusus Angkatan Udara ditakuti dan disegani baik oleh kawan maupun lawan.

Hanggara sendiri tetap rendah hati, tidak sombong meskipun banyak sanjungan dan pujian. Dia sadar diri, kesuksesan dirinya berawal dari kesengsaraannya. Karena sebuah keberhasilan itu merupakan sebagian dari ujian hidupnya.

"Aku harus bisa mengendalikan diri," batin Hanggara menerawang ke masa-masa ketika masih hidup terlunta-lunta, penuh hinaan dan cacian.

"Dilain waktu, aku akan berkunjung ke kampung kelahiran. Untuk mengenang masa-masa sulitku," batin Hanggara terus menerawang.

Dia tidak merasa dendam, walaupun dihina dan diusir oleh saudara-saudaranya. Malah dia selalu mendoakan kebaikan saudara-saudaranya. Karena berhati mulia itulah, makanya dia cepat meraih keberhasilannya.

Bersambung.....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel