Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

03. Pasukan Rajawali Emas

Dijalanan kota, tidak jauh dari rumah makan mewah, tuan muda kota bersama lima belas pengawalnya menunggu Hanggara lewat.

Anak Tuan Kota itu berniat membalas perlakuan Hanggara terhadapnya, karena rasa sakitnya sudah dipermalukan dihadapan umum.

Setelah beberapa waktu berselang, terlihat Hanggara keluar dari rumah makan mewah, berjalan menuju kearahnya.

"Ayo kita bersiap," ucap tuan muda kota.

Para pengawal anak Tuan Kota pun mempersiapkan dirinya, dengan senjatanya masing-masing.

Hanggara terlihat tenang. Tidak ada rasa takut sama sekali, walaupun ia tau bahaya menghadangnya.

"Hmm... Tuan muda kota bersama para pengawalnya. Hanya semut kecil saja, ingin bertingkah," gumam Hanggara mendengus.

"Berhenti!" Seru Komandan Pengawal.

"Ada apa saudara memberhentikan ku?" Tanya Hanggara acuh.

"Dasar bajingan tengik. Apa salah dan dosa mu, Hah? Berani-beraninya kamu memukul tuan muda bersama para pengawalnya," hardik Komandan Pengawal tersebut.

"Aku tidak tau, dan tidak mau tau," sahut Hanggara.

"Bajingan kau. Kamu cari mati!" Seru Komandan Pengawal geram.

"Kalau iya, memang kenapa?"

"Bangsat... Terimalah pukulan dariku.... Tapak Naga Geni...!" Seru Komandan Pengawal, berteriak menerjang Hanggara.

Hanggara sangat tenang. Dia sedikit pun tidak bergeser dari tempatnya. Malah menadah terjangan pukulan Tapak Naga Geni yang dilancarkan oleh Komandan Pengawal Kota.

Duaar.... Duarr....

Dua kekuatan bentrok.

Komandan Pengawal Kota terlempar jauh. Dan langsung tidak bergerak lagi.

Tuan muda kota beserta para pengawalnya terkejut. Rasa benci dan marah semakin besar. Jiwanya bergetar melihat kejadian itu.

"Serang...!" Seru Tuan Muda kota memberikan perintah kepada para pengawalnya.

Semua pengawalnya serentak mengepung Hanggara.

"Hanya semut saja, ingin bertingkah." Seringai Hanggara.

"Bajingan kau, rasakan ini.... Cakar Harimau Emas.... Serigala Menerkam Mangsa.... Cakar Rajawali.... hiaattt....!" Serempak semuanya menyerang Hanggara dari berbagai arah. Sepertinya mereka tidak ingin melepaskan Hanggara, karena tidak ada celah untuk dapat meloloskan diri, semuanya sudah terkepung oleh mereka, dengan mengeluarkan jurus dan pukulan-pukulan andalannya.

Hanggara tersenyum sambil melambaikan tangan kanannya. Namun lambaian tangannya, mengandung unsur kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan unsur kekuatannya dapat membuat lawan-lawannya hancur.

Tentu saja dengan satu serangan tunggal, tuan muda kota dan semua pengawalnya terhempas kebelakang beberapa ratus meter, hingga menabrak bangunan yang berada ditempat itu.

Kejadian tersebut membuat semua orang yang tengah menyaksikannya terkejut. Hanya dengan lambaian tangan seorang pemuda tanggung, dapat melemparkan Tuan Muda Kota dan para pengawalnya.

"Sungguh luar biasa!" Ucap orang-orang yang berada ditempat itu.

Hanggara dengan tenang melangkah melanjutkan perjalanannya, sedikit pun tidak ada rasa was-was didalam dirinya. Dia menuju kembali ke penginapan tempat beristirahat bersama rombongannya.

Dia segera masuk kedalam kamarnya. Setelah membersihkan dirinya, dia berkultivasi di atas tempat tidur.

Didalam Istana Kota. Tuan Kota Pelabuhan Tanjung Perak, Barmantian, begitu mendapat laporan dari bawahannya marah besar. Anaknya bersama ke Lima belas pengawalnya, sudah tidak bergerak lagi dipukul oleh seorang pemuda tanggung.

"Dimana mereka?" Tanya Tuan Kota, menatap bawahannya.

"Dijalanan kota, didekat rumah makan mewah, Tuan," jawab bawahannya.

"Siapkan sepuluh prajurit elit, sekarang kita berangkat ke sana," ucap Tuan Kota.

"Baik Tuan," balas bawahannya.

Tuan Kota beserta sepuluh prajurit elit tingkat Pendekar Spiritual, ditambah dua pengawal Tuan Kota tingkat Pendekar Dewa, berangkat menuju ketempat kejadian.

Sesampainya ditempat kejadian, tampak anaknya bersama lima belas pengawalnya telah mati terbunuh oleh seorang pemuda tanggung.

"Argh....." Teriak Tuan Kota marah.

"Mulai hari ini. Cari pemuda itu sampai dapat. Bawa kepalanya kesini," perintah Tuan Kota tegas kepada bawahannya.

"Baik, Tuan," jawab serempak bawahannya.

Tuan Kota setelah memerintahkan bawahannya, lantas pergi meninggalkan tempat itu, dengan membawa rasa dendam karena anaknya sudah tak bernyawa lagi, dengan kepala dan tubuhnya hancur.

Tiga hari berlalu, Panglima Kerajaan Adegdaha Jenderal Besar Begawan Abisana, mendatangi Istana Kota karena Pelabuhan Tanjung Perak masih berada dibawah kekuasaan Kerajaannya.

Tiba di gerbang Istana, prajurit penjaga begitu melihat Panglima Kerajaan Adegdaha, langsung memberi salam.

"Salam hormat Panglima Jenderal Besar!" Seru mereka serentak memberi hormat dan langsung berlutut dihadapan Jenderal Besar.

"Salam Tuan Panglima," ucap komandan jaga, memberi salam.

"Berdiri. Antarkan aku ketempat Tuan Kota Barmantian,"ucap Panglima Jenderal Besar.

"Baik, Tuan Panglima," sahut Komandan Jaga sambil memimpin jalannya ke ruang kerja Tuan Kota.

Komandan jaga masuk ke ruang kerja Tuan Kota, memberi tahu bahwa ada Panglima Kerajaan Adegdaha, Jenderal Besar Begawan Abisana menunggu diluar.

Tentu saja Tuan Kota terkejut karena Panglima Kerajaan datang secara tiba-tiba, tanpa memberi tau sebelumnya.

Bergegas Tuan Kota pun keluar, menyambut atasannya.

"Salam Panglima Jenderal Besar Begawan Abisana," sambut Tuan Kota memberi salam.

"Silahkan Tuan Panglima!" Tuan Kota mempersilahkan Panglima Kerajaan Adegdaha, masuk keruangannya.

"Terimakasih, Tuan Kota," balas Panglima. Kemudian Panglima duduk di kursi kehormatan.

"Maafkan kami Tuan Panglima. Kami tidak tahu Tuan Panglima berkunjung kesini," ucap Tuan Kota gemetar ketakutan.

"Aku kemari karena ada sesuatu hal yang ingin aku tanyakan," ucap Panglima.

"Mengenai apa itu, Tuan Panglima?" Tanya Tuan Kota, penasaran.

"Mengenai perintah mu menangkap prajurit elit kerajaan."

Degh..... Rasa terkejut Tuan Kota Barmantian. Dia tidak menyangka bahwa yang ingin dia tangkap itu adalah prajurit elit kerajaan.

"Sudah tau kesalahan mu?" Tanya Panglima Kerajaan Adegdaha.

"Ma.... Maafkan kami, Tuan. Ka.... Kami tidak tahu, apa yang telah kami perbuat."

Tuan Kota langsung bersujud dihadapan kaki Panglima Kerajaan, memohon maaf.

"Ohh..., Begitu rupanya. Kesalahan sendiri ditutupi. Kesalahan orang dicari-cari," hardik Panglima.

"Ma.... Maafkan kami, Tuan." Tuan kota gemetar ketakutan.

Panglima Kerajaan Adegdaha menatap tajam, hingga Tuan Kota semakin ketakutan.

"Mohon ampun Tuan Panglima, aku memang bersalah." Tuan kota semakin gemetar.

"Hmm.... Jelas kamu bersalah. Karena kamu telah memerintahkan seluruh prajurit kota untuk menangkap prajurit elit kerajaan," ucap Panglima menatap Tuan Kota.

Degh.... Hatinya berdetak keras, ketika mendengar ucapan dari Panglima Kerajaan.

"Ka.... Kami, mo.... mohon ampunan Tuan Panglima, karena ketidak tahuan kami." Nyali Tuan Kota yang beringas itu, seketika ciut dihadapan Panglima Kerajaan.

Tuan Kota masih tetap bersujud dihadapan Panglima Kerajaan. Hatinya berdetak kencang, dan jiwanya juga bergetar keras.

"Berdiri," Panglima menyuruh Tuan Kota berdiri dari bersujudnya.

"Sudah tau kesalahan anak kamu, dan para pengawalnya?" Tanya Panglima.

"Sudah, Tuan Panglima."

"Kalau sudah tau, kenapa kamu melindungi orang yang salah. Seharusnya kamu mendidik anak mu biar kelakuannya baik, bukannya malah mendukung perbuatan salahnya!" Tegur Panglima Kerajaan.

"Ma.... maafkan kami, Tuan Panglima." Tuan Kota menunduk tanda merasakan penyesalannya.

"Ya sudah. Ini jadikan cambuk buat mu. Dan ini merupakan sebuah peringatan keras dariku. Hal semacam ini jangan sampai terulang lagi," ucap Panglima Kerajaan. "Jika sekali lagi terdengar kamu melindungi orang yang salah, walaupun itu anak mu sekalipun. Hukuman berat menantimu," tambah Panglima, mengancam Tuan Kota.

"Mengerti, Tuan Panglima," sahut Tuan Kota menunduk.

Panglima Kerajaan Adegdaha Jenderal Besar Begawan Abisana, keluar dari ruangan tanpa pamit.

Diluar Penginapan. Esok paginya kesepuluh prajurit elit, bersama para prajurit khusus pengawal Panglima, berkumpul diluar penginapan.

Tak begitu lama, yang ditunggu pun keluar dari penginapan tersebut.

"Para prajurit, aku ingin mengingatkan kalian. Kerajaan Adegdaha adalah kerajaan besar dan terkuat di benua ini. Ada banyak kerajaan lainnya. Namun semua kerajaan menengah dan kecil, tunduk dan patuh pada Kerajaan Adegdaha," jelas Panglima.

Semua prajurit terdiam. Pikirannya pada sibuk menerawang jauh ke masa depan, ketika nanti mereka tinggal di kota besar Metropolitan.

Panglima Kerajaan Adegdaha melirik kearah Hanggara dan berkata, bahwa sebelum melanjutkan perjalanannya, Panglima terlebih dahulu ingin membuat Pasukan Elite Angkatan Udara, yang nantinya ada pasukan khusus keamanan Kerajaan Adegdaha dari udara.

"Alangkah baiknya, sebelum kita melanjutkan perjalanan, kita akan mendirikan sebuah pasukan khusus wilayah udara, nama pasukan khusus itu adalah Pasukan Elite Rajawali Emas," ucap Panglima menjelaskan.

"Sebagai pemimpin pasukan, sudah aku putuskan yang terkuat adalah sebagai pemimpin dengan pangkat jenderal," kata Panglima.

Tentu saja, prajurit yang terkuat adalah Hanggara. Dan secara kebetulan, Hanggara memiliki dua Burung Rajawali Emas Raksasa. Tepat memang, jika Hanggara dijadikan sebagai pemimpin Pasukan Elit Angkatan Udara.

"Saudara Hanggara, aku akan mengangkatmu menjadi jenderal, dan memimpin Pasukan Elit Rajawali Emas. Tidak ada kata penolakan, atau kata tidak setuju dari yang lainnya. Ini sudah menjadi putusanku, sebagai Panglima Kerajaan Adegdaha," ucap Panglima Jenderal Besar Begawan Abisana menekankan pada semua prajurit.

"Rajawali Emas sebagai pengingat, bahwa pasukan elit kita adalah Pasukan Khusus Angkatan Udara. Yang bertugas mengamankan Kerajaan Adegdaha dari wilayah udara," jelas Panglima.

"Kami setuju," sahut semua prajurit serempak.

"Nanti setelah sampai di kerajaan, prajurit lainnya akan bergabung dengan Pasukan Elit Rajawali Emas, yang merupakan Pasukan Khusus Angkatan Udara Kerajaan Adegdaha," ucap Panglima lagi.

"Hidup Pasukan Elit Rajawali Emas.... Hidup Pasukan Elit Rajawali Emas...!" Seru gema para prajurit bersamaan.

Hanggara pun tersenyum senang, melihat para prajurit telah mendukung dirinya menjadi pimpinan pasukan khusus wilayah udara, dengan pangkat jenderal.

"Jika demikian, aku sangat perlu dukungan dan kerjasamanya dari kalian, agar Pasukan Elit Rajawali Emas menjadi kuat, dan disegani oleh kawan maupun lawan," ucap Hanggara penuh harap.

"Baiklah, aku setuju" jawab mereka setuju.

"Aku juga setuju," sambung Panglima.

Whuuss.... Whuuss.....

Arya mengeluarkan dua burung Rajawali Emas Raksasa, dari belakang punggungnya. Tentu saja hal itu membuat semuanya terkejut, termasuk Panglima.

"Tepat sekali, nama Pasukan Elit Rajawali Emas, dengan pemimpinnya memiliki dua Burung Rajawali Emas Raksasa," ucap Panglima.

"Sekarang sudah resmi, saudara Hanggara menjadi jenderal Pasukan Elit Rajawali Emas," imbuh Panglima senang.

Lalu mereka merayakan berdirinya Pasukan Khusus Angkatan Udara Kerajaan Adegdaha, dengan nama Pasukan Elit Rajawali Emas, dan sekaligus merayakan pengangkatan Hanggara menjadi jenderal.

Bersambung.....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel